Senin, 22 Desember 2014

Sumatera Barat yang Cantik dan Kaya Legenda

Pada awal Des 2014 lalu, saya dan rekan-rekan sekerja di ACA mendapat kesempatan jalan-jalan ke beberapa tempat di provinsi Sumatera Barat, dimulai dari kota Padang, ibukota provinsi Sumatera Barat dimana kami mengadakan meeting tahunan. Lalu mengunjungi kota Solok dan Batusangkar dalam perjalanan ke Bukit Tinggi. Kami juga mengadakan 2 seremonial pelepasan balon di Danau Kembar dan pelepasan bibit ikan nila di Danau Singkarak.

Kami tiba di Minangkabau Airport pada tanggal 8 Desember 2014, selain disambut oleh tim dari Cabang Padang kami juga disambut oleh pemandangan pegunungan yang menggoda.
Perjalanan kami menuju Grand Inna Hotel melalui jalan Bypass yang awalnya saya kira ini adalah pinggiran kota tapi ternyata sejak peristiwa gempa disini menjadi pusat kota.
Hotel kami menginap di kota lamanya yang saat gempa lalu paling banyak terkena musibah. Hhmmm…, bagaimana kondisinya saat ini?
Ternyata sudah pulih, jika tidak diberitahu, saya tidak merasa di lokasi ini pernah terjadi gempa. Saya sempat makan di Apollo Restaurant yang saat gempa lantai 1 nya masuk ke dalam tanah....sekarang sudah direnovasi total menjadi baru dan yang pasti makanannya lumayan maknyuss.
Tidak jauh dari restaurant ini juga ada 2 kios es duren yang enak. Menu duren ada sepanjang tahun walau sedang tidak musim durian. Dari mana yah durennya? Ternyata duren disimpan selama 1 tahun dalam freezer sehingga pedagang dapat menyajikannya sepanjang tahun.
Makanan Padang tentunya banyak di kota ini tapi namanya bukan RM Padang, melainkan nama biasa saja tapi rasanya jauh lebih enak dari yang ada di Jakarta.
Masih seputar makanan... Kita semua pasti kenal keripik padang. Nah di toko Shierly dan Christine Hakim kita bisa belanja makanan khas Padang untuk oleh-oleh, ada keripik, singkong goreng yang berbentuk kotak kecil-kecil seperti dadu, dendeng, rendang, dan ada juga keripik singkong rasa durian.

Negaraku Indonesia selain kaya pemandangan alam yang indah, aneka ragam makanan yang lezat, juga kaya akan cerita legenda, termasuk di provinsi Sumatera Barat ini.

Siti Nurbaya
Saya dan beberapa rekan sempat bersantai-santai di pinggir jembatan Siti Nurbaya sambil makan pisang bakar yang sayang sekali membakarnya ngak bagus jadi perlu memisahkan pinggiran yang super gosong sebelum dimakan.
Dari atas jembatan ini, kita bisa melihat pemandangan sungai dengan beberapa kapal yang sedang bersandar dan beberapa bocah yang dengan bahagianya berenang di sungai.
Konon di tempat inilah, dahulu Siti Nurbaya menjeburkan diri ke sungai karena tidak mau dipaksa menikah dengan Datuk Maringgih, lelaki kaya namun usianya jauh lebih tua.

Malin Kundang
Kami mencoba pergi ke pantai Air Manis, dimana terdapat batu menyerupai manusia sedang tersungkur yang konon katanya, batu ini adalah si Malin Kundang, anak durhaka yang tidak mau mengakui ibunya setelah dia menjadi kaya. Namun setelah melewati jalan-jalan berliku perjalanan kami terhenti karena jalanan ditutup sedang diaspal. Hu..hu..hu...gagal deh melihat langsung batu Malin Kundang yang katanya sering memberikan penampakan seperti orang yang menangis.

Dari kota Padang kami melanjutkan wisata ke arah kota Bukit Tinggi dan tentunya mampir di beberapa kota dimana terdapat tempat-tempat wisata yang berlegenda

