Senin, 29 Desember 2014

Tiga Malam di Malaysia

Setelah berwisata di Sumatera Barat dalam rangka Raker, saya dan 2 orang rekan yaitu Eva dan Mery, seperti tahun lalu lanjut jalan-jalan setelah Raker.
Kali ini pilihannya ke Malaysia karena dekat dari Padang. Kota yang kami pilih adalah Kuala Lumpur, Genting dan Malaka.

Menunggu 3 Jam di Bandara Minangkabau
Salah saya juga tidak membuka email, ternyata jam 4 pagi ada email dari Airasia pesawat berubah jadwal dari jam 8.30 menjadi 11.30.
Jadilah kami menunggu 3 jam, sama dengan rekan-rekan kami yang kemarin balik ke Jakarta, nunggu 3 jam juga karena ada 1 acara yang dilewati karena hujan deras...jadi "setia kawan" deh.
Kami di bandara refleksi sambil mikir kemarin teman-teman sebanyak itu nunggu ngapain yah, ini tempat refleksi kapasitas cuma 5 orang.... setelah refleksi kami makan sambil ngobrol, lalu sekitar jam 11 kurang kami didatangi petugas Airasia yang memegang paspor kami (kami sudah masuk imigrasi tapi ijin keluar jadi paspor dipegang petugas), katanya sudah boarding dan penumpang lain sudah masuk. What??? Cepat amat....untung kami tadi tidak jadi keluar bandara.
Pesawat kami take off jam 11 dan baru sebentar mengudara sudah sampai di bandara KLIA2.

Bandara KLIA2
Ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di bandara yang baru beroperasi Mei 2014 lalu. Bandara ini adalah pengganti bandara LCCT.
Bandaranya besar, jarak dari gate ke imigrasi jauh bener....ditambah kurangnya pemandangan di area ini membuat perjalanan terasa makin panjang. Setelah melewati bagian imigrasi yang siang itu tidak ramai, barulah tampak banyak toko dan restaurant. Karena waktu kami sempit, kami tidak sempat melihat-lihat, kami langsung mencari halte bus Aerobus di lantai 1 untuk menuju ke Genting dan tiket busnya telah kami beli secara online. 

GENTING HIGHLAND
Setelah perjalanan hampir 2 jam, kami tiba di Genting. Suasananya sedang banyak konstruksi, disini sedang dibangun 20th Fox World yang akan selesai di tahun 2016. Bis aerobus yang biasanya berhenti di belakang First World hotel, sekarang berhenti di suatu area terminal sementara dan kita harus menyambung naik taxi atau shuttle bus.
Kami langsung check in di mesin untuk mengambil kunci kamar. Beruntung kamar triple kami tidak jauh dari lift, saya pernah nginep disini dan dapat kamar diujung.maklum hotel First World ini besar sekali, kamarnya ada 6.118 kamar.
Awalnya kami berencana nonton 4D, dll tapi kenyataannya terjerat shopping...maklum lagi banyak diskon terutama Esprit yang diskon 40%... efek kebanyakan belanja makannya juga lahap...makan malamnya jadi 2 kali he...he...
Kami juga sempat ke Snow City tapi fotonya tidak sebagus saat 2 tahun lalu saya foto disini, mungkin lagi ramai dan mungkin juga muka kami yang beraura shopper... Jadi kami beli sedikit saja fotonya...ini saya foto ulang, burem deh... Foto disini mahal banget, paling efisien ambil CD dari semua foto RM 150, tapi kalau banyak yang kagak bagus rugi juga. Ini fotonya saya foto ulang lalu diedit seolah dalam rumah-rumahan....biar burem fotonya tetep kreatif he...he...

