Minggu, 03 Desember 2023

Whoosh Whoosh ke Dusun Bambu

Whoosh Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menarik hati saya untuk dicoba. Gimana rasanya gitu...sudah mencoba berbagai kereta cepat negara lain tapi belum mencoba kereta cepat negara sendiri.

Nah, tapi ini stasiun nya menurut saya serba nanggung. Mau ke kota Bandungnya, males naik kereta feeder dan di kota Bandung nya bakalan macet juga. Akhirnya setelah  browsing di internet dan media sosial, saya menemukan Dusun Bambu (instagram @dusun_bambu) yang pernah saya kunjungi 9 tahun yang lalu tapi kali ini tampak sudah berbeda, lebih rapih dan yang menarik ada shuttle nya dari stasiun KCIC Padalarang dan free pula termasuk tiket masuknya.

Saya dan adik berangkat dari rumah jam 7 pagi untuk naik Whoosh yang jam 8.45. Kebiasaan berangkat kagak ngepas waktu jadi tiba kepagian deh. Untung ada lounge vip yang diperuntukkan untuk penumpang first class dan business class. Ruang tunggunya tidak terlalu besar tapi ok lah bisa minum dan makan snack gratis. Check in juga tidak usah antri, karena di check in oleh petugas lounge.

Kami berangkat naik Whoosh di cabin 1 first class. Sebelum masuk kabin kita berebutan foto di moncong kereta...he..he..untung di kereta 1 jadi dekat moncong jadi bisa lamaan foto nya.

Cabin first class nyaman dan cuma ada 9 tempat duduk. Dalam perjalanan diberikan 1 roti holland bakery, 1 jus buavita dan 1 air mineral botol kecil.

Whoosh kami berangkat tepat waktu dari stasiun Halim. Rasanya nyaman dan sangat stabil.

Setelah jalan beberapa menit kereta berlaju di kecepatan maksimal 350 km/jam....tapi sebentar banget lalu turun lagi, mau menunjukkan kemampuannya dan sampai diumumkan loh saat mau capai kecepatan maksimal.

Baru sebentaran saya nikmati perjalan...eiitsss sudah ada pengumuman kereta mau sampai di Padalarang.

Setibanya di Padalarang, sambil menunggu adik saya ke wc, saya abadikan keberangkatan whoosh dari stasiun Padalarang ke stasiun Tegal Luar.

Lalu kami bergegas ke bawah arah pintu keluar untuk mencari shuttle mini bus nya Dusun Bambu. Free shuttle ini baru mulai diadakan akhir Oktober yang lalu dan harus daftar dulu dengan menunjukkan (cukup di screenshoot halaman tiket, tidak usah barcode nya) tiket kereta Whoosh saat pendaftaran.

Perjalanan ke Dusun Bambu hampir 40 menit, lebih lama dari Whoosh yang cuma 25 menit dari stasiun Halim ke stasiun Padalarang.

Kami tiba di Dusun Bambu jam 10 pagi...target utama mau makan di resto Purbasari yang seperti cottage pribadi dan belakangnya menghadap danau. Tapi karena masih kenyang kami muter-muter dulu ke beberapa area.

Kami naik ke arah atas resto Lutung Kasarung. Disini kalau hanya mau lihat-lihat tanpa makan disini diperbolehkan. Dulu saya ingat pernah foto disini 9 tahun yang lalu.


Tempat ini cukup cantik buat berfoto tapi tidak yang takut ketinggian.

Selanjutnya kami ke area playground dan Mini Zoo kasih makan domba dan kelinci.

Masuk kesini harus beli makanan buat para binatang. Beli satu paket makanan Rp 25 ribu, bisa masuk area 3 orang.

Selanjutnya kami jalan-jalan ke area Taman Arimbi dan karena lagi ada renovasi kami hanya mengunjungi area depannya saja.

Jam 11 akhirnya kami makan di resto Purbasari. Kami pilih cottage dan ada minimum order after tax Rp 650 ribu.