Danau Kembar
Danau yang menyimpan legenda ini terletak di kabupaten Solok. Danau Dieteh (diatas) dan Danau Dibawah adalah sebutan lain dari danau ini. Kedua danau ini hanya berjarak 300m dan keduanya tampak saling berhadapan, satu diatas dan satu letaknya di bawah. Jadi yang diatas namanya Danau Diatas dan yang dibawah namanya Danau Dibawah?
Bukan, tapi sebaliknya yang diatas, namanya Danau Dibawah karena dari sana bisa melihat danau dibawah... Antik yah....tapi begitulah kenyataannya...he...he...
Danau ini katanya sering berubah menjadi warna merah karena darah sang naga yang dilegendakan masih sering mengucur sampai sekarang. Konon, dahulu kala ada seorang niniak (orang tua) yang sakti ditantang bertarung oleh seekor naga. Bagi orang minang yang tidak suka mencari musuh na,un akan melawan jika ditantang, maka naniak pemberani ini melawan sang naga yang menantangnya dan berhasil mengalahkan sang naga sehingga sang naga tersungkur dan tubuhnya melingkar membentuk danau kembar ini dengan salah satu sisi membentuk seperti kepala naga... Namun sayang kami tidak berhasil mengambil foto yang kedua danau ini bersamaan karena kabut menyelimuti Danau Diatas.
Danau yang tidak terlalu luas ini memiliki pemandangan yang cantik ditambah hawa yang sejuk menyegarkan. Kedua danau yang tampak sejajar ini memang kurang lebih sama ketinggiannya dari atas permukaan laut, Danau Diatas 1.600m diatas permukaan laut dan Danau Dibawah berada di 1.566m diatas permukaan laut, namun kedalaman danau jauh berbeda, Danau Diatas cukup dangkal hanya 44m sedangkan Danau Dibawah memiliki kedalaman yang dalam yaitu 886m.
Seremonial
Dilokasi ini, tim ACA juga melakukan pelepasan balon bertuliskan “ACA is The Best”. Balon yang dilepaskan terbang tinggi ke langit mengikuti arah angin menyusuri danau yang indah ini, semoga ACA juga bisa terus maju walau cobaan menerpa.
Danau Singkarak
Danau ini juga berlokasi di kabupaten Solok dan merupakan danau kedua terbesar di Sumatera setelah danau Toba. Danau ini panjangnya mencapai 20km, lebar maksimal 6.5 km dan luas 107.8m2.
Di lokasi danau terdapat perahu motor yang dapat disewa untuk keliling danau dan juga ada beberapa kios makanan ringan.
Danau ini juga memiliki legenda loh... Konon ceritanya dahulu adalah laut namun karena tertimpa batu yang membesar yang diduduki Indra maka laut menjadi danau.
Indra adalah anak pak buyung, dia rajin tapi makannya banyak. Saat paceklik orang tuanya menemukan makanan alternatif yaitu pensi dan karena jumlahnya sedikit maka mereka diam-diam makan sendiri karena takut jika Indra tahu maka makanan tersebut dihabiskan Indra.
Indra saat itu sedang lapar tapi orang tuanya tetap menyembunyikan makanan itu dan bahkan menyuruh Indra membersihkan ijuk sampai bersih jika hendak mendapat makanan. Ijuk tidak berhasil Indra bersihkan dan orang tuanya tetap tidak mau membagi makanannya.
Indra yang curiga dengan gelagat orang tuanya mencoba masuk dari pintu belakang sehingga tidak ada bunyi kokok si Taduang, ayam jantan kesayangan Indra yang selalu berkokok saat Indra masuk rumah.
Karena tidak ada bunyi kokok si Taduang, Pak buyung dan istrinya asik makan tanpa sadar Indra masuk rumah.
Betapa kecewanya Indra yang telah dibohongi orang tuanya. Dia menangis sambil menggendong Taduang dan keluar dari rumah lalu duduk diatas batu sambil mengelus-ngelus si Toduang. Keajaiban terjadi saat Indra memegang kaki si Taduang. Indra ikut terbang dan batu yang didudukinya juga ikut naik keatas.
Di lokasi danau Singkarak, katanya ada bagian batu yang seperti ini tapi sebagian areanya sudah tertutup air danau.
Seremonial
Pada kesempatan ini tim ACA juga melakukan pelepasan bibit ikan nila di danau ini. Pelepasan ikan dilakukan oleh beberapa anggota Direksi ACA dengan harapan semoga kami dapat ikut melestarikan lingkungan di danau ini.
Istano Basa Pagaruyung
Istano Basa (istana besar) Pagaruyung terletak di kota Batusangkar dan merupakan replika dari istana aslinya yang dahulu berada diatas Bukit Batu Patah yang rusak akibat perang.
Istana ini entah mengapa sudah dua kali mengalami kebakaran di tahun 1966 dan 2007, mungkin juga karena terbuat dari kayu sehingga mudah terbakar.
Dahulu istana ini adalah tempat tinggal dan pusat pemerintahan Raja Minangkabau, saat ini tempat ini menjadi obyek wisata dimana kita bisa melihat bagaimana rumah adat Minangkabau dan juga mencoba mengenakan baju adat Minangkabau yang dapat disewa untuk dipakai berfoto dengan harga Rp 35 ribu saja.