KUALA LUMPUR
Kami yang ngeri naik Skyway karena pertimbangan sedang sering hujan, memilih naik taxi dengan harga RM 180, lebih mahal jika dibandingkan naik Skyway+skybus ke KL Sentral+taxi ke hotel. Tapi enaknya naik taxi praktis dan terutama menghindari saya dari stress naik Skyway yang menurut saya paling berguncang dari seluruh kereta gantung yang pernah saya naiki.
Setelah melewati 1.5 jam perjalanan kami tiba di hotel Furama Bukit Bintang, hotelnya cukup nyaman namun jauh dari statiun metro.
Setelah check in, eva dan mery membelikan 1 kue kecil buat saya yang ultah hari itu. Kue dimakan sepiring bertiga...biar kompak dan biar ngak gemuk...kan kemarin makan malamnya sudah 2 kali belum lagi saat di Padang, kami juga sudah kebanyakan makan...
KLCC
Sebelum ke KLCC kami mampir ke satu shopping mall atas saran dari tukang taxi tapi kurang seru sampai saya lupa apa namanya....
Di KLCC kami makan lalu ngeliat Esprit diskon lagi yang diskon 40% juga seperti di Genting dan belanja lagi, gubrakk..... Baju yang saya beli langsung saya pakai deh untuk 2 hari terakhir...maklum kekurangan rok karena dengkul yang lecet akibat jatuh di Padang belum ok kalau dipakaikan celana jeans yang saya bawa...alasan aja yah...bilang aja mau beli baju baru..he..he.... maka foto saya di dua hari berikutnya pakai baju baru diskonan yang belum dicuci ha...ha...
Sebelum lanjut ke bukit bintang, kami foto-foto di depan KLCC Tower dengan penuh perjuangan yang gagal....hanya mery yang berhasil fotonya.
Bukit Bintang
Disinilah tempatnya mencari pernak pernik souvenir dan beberapa toko baju.
Jalan Alor
Disinilah surganya makanan jalanan di Kuala Lumpur.

MALAKA
Kami ke Malaka dengan men-charter taxi sekalian juga ke I-City di Syah Alam. Dalam perjalanan ke Malaka, tukang taxi mengajak ke toko coklat dan toko tas kulit plus ramuan herbal...dia mengharap komisi dari toko, tapi biarin deh, biar dia senang juga dan ternyata orangnya juga baik dan memberi info tempat wisata yang kami belum tahu...jadi topiknya saling menguntungkan.
Rumah Merah
Disinilah pusat wisata kota Malaka. Disini terdapat gedung balai kota, gereja peninggalan belanda yang dibangun pada abad 17, lengkap dengan kincir angin dan air mancur Ratu Victoria.
Di lokasi ini juga banyak Rickshaw (becak hias) yang tarifnya lumayan mahal tapi ok lah buat mencoba.
Jongker Street
Di jalan ini tampak sekali rumah-rumah warga peranakan dan tidak lupa makan nasi hainam disini. Nasinya dipulung membentuk bola-bola kecil, namun di restaurant tempat kami makan menyajikan nasinya sebagian dibentuk bola dan sebagian lagi tidak dibentuk, sampai saya kira yang dibentuk bola kecil itu bakso ikan he...he...
Ceng Ho Temple
Saya penasaran dengan klenteng ini, ternyata tidak besar dan tidak jauh dari jongker street...salah kagak yah nih tukang becak, soalnya tidak ketemu perigi hang li po-nya. Kami coba jalan-jalan ke area belakang dan ternyata rumah abu...hi...hi...kabur ahh.
Malaka River Cruise
Namanya keren banget cruise...tapi sebenarnya hanya kapal motor yang mengelilingi sungai Malaka yang kanan kirinya terdapat beberapa rumah masa lalu yang dilestarilan. Inilah salah satu hebatnya orang luar negeri menjual tempat wisatanya.

I-City
Setelah perjalanan 2 jam lebih dari Malaka, tibalah kami di I-City, tempat wisata di kota Syah Alam. Jika kita berangkat dari Kuala Lumpur, tempat ini ditempuh selama 45 menit naik mobil. Tempat ini berhiaskan lampu warna warni dalam berbagai bentuk yang sangat cantik, sehingga bagus dikunjungi saat malam.
Disini ada beberapa wahana permainan tapi snow walk saja yang tampak ramai pengunjung. Wahana lainnya adalah trick eye foto, red carpet (seperti madame tussaud) dan water world.
Area ini tampaknya masih belum selesai pembangunannya menjadi kota kecil yang ada perkantoran, apartemen, pusat pembelanjaan dan pusat permainan.
Sebelum balik ke hotel kami makan malam dulu di restaurant yang tidak jauh dari hotel dan keesokan harinya kami charter taxi yang sama untuk keliling Kuala Lumpur sebelum berangkat ke airport. Kamipun pasrah (atau ngak mau pusing) menyerahkan rute dan pilihan tempat ke sang supir taxi.... untung pilihannya ok banget seperti cerita di bawah ini.

