Kamis, 08 November 2018

Yogyakarta Keren!

Candi, keraton, batik dan gudeg adalah hal yang biasanya identik dengan kota Yogyakarta. Tapi apakah hanya ada ini saja disini?
Jawabannya tidak. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kreatifitas warga telah menghadirkan perkembangan tempat wisata baru yang keren untuk berfoto, tapi sayangnya banyak yang sarananya masih seadanya.
Dari semua tempat wisata yang kami kunjungi ini yang mana relatif termasuk tempat wisata baru, sarananya masih sangat ala kadarnya sampai saya dibuat agak merasa sedikit menderita he...he... Hanya 2 tempat yang kami kunjungi yang menurut saya ok sarananya. Semoga Kementerian Pariwisata segera melirik wisata ini dan memberikan dukungan dananya untuk membuat sarana yang memadai seperti di negara maju, dimana untuk menikmati pemandangan alam disediakan sarana yang sangat nyaman sehingga menurut saya bisa datang memakai sepatu berhak tinggi dan yang terpenting lansia, anak-anak bahkan orang cacat bisa ikut dengan mudah menikmatnya.


Hari ke-1

Kami yang beranggotakan 13 orang yang merupakan kawan lama saat di BIA Inti Salim, pergi dibagi 2 gelombang. Gelombang pertama pergi jumat pagi naik Air Asia. Saya termasuk di gelombang kedua, kelompok orang-orang yang lagi susah cuti. Kami berangkat jumat malam naik kereta Taksaka Priority, gerbong kereta paling keren se-Indonesia yang harganya Rp 800 ribu, dua kali lipat dari harga tiket AirAsia-nya teman yang berangkat pagi.
Kami sampai di stasiun Gambir agak kepagian, tadinya kami berharap ada lounge khusus tapi nyatanya ngak ada, yah sudahlah, kami foto-foto saja di dalam stasiun.
Setelah itu menjelang 30 menit keberangkatan, kami naik ke peron dan ada hal unik dan baik yang kami lihat di jalur 4. 
Saat kereta berangkat, beberapa petugas berdiri di pinggir memberikan hormat dan doa saat kereta mulai berjalan.
Tidak lama kemudian kereta kami, Taksaka datang di jalur 3. Gerbong kami dimana yah? Ahh, ternyata di ujung kiri, salah pilih tempat tunggu deh.
Sebelum masuk gerbong untuk menempuh perjalanan kereta selama 7.5 jam, kami berfoto di depan kereta dengan latar Tugu Monas. Selama di kereta kami nikmati dengan bobo ala kadarnya. Bangku kereta cukup nyaman dan lega dilengkapi selimut dan bantal kecil. Ada tv di depan kita tapi harus bawa headset sendiri. Makanannya lumayan enak dan kapan saja sepanjang perjalanan bisa minta tambahan teh, kopi atau air mineral di pantry belakang. Dan wc-nya mantap, ngak bau dan cukup luas.
Kami sampai di Yogyakarta jam 4.30 dan langitnya sudah mulai terang. Kami jalan kaki ke hotel Neo Malioboro yang dekat banget dengan stasiun dan sepanjang perjalanan walau berwajah acak-acakan, kami tetap saja berfoto.
Berikutnya, kami gedor kamar teman yang datang gelombang pertama. Mau numpang mandi!


Hari ke-2

Pagi-pagi Bendahara dilanda Gudeg Shock
Kami berjalan ke arah belakang hotel Neo untuk makan pagi di gudeg mbah Lindu. Tempatnya di pinggir jalan alias ngemper.
Pengunjung cukup ramai dan kami harus antri duduk. Kami kebanyakan makan nasi gudeg krecek plus telor. Saya nambah 1 ati ampla dan ada 2 teman nambah ayam. Enak juga gudegnya tapi cenderung manis banget.
Namun saat bayar ngak manis, totalnya 14 orang 450 ribu, bendahara langsung shock, uangnya pagi-pagi sudah terkuras. Diluar dugaan. Hmmm ternyata ini nih yang pakai ayam dihargai 60 ribu, ayam agak besar sih potongannya tapi apa iya yah harga segitu...serasa makan di mall.