Ini sebenarnya boleh untuk ber-4 tapi karena kami ber-2 yah jadi agak berasa.

Tapi ok lah namanya beli suasana dan shuttle sudah gratis juga. Makan disini dibatasi 1 jam.

Disini topiknya makan sambil foto-foto. Yah serasa lagi ngimpi punya rumah di pantai mutiara yang bisa disandarin kapal tapi ini lagi cottage ala pedesaan yang belakangnya bisa disandari sampan ha...ha..

Adik saya penasaran mau naik sampan tapi saya takut kecebur...dia ambil paket foto juga jadi dengan modal bayar sampan Rp 30 ribu/orang dan paket foto semua softcopy Rp 100 ribu, dia bergaya ala orang desa lagi naik sampan. Air di danau buatan ini bersih, banyak ikannya tapi tidak bau amis karena rutin diberikan sereh dan ternyata....dalam airnya cuma 80 cm, makanya cuek aja ngak pakai pelampung. Anak kecil aja pada main sendiri naik mobil-mobilan air.

Selanjutnya kami ke area Flora Indonesia yang berjualan tanaman, souvenir, snack. Disini juga banyak kios-kios ala food court.

Kami akan naik shuttle balik ke stasiun jam 3 sore dan jam 2 an kami siap-siap naik ke area bawah (ada seperti mobil golf yang antar dari area lobby utama ke area resto dan area yang lebih atas lagi).

Setibanya di area lobby utama hujan deras banget.....walah untung tadi pas jalan-jalan belum hujan.

Kami lanjut naik shuttle ke stasiun Padalarang. Saat perjalanan kami liat arah sebaliknya macet banget, ngak tahu kenapa....

He..he..kami datang kepagian. Jam 3.45 sudah sampai tapi kereta Whoosh masih jam 5.

Tapi biarin lah daripada ketinggalan kereta karena kan belum pengalaman juga dengan rute ini.

Kali ini kami naik business class, fasilitas sama persis dengan first class. Ada lounge, di check in kan oleh petugas juga.

Naik kereta whoosh dari Padalarang harus pindah ke peron 2 yang letaknya di seberang bangunan stasiun.

Tempat menunggu sudah ditandai mana yang gerbong 1 dst.

Cabin business class enak juga dan dapat roti holland, buavita dan air mineral juga. Dengar harga Rp 450 ribu dibanding economy kalau normal Rp 300 ribu, saya yang suka datang kepagian sehingga butuh lounge, milih business class.

Selama perjalanan  Whoosh menunjukkan aksinya kembali 350 km/jam.

Selanjutnya seperti tadi saat berangkat, baru sebentar sudah sampai.

Sebelum pulang kami makan bakso dan beli lumpia....enak juga rasanya. Pas makan...walah nih sepatu yang sudah ngak dipakai lama (sepertinya terakhir dipakai sebelum pandemi) terasa aneh....walah mangap. Untung baru rusaknya sekarang....coba pas jalan-jalan bikin ribet deh....dan kalau pagi pas naik first class bikin malu deh ha...ha....

Kami pulang naik bluebird dan jalan agak macet jadilah memang perjalanan ke rumah vs perjalanan dari stasiun ke Dusun Bambu vs perjalan Whoosh....juara tercepat memang Whoosh!


Oleh Kumala sukasari Budiyanto







Minggu, 29 Oktober 2023

Weekend-an di Singapore

Tak terasa sudah setahun tidak naik pesawat, kangen juga dan kami memilih ke Singapore saja...tapi kemana aja ya..., tempat-tempatnya sudah banyak yang pernah kami kunjungi.

Akhirnya setelah mencari-cari, saya menemukan atraksi baru yang belum saya lihat yaitu avatar  di Cloud Forest, street art di Chinatown dan Chijmes. Pilihan ke gereja juga kali ini ke GBI Singapore yang satu naungan dengan gereja saya (ehh kebetulan banget pembicaranya pak Niko dan ada acara pengurapan dengan minyak urapan, biasanya saya ke New Creation Church.

