Senin, 08 September 2014

One Day Trip Bangkok

Jalan-jalan sehari ke Bangkok.... Iya hanya 1 hari, pergi pagi dan pulang malam.
Bagi kami, ini perjalanan one day trip ke luar negeri yang ketiga, sebelumnya pernah one day trip ke Singapore dan Kuala Lumpur.
One day trip ke Bangkok yang jarak perjalanan pesawatnya hampir 2 kali lipat dari perjalanan one day trip yang pernah kami lakukan sebelumnya, merupakan tantangan dan sensasi sendiri buat saya...dan membuat setiap orang yang mendengarnya terheran-heran termasuk petugas imigrasi keberangkatan di Bangkok yang mengkerutkan dahi serta petugas imigrasi ketibaan di Jakarta yang senyum-senyum, ha...ha...

Tujuan saya pada trip kali ini adalah mau men"stempel" paspor papa dengan cap imigrasi Bangkok... maksudnya biar papa melihat kota Bangkok, he...he... Ngak lucu kan, saya sudah 4 kali ke Bangkok, adik saya 2 kali, tapi papa belum pernah sama sekali.

Trip hanya sehari ke Bangkok jika dibilang sayang, bisa iya dan bisa tidak. Tapi buat kami, it's ok karena didukung oleh kondisi dimana papa yang lagi tidak mau lama-lama perginya, lalu ini perjalanan ke 5 saya ke Bangkok jadi saya hanya perlu "melepas kangen" saja dan yang terutama kami mendapat tiket super murah Airasia pp Rp 850 ribu/orang (tiket+makan+airport tax).

Hari Rabu, 3 September 2014 adalah hari one day trip kami ke Bangkok.
Kenapa berangkat ditengah-tengah minggu, tidak di hari Jumat atau weekend? Jawabannya "mengejar" tiket pesawat murah...karena tiket Airasia promo yang termurah umumnya untuk hari Selasa dan Rabu.

Kami berangkat dari rumah jam 5.30 pagi, kami yang tidak membawa bagasi langsung menuju area imigrasi saat tiba di bandara. Setelah menunggu sebentar, panggilan boarding diumumkan dan pesawat kami take off tepat waktu jam 7.20 pagi dan mendarat di Bangkok jam 10.45.
Pesawat balik kami ke Jakarta jam 9 malam, artinya kami punya waktu 10 jam di Bangkok...dikurangi perjalanan pulang pergi dari dan ke bandara maka kami punya waktu sekitar 6-7 jam untuk jalan-jalan.

Tempat wisata apa aja yang kami kunjungi dengan waktu 6-7 jam?
Saya memilih top ikon kota Bangkok yaitu Grand Palace, ditambah mengunjungi Wat Arun yang dapat dicapai 15 menit berkendara dari Grand Palace. Lalu saya tambahkan ke Madame Tussaud di Siam Square.

Untuk mensukseskan one day trip ini, saya memilih menggunakan private tour karena transportasi dari bandara Don Muang (Airasia di bandara ini bukan di bandara Suvarnabumi yang super keren) tidak terkoneksi dengan BTS (sejenis subway dan metro) tapi hanya bis dan taxi, kemudian kendaraan umum ke arah Grand Palace tidak terlalu mudah (jika naik taxi, saya kuatir harus pakai bahasa "dewa")...apalagi kali ini perginya dengan papa jadi cari yang lebih nyaman deh...
Saya memilih travel Tripkita, atas referensi dari kenalan saya di Thai Tourism Jakarta, dengan pertimbangan pemilik tour tersebut orang Indonesia, sehingga saya lebih mudah berkomunikasi dan bernegosiasi dengan mereka.

Kami keliling Bangkok menggunakan mobil van ditemani 1 orang guide dan 1 orang supir, mantap kan he...he...

Berikut cerita kami mengunjungi 3 tempat wisata pilihan kami.

Wat Arun
Wat Arun adalah kuil yang selain menjadi obyek wisata juga tempat sembayang umat Budha.
Kami diantar kesana lewat jalan belakang dan langsung tembus ke kios-kios penjual souvenir, jadi tidak melewati sungai...baru kali ini saya ke Wat Arun lewat jalan ini, biasanya selalu lewat sungai.