KUALA LUMPUR
Royal Museum
Tempat seluas11ha ini pada tahun 1957-2011 digunakan sebagai istana bagi kerajaan Malaysia dan saat ini diperuntukkan sebagai musium yang dapat dikunjungi publik.
Kami sempat melihat ke dalam istana 2 lantai ini, mulai dai ruang tamu kerajaan, ruang tidur, ruang klinik, sampai ruang kerja yang ternyata tidak terlalu besar loh....
Kami juga mengunjungi gedung yang disebelahnya yang merupakan ruang pertemuan besar dan pameran.
Tempat ini sebelum digunakan sebagai istana, awalnya pada tahun 1928 adalah rumah Chan Wing, saudagar China yang konon memiliki 8 istri. Lalu pada penjajahan Jepang tempat ini menjadi markas Jepang. Kemudian sempat tidak lama menjadi pangkalan Air Force Inggris dan juga istana sementara kesultanan Selanggor.
Istana Negara
Istana di jln. Duta ini digunakan sejak 2011 sampai sekarang hanya dapat kita kunjungi diluar pagarnya saja.
Dataran Merdeka
Di area ini saat saya kunjungi di hari Minggu pada awal tahun lalu jalanan di tutup jadi bebas foto ditengah jalan, tapi saat saya datang kali ini, di hari rabu, jalanannya dibuka jadi banyak mobil lalu lalang.
Tempat ini disebut dataran merdeka karena disinilah kemerdekaan Malaysia diproklamirkan pada 31 Agustus 1957.
Di depan dataran ini terdapat gedung Abdul Samad yang cantik, peninggalan dari Inggris dan sekarang digunakan oleh kementerian seni.
Thean Hou Temple
Temple Budha di jalan Syed Putra, didirikan pada tahun 1989. Temple ini lumayan banyak pengunjungnya dan kami tidak masuk kedalamnya dan foto-foto di depan patung yang berada di depan temple ini...ada patung dewa uang, dewi Kuan Im dan patung 12 shio.
Batu Caves
Temple Hindu Tamil ini berdiri sejak tahun 1891 dengan ciri khas patung emas Dewa Murungan setinggi 42m yang berdiri kokoh di depan tebing.
Saat 2 tahun lalu saya ke tempat ini saya menaiki anak tangga sebanyak 272 itu dan melihat gua bagian atas dan bertemu beberapa monyet yang nongkrong di tangga.
Pada kunjungan kali ini saya tidak melakukannya lagi tapi mengunjungi gua yang dibawahnya yang ada kolam ikan (pintu masuk di sebelah kiri dan dikenakan biaya). Di dalam gua ini ada patung tokoh-tokoh hindu yang dihiasi lampu sehingga cantik. Di tempat ini tidak ada monyet-monyet, jadi yang takut monyet bisa ke gua ini saja.
Sebelum pulang kami bertiga membeli syal bermotif khas hindu dan langsung dipakai buat foto deh....
Tak terasa sudah tiba waktunya kami harus meninggalkan Malaysia dan mengakhiri liburan kami....kami bergegas ke airport KLIA dan semoga liburan ini membawa energi positif buat bekerja kembali.

Oleh Kumala Sukasari Budiyanto

Senin, 22 Desember 2014

Sumatera Barat yang Cantik dan Kaya Legenda

Pada awal Des 2014 lalu, saya dan rekan-rekan sekerja di ACA mendapat kesempatan jalan-jalan ke beberapa tempat di provinsi Sumatera Barat, dimulai dari kota Padang, ibukota provinsi Sumatera Barat dimana kami mengadakan meeting tahunan. Lalu mengunjungi kota Solok dan Batusangkar dalam perjalanan ke Bukit Tinggi. Kami juga mengadakan 2 seremonial pelepasan balon di Danau Kembar dan pelepasan bibit ikan nila di Danau Singkarak.