Naik "Becak Terbang" mendarat di Pantai Nguluran
Kalau lihat foto-foto di instagram lokasi ini keren banget terutama teras kacanya.  Namun ternyata sarana lokasi ini sangat sederhana loh dan harga karcis masuk sangat terjangkau dan untuk berfoto kita bisa memilih yang kita suka dan harga beda-beda antara Rp 5.000-20.000. Kami memilih becak terbang yang mereka pasang diatas hidrolik yang seperti di bengkel mobil sehingga becak bisa dinaikkan keatas dan di foto akan tampak seperti terbang.
Spot yang paling favorit adalah teras kaca tapi antrinya lama, jadi kami foto aja disampingnya.

Makan Siang ala Mr. Obama di Bumi Langit
Rumah makan yang pernah dikunjungi Mr. Obama ini terletak di atas bukit sehingga menampilkan pemandangan yang lumayan cantik. Makanannya lumayan enak juga dan tidak terlalu mahal.

Rumah Seribu Kayu
Rumah-rumah kayu kecil adalah spot andalan lokasi wisata yang tampak masih asri dan sederhana ini selain ada beberapa spot seperti tangga dengan kanan kiri bambu yang juga cantik di foto dan sarana permainan flying fox.


Bergaya ala Titanic di Tembelan Valley
Spot foto disini juga keren walau sarana masih sederhana. Tiket masuk juga murah meriah hanya Rp 2.500.
Kita bisa berfoto dengan menggunakan kamera kita ditambah sedikit keberanian dan hasilnya foto-foto yang unik dan keren. Pada pagi hari jam 6 an saat masih ada kabut, katanya pemandangan perahu bambu ala titanik tampak cantik banget.

Pengger Pine
Hutan pinus yang masih asri ini memiliki beberapa spot foto yang keren banget terutama di malam hari.
Namun karena masih sangat asri, jalanannya juga “asri” dan membuat saya agak ngeri terutama turunan bukit di depan spot foto telapak tangan ini....sudah gelap, tanahnya menurun tidak rata pula, bawahnya jurang....bikin stress! Tapi hasil fotonya bikin bahagia sih ha..ha.. Foto disini menggunakan kamera pengelola dan dapat ditebus dengan meng-copy ke usb kita seharga Rp 5 ribu saja per file foto. Tiket masuk lokasi juga murah banget hanya Rp 2.500.

Makan Malam Bakmi Jowo ditemani Sinden
Rumah makan yang tampak kecil dari luar ternyata dalamnya besar banget. Menampilkan suasana budaya sinden dengan bangku kayu sederhana yang nyaman dan bakmi nya yang enak. Bakmi rebusnya nikmat dan bakmi gorengnya enak juga tapi rasanya lebih seperti bakmi kocok...bingung kan he..he...

Bapia oh bapia
Awalnya kami mau ke bapia Citra tapi macet, jadinya nego dengan penjualnya untuk antar ke hotel. Awalnya dia bingung-bingung tapi akhirnya menjelang tengah malam, bapia tiba di hotel di kala banyak yang sudah tertidur. Fangky sang koordinator hanya berhasil mengajak Puri yang belum bobo untuk transaksi dengan tukang bapia nya. Perjuangan Fangky ngak sia-sia, semua pada bilang bapia-nya ueenakk.


Hari ke-3

Makan Pagi Murah Meriah sambil Berfoto di Kopi Klotok
Pagi ini semua pada bahagia karena makan lodeh yang enak dan menjadi semakin enak saat membayar karena murah banget. Saya makan nasi lodeh, 1 tempe, 1 telur dadar yang lumayan besar dan 1 kopi, hanya Rp 26.000 saja....beda banget ama yang kemarin pagi.
Rumah makan disini luas, pengunjungnya ramai sekali sampai-sampai harus antri saat ambil makanan.
Kita bisa makan di dalam atau lesehan diluar dan bayarnya setelah makan. Pemiliknya benar-benar yakin banget semua orang akan jujur dan tidak bohong apalagi kabur.
Disini juga ada spot foto bagus loh, terutama kebun jagung-nya.

