Selasa, 23 November 2010

Telepon Selular Ditangan Anak-anak

Pada saat ini, siapakah yang tidak memakai telepon selular bila ditinjau dari sisi usia? Jawabannya, hanya balita atau bahkan hanya bayi. Balita berumur 3 tahun yang belum bisa membaca dan menulispun terkadang sudah pandai menekan-nekan tombol telepon selular, sekedar bermain games, menggunakan kamera dan mencoba-coba ringtone.
Apakah kemajuan telepon selular memberi dampak positif bagi anak-anak atau bahkan sebaliknya? Apakah ponsel juga dapat membahayakan kesehatan anak-anak?

Saat ini hampir semua orang yang kita temui memiliki telepon selular (ponsel) dan beberapa orang bahkan memiliki lebih dari satu, berbeda dengan era tahun 1990-an dimana pemilik ponsel masih jarang ditemui.
Jumlah pengguna ponsel kategori anak-anak di Indonesia tampaknya belum pernah didata. Namun dalam pengamatan sehari-hari, kita dapat melihat penggunaan ponsel oleh anak-anak (umur 6-11 tahun) sangat besar peningkatannya.


Pada tahun-tahun terakhir ini, banyak orang tua yang sudah membekali anak-anaknya dengan ponsel dan cerita anak-anak yang minta dibelikan ponsel yang lebih canggih juga sering terdengar. Bahkan beberapa kali saya menemui balita berumur 3-5 tahun yang datang ke salon kami, sudah pandai menggunakan kamera pada ponsel dan ada juga yang sampai berebut ponsel dengan ibunya untuk dikotak-katik (main games).

Generasi ini terlihat jauh lebih cepat mengenal teknologi telekomunikasi dibandingkan dengan generasi sebelumnya, generasi yang saat ini sudah remaja yang baru akrab dengan teknologi telekomunikasi setelah menginjak usia remaja.

Dengan perkembangan ponsel saat ini pada anak-anak, ibu-ibu terlihat lebih mudah memantau keberadaan anak-anaknya, tidak seperti tiga puluh tahunan yang lalu saat saya masih anak-anak, kalau saya terlambat pulang, ibu saya hanya bisa menanti. Anak-anakpun lebih mudah berkomunikasi dengan orang tuanya jika membutuhkan sesuatu.

Berkembangnya konvergensi IT dan telekomunikasi juga memberi pilihan cara berkomunikasi antara orang tua dan anak yaitu paling klasik dengan telepon, kemudian sms dan email. Perkembangan 3G juga memungkinkan orang tua berkomunikasi tatap muka dengan anak sehingga orang tua dapat melihat lokasi anak berada. Selain 3G, perkembangan GPS juga memungkinkan orang tua melihat lokasi anak pada monitor, kecuali si anak sengaja meninggalkan ponselnya sehingga yang dilihat di layar menjadi menyesatkan.
Dengan berbagai pilihan seperti diuraikan diatas, ibu-ibu yang bekerja mendapat kemudahan berkomunikasi dengan anak-anaknya dengan cara yang lebih akrab.

Ponsel dapat dikatakan sebagai tali penghubung anak dan orang tua dimanapun mereka berada.
Sejak beberapa tahun ini, tepatnya setelah reformasi, perkembangan telekomunikasi di Indonesia tampak sangat pesat. Peranan ponsel tidak lagi hanya sebagai alat komunikasi tapi sudah jauh berkembang sejalan dengan perkembangan konvergensi IT dan telekomunikasi dengan munculnya fitur-fitur baru, mulai dari internet, games, voice recording, video recording, kamera, radio dan bahkan televisi.

Adanya tambahan fitur-fitur pada ponsel sebenarnya dapat memberikan efek positif misalnya fitur voice recording dan video recording dapat digunakan untuk merekam pelajaran yang agak sulit dimengerti sehingga penjelasan dari guru perlu dicerna berulang-ulang. Fitur internet memudahkan anak-anak mendapatkan sumber informasi dan bahkan pendidikan online dimana saja misalnya sedang dalam perjalanan pulang dan pergi sekolah atau sedang tidak di rumah.

Namun efek positif dari penggunaan ponsel hanya dapat terealisasi dengan syarat anak sudah terdidik untuk dapat membedakan hal yang baik dan buruk, apa yang boleh dan tidak boleh. Masing-masing orang tualah yang mengerti kesiapan anak-anaknya masuk dalam dunia ponsel dan fitur-fiturnya.

Sarana internet pada ponsel, juga membuat anak-anak menjadi lebih mudah masuk dalam jejaring pertemanan seperti facebook, twitter, frendster. Sebenarnya jejaring ini juga dapat menjadi salah satu sarana komunikasi yang kreatif dengan orang tua, namun untuk keamanan, misalnya facebook memblokir pengguna berumur di bawah 13 tahun, namun jika anak memanipulasi tanggal lahir maka anak akan lolos menjadi anggota. Beberapa orang tua yang ingin mengkuatirkan penggunaan jejaring ini dengan ikut dalam pertemanan anak pada jejaring ini.

Namun, kecanggihan telekomunikasi tidak boleh menghilangkan hubungan sosialiasi anak terhadap keluarga maupun lingkungan karena unsur sosialisasi langsung seperti tatapan dan sentuhan memberikan unsur positif sendiri yang tidak bisa dihilangkan dalam diri manusia.

Melihat efek positif yang ditimbulkan dari kecanggihan ponsel, kita menjadi terpikir dan ingin mengetahui cara kerja teknologi ponsel, apakah media yang digunakan sehingga data dengan mudah dan cepatnya berpindah. Medianya adalah gelombang elektromagnetik yang diterima dan dikirim oleh ponsel. Apakah gelombang elektromagnetik berbahaya bagi kesehatan anak?
Gelombang elektromangnetik ponsel adalah non ionizing yang kabarnya tidak merusak DNA, namun dalam pengukuran SAR (Specific Absorption Rate) yang aman diterima tubuh manusia kabarnya hanya 1,6 watt per kg berat badan sehingga anak-anak mempunyai daya penerimaan SAR yang lebih kecil dibanding orang dewasa karena ukuran tubuh mereka umumnya lebih kecil. Penelitian efek buruk jika tubuh menyerap SAR lebih dari kapasitas yang aman memang belum ada, namun tindakan pencegahan sebaiknya dilakukan, antara lain, anak-anak sebaiknya menggunakan sms daripada telepon, disarankan menggunakan hand-free, tidak menggunakan ponsel beradiasi tinggi dan tidak main game di ponsel.

Penggunaan ponsel dan fitur-fiturnya oleh anak-anak memiliki dampak positif jika digunakan dengan bijaksana. Perusahaan telekomunikasi dapat mengembangkan fitur-fitur khusus anak-anak sehingga mereka tidak terseret ke fitur-fitur orang dewasa karena minimnya pilihan fitur-fitur untuk anak-anak. Bahkan ponsel dengan radiasi rendah dengan bentuk yang unik untuk anak-anak dapat diciptakan oleh perusahaan pembuat ponsel.

Oleh, Kumala Sukasari Budiyanto
Artikel ini ditulis untuk diikutsertakan pada Lomba Karya Tulis XL Award 2010

1 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.