Kami tiba di Minangkabau Airport pada tanggal 8 Desember 2014, selain disambut oleh tim dari Cabang Padang kami juga disambut oleh pemandangan pegunungan yang menggoda.
Perjalanan kami menuju Grand Inna Hotel melalui jalan Bypass yang awalnya saya kira ini adalah pinggiran kota tapi ternyata sejak peristiwa gempa disini menjadi pusat kota.
Hotel kami menginap di kota lamanya yang saat gempa lalu paling banyak terkena musibah. Hhmmm…, bagaimana kondisinya saat ini?
Ternyata sudah pulih, jika tidak diberitahu, saya tidak merasa di lokasi ini pernah terjadi gempa. Saya sempat makan di Apollo Restaurant yang saat gempa lantai 1 nya masuk ke dalam tanah....sekarang sudah direnovasi total menjadi baru dan yang pasti makanannya lumayan maknyuss.
Tidak jauh dari restaurant ini juga ada 2 kios es duren yang enak. Menu duren ada sepanjang tahun walau sedang tidak musim durian. Dari mana yah durennya? Ternyata duren disimpan selama 1 tahun dalam freezer sehingga pedagang dapat menyajikannya sepanjang tahun.
Makanan Padang tentunya banyak di kota ini tapi namanya bukan RM Padang, melainkan nama biasa saja tapi rasanya jauh lebih enak dari yang ada di Jakarta.
Masih seputar makanan... Kita semua pasti kenal keripik padang. Nah di toko Shierly dan Christine Hakim kita bisa belanja makanan khas Padang untuk oleh-oleh, ada keripik, singkong goreng yang berbentuk kotak kecil-kecil seperti dadu, dendeng, rendang, dan ada juga keripik singkong rasa durian.

Negaraku Indonesia selain kaya pemandangan alam yang indah, aneka ragam makanan yang lezat, juga kaya akan cerita legenda, termasuk di provinsi Sumatera Barat ini.

Siti Nurbaya
Saya dan beberapa rekan sempat bersantai-santai di pinggir jembatan Siti Nurbaya sambil makan pisang bakar yang sayang sekali membakarnya ngak bagus jadi perlu memisahkan pinggiran yang super gosong sebelum dimakan.
Dari atas jembatan ini, kita bisa melihat pemandangan sungai dengan beberapa kapal yang sedang bersandar dan beberapa bocah yang dengan bahagianya berenang di sungai.
Konon di tempat inilah, dahulu Siti Nurbaya menjeburkan diri ke sungai karena tidak mau dipaksa menikah dengan Datuk Maringgih, lelaki kaya namun usianya jauh lebih tua.

Malin Kundang
Kami mencoba pergi ke pantai Air Manis, dimana terdapat batu menyerupai manusia sedang tersungkur yang konon katanya, batu ini adalah si Malin Kundang, anak durhaka yang tidak mau mengakui ibunya setelah dia menjadi kaya. Namun setelah melewati jalan-jalan berliku perjalanan kami terhenti karena jalanan ditutup sedang diaspal. Hu..hu..hu...gagal deh melihat langsung batu Malin Kundang yang katanya sering memberikan penampakan seperti orang yang menangis.

Dari kota Padang kami melanjutkan wisata ke arah kota Bukit Tinggi dan tentunya mampir di beberapa kota dimana terdapat tempat-tempat wisata yang berlegenda