Jadi Ibu Tani Zaman Now di Omah Kecebong
Omah Kecebong adalah tempat wisata budaya dimana kita dapat menikmati suasana keseharian ala Yogya, mulai dari makanan sampai paket berfoto dengan busana keseharian ala warga Yogyakarta di masa lalu dengan lokasi foto ala rumah Yogya sampai di sawah.
Saat pertama datang kami disambut dengan minuman segar. Kemudian diajak foto bersama. Kami pakai kaos seragam warna-warni yang kami beli di Jakarta.
Lalu kami dihidangkan snack sebelum ganti pakaian kebaya.
Kami di foto satu per satu dan beberapa orang dengan nuansa keseharian rumah di Yogyakarta di masa lalu.
Kemudian foto group juga dilakukan di beberapa spot.
Yang paling seru foto di sawah. Kami bergaya bu tani zaman now dengan pakai kacamata hitam.
Habis ke sawah kami menikmati dawet dingin yang nikmat sebelum lanjut berfoto dengan topi caping dan lempar topinya buat seru-seruan.
Terakhir kami disediakan makan siang bersama, menunya ada lodeh, ayam goreng, sayuran ikan asin.
Video acara disini bisa klik link ini
https://www.youtube.com/watch?v=CymabzpsHEk&feature=youtu.be

Diterjang Debu di Breksi Cliff
Sasaran kami disini mau lihat ukiran naga dan pemandangan kota dari atas tebing yang merupakan bekas area tambang. Nih yang foto di naga, urutannya dari keberanian, yang paling atas yang paling pemberani, saya paling bawah yang paling penakut kalau disuruh manjat-manjat he...he...
Debu di lokasi ini lumayan buanyak banget dan tangga naik ke atas tebing lumayan curam.

Keraton Ratu Boko
Inilah lokasi dengan sarana paling nyaman diantara semua tempat yang kami kunjungi kali ini....wc-nya aja pakai aroma therapy loh... Harga tiket masuk agak mahal Rp 40 ribu tapi ok lah demi kenyamanan...lokasi nyaman banget, tangga-tangganya nyaman dinaiki.
Bangunan yang terletak 3 km dari Candi Prambanan ini dari strukturnya tampaknya adalah bekas keraton, bukan candi. Namun berbeda dengan keraton biasanya yang terlerak di daerah landai. Bangunan ini terletak di ketinggian 196m dari permukaan laut dengan luas total 25 ha.
Lokasi ini adalah spot favorit untuk foto sunset tapi sayang waktu kami tidak keburu jika menunggu sunset disini, hanya bisa berfoto "menangkap matahari".
Disini saat sore hari juga ada pemusik dengan alat musik daerah jawa dengan ritme yang asik buat yang suka joget.

Dinner di Abhayagiri Resto
Rumah makan yang cukup berkelas ini menawarkan pemandangan dari atas bukit yang cantik.
Sambil menanti makanan dimasak, kami berfoto-foto bersama dahulu. Lalu sehabis makan, kami buru-buru ke bandara.

Kami naik pesawat Garuda jaam 20.30 dan pesawat on time terbang sesuai jadwal. Sampai di bandara, pesawat kami tidak berhenti di area dengan “belalai”, jadi kufu naik bis ke area kedatangan. Sepertinya semua penerbangan domestik di terminal 3 begini nasipnya. Tapi ok lah, berhubung habis jalan-jalan, otak masih bersih he...he....ngak nyaman dikit ngak masalah.

Begitulah cerita jalan-jalan saya melihat sisi lain dari kota Yogyakarta bersama kawan lama dari BIA yang masih kompak walau sudah belasan tahun ngak sekantor lagi.

Oleh Kumala Sukasari Budiyanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.