Jam Gadang
Jam Gadang (jam besar) adalah ikon kota Bukit Tinggi. Disekitar Jam Gadang kita bisa melihat Istana Bung Hatta (tidak dibuka untuk umum), pemandangan kota bukit tinggi dan pasar atas.
Jam Gadang adalah hadiah dari Ratu Belanda untuk Rook Maker, sekretaris Belanda di Bukit Tinggi. Peletakan batu pertama dilakukan oleh anak Rook Maker yang masih berumur 6 tahun. Jam Gadang selesai dibangun pada tahun 1926 dengan hiasan diatasnya berupa ayam berkokok, bukan atap seperti rumah Minang yang kita lihat saat ini.
Atap Jam Gadang mengalami 3 kali perubahan, awalnya ayam berkokok, lalu saat penjajahan Jepang berbentuk pagoda dan barulah setelah masa kemerdekaan diganti atap seperti rumah Minangkabau.
Jam yang menjulang setinggi 26m ini jika diperhatikan ada yang aneh. Coba perhatikan huruf romawi pada jam ini.... Angka jam 4 tidak ditulis IV tapi IIII. Salah cetak? Tidak mungkinlah..., ini hadiah dari Ratu Belanda, kualitas mesinnya saja katanya sekelas Big Ben di London dan hanya dua jam ini yang mesinnya sama. Apa sengaja diganti karena ada 4 pekerja yang tewas saat membangun menara ini?
Namun ternyata ini bukan suatu kesalahan atau diubah karena mistis...dahulu untuk angka 4 romawi terutama jam dikenal dengan bentuk IIII bukan IV, jadi bukan Jam Gadang saja yang seperti ini, ada banyak jam kuno di dunia yang seperti ini, alasannya mungkin untuk keseimbangan bentuk atau bisa juga untuk memudahkan pembuatannya.

Pasar Atas dan Pasar Bawah
Tidak seperti Danau Diatas dan Danau Dibawah (Danau Kembar) yang istilahnya terbalik dengan letaknya, Pasar Atas letaknya memang diatas dan Pasar Bawah letaknya dibawah Pasar Atas.
Kedua pasar ini dihubungkan oleh 40 anak tangga yang lumayan curam. Pasar Atas menjual baju sedangkan Pasar Bawah menjual sayuran, buah dan daging.

Rumah Kelahiran Bung Hatta
Rumah kayu 2 lantai ini tampak bersahaja dan terletak tidak jauh dari Pasar Dibawah.
Di rumah inilah Bung Hatta dilahirkan dan dibesarkan. Di rumah yang saat ini dijadikan musium terdapat furniture kuno yang digunakan oleh keluarga Bung Hatta. Foto-foto keluarga beliau juga banyak terpampang di rumah ini.

Ngarai Sianok
Dalam perjalanan pulang dari kota Bukit Tinggi ke kota Padang, kami mampir ke Taman Panorama dimana kita dapat melihat salah satu sisi lembah curam yang cantik ini.
Ngarai Sianok memiliki kedalaman lembah 100m dan lembah ini sangat panjang yaitu 15km, lebarnya juga lumayan besar yaitu 200m.
Lembah cantik ini, saat jaman penjajahan Jepang adalah lembah yang memilukan karena disana ada lubang Jepang yang digunakan sebagai tempat pertahanan dan juga tempat penyiksaan penduduk lokal yang melawan. Pintu masuk gua terletak di sisi kiri setelah pintu masuk di Taman Panorama dengan menuruni beberapa anak tangga.

Lembah Anai
Dalam perjalanan kami juga melewati air terjun yang besar di Lembah Anai, namun kami tidak sempat berhenti dan berfoto disana karena hujan deras.
Air terjun setinggi 35 ini dapat kita lihat dari pinggir jalan. Air ini mengalir dari gunung Singgalang ke patahan lembah Anai.
Sebenarnya di area ini ada 3 air terjun tapi 2 air terjun ada di dalam dan tertutup lebatnya hutan. Namun melihat 1 air terjun yang tampak di pinggir jalan saja, saya dan teman-teman sudah merasakan kedahsyatannya apalagi saat itu diiringi hujan yang lebat.

Keindahan alam dan keunikan budaya Sumatera Barat adalah sebagian dari keindahan Indonesia yang patut kita banggakan bersama dan saya berharap tim pariwisata Indonesia dapat mengemasnya menjadi semakin cantik lagi.

Oleh Kumala Sukasari Budiyanto
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.