Danau Kembar
Danau yang menyimpan legenda ini terletak di kabupaten Solok. Danau Dieteh (diatas) dan Danau Dibawah adalah sebutan lain dari danau ini. Kedua danau ini hanya berjarak 300m dan keduanya tampak saling berhadapan, satu diatas dan satu letaknya di bawah. Jadi yang diatas namanya Danau Diatas dan yang dibawah namanya Danau Dibawah?
Bukan, tapi sebaliknya yang diatas, namanya Danau Dibawah karena dari sana bisa melihat danau dibawah... Antik yah....tapi begitulah kenyataannya...he...he...
Danau ini katanya sering berubah menjadi warna merah karena darah sang naga yang dilegendakan masih sering mengucur sampai sekarang. Konon, dahulu kala ada seorang niniak (orang tua) yang sakti ditantang bertarung oleh seekor naga. Bagi orang minang yang tidak suka mencari musuh na,un akan melawan jika ditantang, maka naniak pemberani ini melawan sang naga yang menantangnya dan berhasil mengalahkan sang naga sehingga sang naga tersungkur dan tubuhnya melingkar membentuk danau kembar ini dengan salah satu sisi membentuk seperti kepala naga... Namun sayang kami tidak berhasil mengambil foto yang kedua danau ini bersamaan karena kabut menyelimuti Danau Diatas.
Danau yang tidak terlalu luas ini memiliki pemandangan yang cantik ditambah hawa yang sejuk menyegarkan. Kedua danau yang tampak sejajar ini memang kurang lebih sama ketinggiannya dari atas permukaan laut, Danau Diatas 1.600m diatas permukaan laut dan Danau Dibawah berada di 1.566m diatas permukaan laut, namun kedalaman danau jauh berbeda, Danau Diatas cukup dangkal hanya 44m sedangkan Danau Dibawah memiliki kedalaman yang dalam yaitu 886m.
Seremonial
Dilokasi ini, tim ACA juga melakukan pelepasan balon bertuliskan “ACA is The Best”. Balon yang dilepaskan terbang tinggi ke langit mengikuti arah angin menyusuri danau yang indah ini, semoga ACA juga bisa terus maju walau cobaan menerpa.
Danau Singkarak
Danau ini juga berlokasi di kabupaten Solok dan merupakan danau kedua terbesar di Sumatera setelah danau Toba. Danau ini panjangnya mencapai 20km, lebar maksimal 6.5 km dan luas 107.8m2.
Di lokasi danau terdapat perahu motor yang dapat disewa untuk keliling danau dan juga ada beberapa kios makanan ringan.
Danau ini juga memiliki legenda loh... Konon ceritanya dahulu adalah laut namun karena tertimpa batu yang membesar yang diduduki Indra maka laut menjadi danau.
Indra adalah anak pak buyung, dia rajin tapi makannya banyak. Saat paceklik orang tuanya menemukan makanan alternatif yaitu pensi dan karena jumlahnya sedikit maka mereka diam-diam makan sendiri karena takut jika Indra tahu maka makanan tersebut dihabiskan Indra.
Indra saat itu sedang lapar tapi orang tuanya tetap menyembunyikan makanan itu dan bahkan menyuruh Indra membersihkan ijuk sampai bersih jika hendak mendapat makanan. Ijuk tidak berhasil Indra bersihkan dan orang tuanya tetap tidak mau membagi makanannya.
Indra yang curiga dengan gelagat orang tuanya mencoba masuk dari pintu belakang sehingga tidak ada bunyi kokok si Taduang, ayam jantan kesayangan Indra yang selalu berkokok saat Indra masuk rumah.
Karena tidak ada bunyi kokok si Taduang, Pak buyung dan istrinya asik makan tanpa sadar Indra masuk rumah.
Betapa kecewanya Indra yang telah dibohongi orang tuanya. Dia menangis sambil menggendong Taduang dan keluar dari rumah lalu duduk diatas batu sambil mengelus-ngelus si Toduang. Keajaiban terjadi saat Indra memegang kaki si Taduang. Indra ikut terbang dan batu yang didudukinya juga ikut naik keatas.
Di lokasi danau Singkarak, katanya ada bagian batu yang seperti ini tapi sebagian areanya sudah tertutup air danau.
Seremonial
Pada kesempatan ini tim ACA juga melakukan pelepasan bibit ikan nila di danau ini. Pelepasan ikan dilakukan oleh beberapa anggota Direksi ACA dengan harapan semoga kami dapat ikut melestarikan lingkungan di danau ini.
Istano Basa Pagaruyung
Istano Basa (istana besar) Pagaruyung terletak di kota Batusangkar dan merupakan replika dari istana aslinya yang dahulu berada diatas Bukit Batu Patah yang rusak akibat perang.
Istana ini entah mengapa sudah dua kali mengalami kebakaran di tahun 1966 dan 2007, mungkin juga karena terbuat dari kayu sehingga mudah terbakar.
Dahulu istana ini adalah tempat tinggal dan pusat pemerintahan Raja Minangkabau, saat ini tempat ini menjadi obyek wisata dimana kita bisa melihat bagaimana rumah adat Minangkabau dan juga mencoba mengenakan baju adat Minangkabau yang dapat disewa untuk dipakai berfoto dengan harga Rp 35 ribu saja.