Cerita Hari Sabtu

Pesawat kami mendarat jam 2 sore. Kami naik SQ kelas bisnis lagi lalu kami ke hotel naik MRT, he..he..jomplang ya. Biarin dah yang penting happy, kangen sudah 4 tahun tidak naik MRT. Selanjutnya ke tempat-tempat yang kami hari ini kunjungi, kami naik MRT.

Chinatown

Pilihan kami disini makan dan mau foto dengan street art yang banyak tertampang di beberapa jalan di wilayah Chinatown.




Ada beberapa seniman yang menggoreskan karyanya di tembok-tembok area chinatown ini diantaranya yang terkenal adalah Yip Yew Chong.

Kali ini kami makan di Man Ting Fang di Pagoda Street. ada menu sup ikan unik tapi enak ada rasa lada yang kuat dan pakai cabai hijau. Porsinya gede pula.


Cloud Forest

Kami kesini mencoba naik mrt circle terbaru dan turun di Garden by the bay station. Ha ha ha jauh banget ternyata jalan dari sini ke Cloud Forest, sepertnya 2 km an...he..he..saya lupa cek jarak, maklum sudah lama tidak membuat itinerary.

Atraksi Cloud Forest yang bikin saya tertarik karena sekarang ada avatar nya. Walau malam juga menarik karena avatarnya berlampu.


Kamipun tak lupa membeli boneka avatar buat kenang-kenangan.

Kami juga sempat mampir ke Flower Dome tapi karena hari gelap, kurang ok jadinya.

Setelah selesai, balik hotel naik MRT Bayfront saja ahhh dan berharap jalan lebih ngak jauh. Mau naik shuttle tapi sudah tidak tampak, dulu kesini itu dari visitor center yang dekat Bayfront

Dengan yakinnya kami jalan santai tanpa berusaha nanya bisa tidak beli shuttle dari lokasi ini

Kami jalan kaki tapi ngak sampai sampai he..he... untung di jalanan masih lumayan banyak orang yang main sepeda jadi tidak sepi. Da tidak hujan seperti tadi siang. Kaki sudah merasa pegel tapi dapat foto cakep yang awalnya tidak ditargetkan. Ini dia Singapore Flyer dan Marina Bay Sands dengan lampu aneka warna.


Foto-foto dari kamar Swissotel

Sampai di hotel udah super pegal dan sebelumnya kami sempat beli kue dan chai tea di starbuck dekat raffles city yang terhubung dengan hotel. Kami nyantai sambil foto-foto area Marina May dari kamar hotel kami di lantai 37.




Cerita Hari Minggu

Setelah makan pagi di hotel, kami menyeberang ke Chijmes (menyeberang dari dekat pintu keluar mall yang ada Sephora, arah perkantoran).

Chijmes

Bangunan bersejarah abad 18 ini saat ini dikelilingi cafe-cafe. Bangunan tampak sangat terawat walau sudah tua dan sudah beberapa kali berganti fungsi. Mulai dari biara dan panti asuhan sampai menjadi sekolah dasar khusus anak perempuan.


GBI Singapore

Hari ini ibadahnya di Holiday inn Atrium. Jemaatnya seperti di Jakarta, terdiri dati berbagai kalangan. Disini pekerja tki Indonesia juga tampak lumayan banyak dan mereka tampak bahagia.

Kami tidak menyangka hari ini pembicaranya pak Niko Njotoraharjo. Gembala induk gereja kami.  Hari ini pak Niko juga memberi minyak urapan ke semua jemaat. Seumur umur di Jakarta belum pernah berhadapan muka apalagi diberi minyak urapan. 

Pesan kotbah hari ini  kita harus sembah-yang (menyembah Yang (Tuhan)) bukan hanya berdoa. Orang yang sembahyang pasti berdoa tapi orang berdoa belum tentu sembah-Yang, menyembah Tuhan yaitu dengan melakukan segala sesuatu dengan takut akan Tuhan.