Wat Arun adalah kuil yang direnovasi besar-besaran pada masa pemerintahan Raja Taksin.
Arun berasal dari kata Aruna, dewa fajar orang India, karena raja Taksin tiba disini saat fajar pada Oktober 1767 untuk menjadikan Thonburi sebagai ibu kota baru Siam.
Sebelumnya ibu kota Siam selama 4 abad berjaya adalah Ayuttaya, namun zaman keemasan itu porak poranda karena kedatangan bangsa Burma.
Jendral Taksin berhasil membebaskan bangsa Siam dari Burma dan beliau menjadi raja, berkuasa selama kurang lebih 15 tahun.

Di pelataran bawah Wat Arun terdapat beberapa patung berbentuk tentara China dan patung mitos-mitos seperti kucing. Konon dulunya patung ini bekas pemberat kapal-kapal China.

Hiasan porselen diseluruh kuil ini juga dari pecahan-pecahan porselen yang sebelumnya digunakan sebagai pemberat kapal yang datang dari China.
Pecahan-pecahan porselen dibentuk sedemikian rupa, warna warni dan tampak cantik.
Hiasan porselen ini dan juga Menara Tengah (Central Prang) dibuat beberapa periode setelah pembuatan awalnya, yaitu pada masa Raja Rama 3 (1824-1851).

Dari pelataran ada 8 anak tangga untuk masuk ke bagian menara paling bawah. Lalu harus naik beberapa anak tangga yang sedikit curam untuk naik ke bagian berikutnya...kami hanya sanggup sampai di tempat ini, itupun saat turun saya sudah grogi, tapi papa saya canggih cuek aja dia turunnya he...he...
Di prang (menara) bawah ini juga dihiasi patung-patung Kinari (makhluk setengah burung dan setengah wanita yang konon suka menyanyi dan hidup di gunung Meru).

Jika mau naik lagi ke bagian atas, tangganya amat curam dan lumayan tinggi...ada pegangan besi, tapi kami tidak ada nyali deh...
Konon katanya bagian atas yang disebut Menara Tengah (Central Prang) itu sengaja dibangun melewati tangga yang curam dan sempit untuk melambangkan kehidupan itu sulit....hu..hu..hu...


Grand Palace
Dibangun bertahap dan dimulai pada masa Raja Rama 1.
Raja Rama 1 adalah gelar untuk Jenderal Chao Phraya Chakri setelah diangkat menjadi raja, menggantikan Raja Taksin yang meninggal karena dibunuh saat terjadi kudeta.

Bangunan-bangunan di Grand Palace hanya beberapa saja yang bisa dimasuki, selebihnya dinikmati dari arsitektur luarnya.
Kita masuk kesini dari jalan Na Phra Lan, saat masuk kita langsung dapat melihat Wat Phra Kaeo di sebelah kiri. Di area ini, Phra Si Rattana Chedi (setupa) berbentuk kerucut emas bergaya Srilanka tampak menonjol dari kejauhan.
Di area ini jugalah patung Emerald Budha yang terbentuk dari giok setinggi 66 cm berada, tepatnya di The Bot.

Keluar dari area Wat Phra Kaeo, kita melewati aula kediaman raja yaitu Chakraphat Phiman Hall, aula penobatan Phaisan Thaksin Hall, aula singgasana Chakri Maha Prasat, gedung pertemuan Amarin Winichai Hall dan terakhir sebelum pintu keluar terdapat Dusit Trone Hall, bangunan dengan atap susun 4 yang merupakan bangunan paling cantik disini. Di bagian depan gedung ini terdapat singgasana kayu jati yang digunakan oleh Raja Rama 1 (bangunan disebelah kiri pada foto kami di bawah ini).

Grand Palace adalah tempat tinggal Raja dan pusat pemerintahan, namun sejak Raja Rama 5 (Raja Chulalongkorn), Grand Palace masih menjadi pusat pemerintahan tapi raja tinggal di istana lain.