Jam Gadang
Jam Gadang (jam besar) adalah ikon kota Bukit Tinggi. Disekitar Jam Gadang kita bisa melihat Istana Bung Hatta (tidak dibuka untuk umum), pemandangan kota bukit tinggi dan pasar atas.
Jam Gadang adalah hadiah dari Ratu Belanda untuk Rook Maker, sekretaris Belanda di Bukit Tinggi. Peletakan batu pertama dilakukan oleh anak Rook Maker yang masih berumur 6 tahun. Jam Gadang selesai dibangun pada tahun 1926 dengan hiasan diatasnya berupa ayam berkokok, bukan atap seperti rumah Minang yang kita lihat saat ini.
Atap Jam Gadang mengalami 3 kali perubahan, awalnya ayam berkokok, lalu saat penjajahan Jepang berbentuk pagoda dan barulah setelah masa kemerdekaan diganti atap seperti rumah Minangkabau.
Jam yang menjulang setinggi 26m ini jika diperhatikan ada yang aneh. Coba perhatikan huruf romawi pada jam ini.... Angka jam 4 tidak ditulis IV tapi IIII. Salah cetak? Tidak mungkinlah..., ini hadiah dari Ratu Belanda, kualitas mesinnya saja katanya sekelas Big Ben di London dan hanya dua jam ini yang mesinnya sama. Apa sengaja diganti karena ada 4 pekerja yang tewas saat membangun menara ini?
Namun ternyata ini bukan suatu kesalahan atau diubah karena mistis...dahulu untuk angka 4 romawi terutama jam dikenal dengan bentuk IIII bukan IV, jadi bukan Jam Gadang saja yang seperti ini, ada banyak jam kuno di dunia yang seperti ini, alasannya mungkin untuk keseimbangan bentuk atau bisa juga untuk memudahkan pembuatannya.

Pasar Atas dan Pasar Bawah
Tidak seperti Danau Diatas dan Danau Dibawah (Danau Kembar) yang istilahnya terbalik dengan letaknya, Pasar Atas letaknya memang diatas dan Pasar Bawah letaknya dibawah Pasar Atas.
Kedua pasar ini dihubungkan oleh 40 anak tangga yang lumayan curam. Pasar Atas menjual baju sedangkan Pasar Bawah menjual sayuran, buah dan daging.

Rumah Kelahiran Bung Hatta
Rumah kayu 2 lantai ini tampak bersahaja dan terletak tidak jauh dari Pasar Dibawah.
Di rumah inilah Bung Hatta dilahirkan dan dibesarkan. Di rumah yang saat ini dijadikan musium terdapat furniture kuno yang digunakan oleh keluarga Bung Hatta. Foto-foto keluarga beliau juga banyak terpampang di rumah ini.

Ngarai Sianok
Dalam perjalanan pulang dari kota Bukit Tinggi ke kota Padang, kami mampir ke Taman Panorama dimana kita dapat melihat salah satu sisi lembah curam yang cantik ini.
Ngarai Sianok memiliki kedalaman lembah 100m dan lembah ini sangat panjang yaitu 15km, lebarnya juga lumayan besar yaitu 200m.
Lembah cantik ini, saat jaman penjajahan Jepang adalah lembah yang memilukan karena disana ada lubang Jepang yang digunakan sebagai tempat pertahanan dan juga tempat penyiksaan penduduk lokal yang melawan. Pintu masuk gua terletak di sisi kiri setelah pintu masuk di Taman Panorama dengan menuruni beberapa anak tangga.

Lembah Anai
Dalam perjalanan kami juga melewati air terjun yang besar di Lembah Anai, namun kami tidak sempat berhenti dan berfoto disana karena hujan deras.
Air terjun setinggi 35 ini dapat kita lihat dari pinggir jalan. Air ini mengalir dari gunung Singgalang ke patahan lembah Anai.
Sebenarnya di area ini ada 3 air terjun tapi 2 air terjun ada di dalam dan tertutup lebatnya hutan. Namun melihat 1 air terjun yang tampak di pinggir jalan saja, saya dan teman-teman sudah merasakan kedahsyatannya apalagi saat itu diiringi hujan yang lebat.

Keindahan alam dan keunikan budaya Sumatera Barat adalah sebagian dari keindahan Indonesia yang patut kita banggakan bersama dan saya berharap tim pariwisata Indonesia dapat mengemasnya menjadi semakin cantik lagi.

Oleh Kumala Sukasari Budiyanto