Jewel dan Changi Airport

Kami hari ini menngunakan taxi mulai dari ke gereja sampai ke bandara, kerenan dikit (bukan deh he..he..,, ini karena ngejar waktu)...biar ngimbangi karena pulangnya naik pesawat SQ kelas premium ekonomi, bukan kelas bisnis seperti saat berangkat.

Sebelum terbang balik ke Jakarta kami sempat mampir di Jewel hanya keliling-keliling.



Lalu kami makan di T3, kangen laksa yang ada disana.

Setibanya di Jakarta, saya lumayan norak lihat Indonesia yang sudah keren. Saya baru merasakan imigrasi khusus paspor hijau sudah tidak manual lagi. Antrian bagadi juga sudah jauh lebih cepat dari tahun-tahun sebelummya.

Setelah keluar pintu bandara kami belok kiri untuk mencari taxi Bluebird dan terlihat tampak 1 sedang parkir dengan pengemudi yang berdiri di depannya. Saya agak bingung kenapa ngak ada yang berminat...ternyata ini yang mobil listrik. Argonya hanya lebih mahal Rp 500 per km (kalau tidak salah), dinaikinnya enak juga, mobilnya terasa berat seperti mobil cc besar. Lumayan deh jadi sudah nyobain mobil listrik.

Begitulah cerita jalan-jalan singkat kali ini, walau singkat ada aja kenangan di hati.


Oleh Kumala Sukasari Budiyanto


Senin, 03 April 2023

23 Jam Stasiun Gambir-Cilacap-Stasiun Gambir

Di awal bulan April 2023 yang bernuansa cengbeng-an, kami mencoba day trip. Sudah sering sukses daytrip ke Singapore, Kuala Lumpur bahkan Bangkok, masa di dalam negeri tidak bisa he..he...

Awalnya saya memang pengen liburan tapi daytrip dan di satu sisi kepikiran kuburan si engkong di Cilacap, udah 4 tahun tidak ada yang urusin dan kalau saya sepertinya sudah 15 tahun tidak kesana. Saat saya lihat jadwal kereta api ternyata memungkinkan dibuat daytrip tapi lebih tepatnya 23 jam stasiun Gambir-Cilacap-stasiun Gambir. Kami berangkat jam 10 malam di hari Sabtu tanggal 1 April 2023 dari stasiun Gambir dan kembali ke stasiun Gambir jam 9 malam hari Minggu tanggal 2 April 2023.

Perjalanan kereta Purwojaya dari stasiun Gambir tepat waktu dan penumpang tidak penuh. Kereta ini menempuh jarak 404 km dari stasiun Gambir sampai stasiun Cilacap. Seperti biasanya keberangkatan kereta diiringi doa perwakilan para petugas stasiun gambir.

Saya berkali-kali mencoba tidur tapi lama tidak bisa pules tapi akhirnya bisa pules juga tidurnya. Lucunya pakai ngimpi dimana banyak tukang makanan naik ke kereta  kami, persis dengan kondisi kereta saat ini duduk di bangku dan gerbong saya saat itu (ngimpi apa halusinasi ya ha..ha..) bukan kereta jaman dulu yang memang banyak tukang makanan masuk ke kereta.

Kereta Purwojaya sekarang sudah semuanya kelas eksekutif dengan menggunakan gerbong eks Argo. Tampilan petugas kereta juga jauh lebih enak dilihat, belum lagi Kondektur-nya pakai parhum wangi banget (yang perjalanan pulang juga sama wangi ngambreng dengan wangi yang sama).

Kami memilih gerbong 5 yang dekat kereta makan karena mau cari gerbong yang kira-kira sampai Cilacap masih ramai karena penumpang banyak yang turun di Purwokerto. Tapi sayangnya gerbong ini di stasiun Cilacap tidak dapat tangga jadi sebelum sampai disuruh pindah ke gerbong 6.

Kereta kami tiba di stasiun Cilacap jam 05 20 pagi dan kami dijemput pak supir dari rental mobil yang kami sewa buat selama perjalanan beberapa jam di Cilacap ini.