Lalu, sejak Raja Rama 9 (Raja Bhumibol Adulyadej) naik tahta (menggantikan saudaranya Raja Rama 8 yang meninggal karena ditembak saat tidur), selain tidak menjadi tempat tinggal raja, Grand Palace juga tidak menjadi pusat pemerintahan, dipindahkan ke Istana Citralada.

Hhmm..., menurut saya Raja Rama 9 ini pandai, tindakannya memindahkan istana dan menjadikan Grand Palace obyek wisata, selain dapat melupakan kesedihan hatinya akan saudaranya yang tewas dibunuh, juga berhasil menjadikan daya tarik wisata bagi negaranya.

Raja Rama 9 suka mengembangkan pertanian dan beliau adalah raja yang berkuasa sampai saat ini serta menjadi raja yang paling lama berkuasa dibandingkan raja-raja sebelumnya.


Madame Tussaud
Jika datang kesini puas-puasin foto dengan patung yang kita suka karena disini beberapa patung lilin tidak selamanya menetap, beberapa dipindah-pindahkan ke Madame Tussaud di negara lain, contohnya patung lilin mom and dad-nya Prince George, yaitu Prince William and Princess Kate, saat tahun lalu saya kesini ada dan sekarang tidak ada.

Berikut adalah foto-foto narsis kami dimulai dari foto narsis dengan patung lilin negarawan yang terletak paling depan dari pintu masuk.

Lanjut, foto dengan gaya sporty.

Ini foto narsis dengan tokoh-tokoh kartun dan tokoh imajinasi di film. Foto papa "berantem" dengan raksaksa ini diambilnya dari foto audio dimana kita bisa bermain tonjok-tonjokan dengan si raksaksa secara audio dan gambar kita bersama si raksaksa akan muncul di layar dan ada skor si raksaksa yang menang atau kita.
 Terakhir narsis foto dengan aktor film.

Kami berangkat ke bandara dari Siam Square sebelum jam 5 sore, sebenarnya masih ada waktu untuk melihat-lihat Siam Paragon atau makan di food court-nya, tapi papa lebih memilih secepatnya balik bandara, dia takut macet...jadilah kami tiba di bandara kepagian dan kami pergunakan untuk makan di restaurant di lantai 2 bandara yang terletak sebelum pintu masuk area imigrasi...makanannya tidak murah tapi masih ok harganya dan yang pasti enak...yang paling enak menu dessert-nya ketan mangga/Mango Sticky Rice/Khao Neeo Mamuang.

Selesai makan, kami masuk ke area imigrasi lalu ke pertokoan-pertokoan.
Komentar papa, "Ini bandara yang tadi kita tiba bukan sih? Kok bagus?"
Iya memang, bandara Don Muang sejak tahun lalu saya kesana, area keberangkatannya sudah bagus dan nyaman, namun area kedatangannya masih tampak sederhana dan belum direnovasi.

Kamipun sempat mondar mandir dan bersantai-santai di airport sebelum boarding. Pesawat kami tepat waktu, jam 9 malam kami take off.

Saya tadi cerita bahwa kami sempat makan di bandara, pertanyaannya, apa selama penerbangan pulang dengan Airasia kami makan lagi? Jawabannya saya dan adik saya iya, tapi papa udah kekenyangan...
Saya sengaja selalu memesan pre book meal karena pernah mengalami kelaparan parah...waktu itu diluar dugaan kami tidak sempat makan sebelum naik pesawat, setelah di pesawat yang dilayani yang prebook, lalu saat melayani yang belum prebook, mereka melayaninya dari depan...alhasil yang waktu itu saya duduk di bangku tengah lama banget dilayaninya...hhmmm jadinya sekarang, buat jaga-jaga saya selalu pesan pre book meal.

Demikianlah one day trip kami...tepatnya one day plus 5 menit karena pesawat kami menepak ke landasan (maksudnya mendarat he...he...) jam 00.05.
Eittss...harus ditambah 45 menit lagi deh yah...untuk proses imigrasi dan naik taxi ke rumah.


Oleh Kumala Sukasari Budiyanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.