Walau cuma beberapa jam di Cilacap, biar nyaman kami menginap di hotel buat mandi ha..ha..tapi ngak berani buat tidur sekejab takut bablas. Awalnya mau di hotel yang dulu biasa kami menginap tapi lagi tutup jadi kami coba-coba pilih Dafam Hotel.

Letak hotelnya tidak sampai 2 km dari stasiun dan naik mobil tidak sampai 5 menit, dan lumayan ok kamarnya. Makan paginya juga enak.... tempe mendoan dan kue lopis nya enak, khas jawa banget.

Jam 07.30 kami berangkat dari hotel ke Teluk Penyu, buat foto-foto doang, mengenang masa lalu.

Foto disini khas nya berlatar pulau Nusa Kambangan.

Kami juga foto di pintu depan Benteng Pendem yang lokasinya diseberang pantai Teluk Penyu, tapi tidak masuk, hanya foto di depan yang dulu saat kami kesini belum dibuat gerbang seperti ini. 

Kami mampir ke toko-toko souvenir, sekarang sepi pembeli tampaknya, barang yang dijual berdebu banget seakan yang jualan sudah frustasi. Tapi memang sepertinya iya. Ada satu toko si ibu yang lagi sakit bahagia banget barangnya dibeli apalagi oleh ade saya bayarannya dilebihin dikit.

Kami lanjut ke toko yang jual aneka kerupuk ikan. Lupa nama jalannya apa, si supir yang referensikan. Disini semua aneka merk kerupuk ikan khas Cilacap dijual termasuk lanting, dll.

Selanjutnya ke tujuan utama ke bong Kali Angin ke kuburan engkong. Sampai disana saya keder nih kuburan si engkong ada dimana dan setelah ketemu, dan dikasih lihat foto kuburan before and after dirapiin....hhmmm pantes aja pas sebelum kesini makin lihat foto si engkong, saya makin berasa dipelototin ha..ha.. itu kuburan kacau banget. Sebelum kami datang, sekitar 3 hari sebelumnya saudara saya sudah minta tolong ke petugas buat dirapikan dahulu dan dibayar setelah saya datang, jadi pas saya datang sudah rapih.

Setelah ini juga saya pesan untuk dibuatin anak tangga, biar tidak usah “hiking” kalau mau ke kuburan si engkong.

Selanjutnya jam 11.30 kami kembali ke arah kota untuk makan siang di restauran Sin Hieng yang dulu menjadi favorit saya kalau makan di Cilacap, rasanya sih agak beda dikit tapi masih lumayan enak sih.

Kami juga beli dibungkus bihun goreng disini untuk dimakan di kereta.

Selesai makan sudah jam 12 30, kereta jam 14 20. Karena orang Jakarta yang terbiasa dengan kemacetan yah dag dig dug. Kami kembali ke hotel harusnya mau mandi dulu tapi tidak jadi langsung rapikan packing-an dan jam 13 berangkat ke stasiun....tidak ada 5 menit sampai....akibatnya kepagian  karena disini prinsip alon-alon buat urusan transportasi masih 100% bisa berlaku he..he...

Kereta kami berangkat tepat waktu dari stasiun Cilacap dan penumpang masih sepi.

Saat sampai Purwokerto banyak penumpang yang naik. Di stasiun Purwokerto saat pergi maupun baliknya tumben tidak memutarkan lagu andalannya “Di Tepi Sungai Serayu”. 

Saat trip pulang ini, satu penumpang di depan kami batuk-batuk melulu, akibatnya kani urungkan makan itu bihun goreng, untung masih kenyang karena tadi makan siang nya lumayan kenyang.

Perjalanan day trip naik kereta ternyata lebih cape dati naik pesawat. Hmm hmm mungkin karena badan diguncang-guncang selama di kereta 2 x 7 jam sehingga diperjalanan tidur pulas 1 jam tanpa jeda saja susah.


Disusun oleh,

Kumala Sukasari Budiyanto