Senin, 08 Juni 2015

Menikmati Vivid Sydney dan Birunya Blue Mountains

Setelah belasan tahun ngak naik pesawat berlabel kangguru, kali ini saya berkesempatan terbang bersamanya lagi. Jumat, 29 Mei 2015, pesawat Qantas Q42 terbang tepat waktu jam 8 malam. Berbeda dengan maskapai lainnya, awak kabinnya mayoritas pria dan penampilannya lumayan seperti bodyguard dan usia mereka tidaklah muda. Itulah bedanya pesawat maskapai asia dengan lainnya, kali inipun saya merasa berbeda dengan belasan tahun lalu dimana dulu pramugarinya masih lumayan banyak, sekarang tidak.

Day 1
Setelah terbang 7.5 jam, tibalah kami di Sydney Airport yang berlokasi di dekat Botany Bay, tempat saat zaman dahulu kala Kapten Cook dari Inggris, pertama kali berlabuh di kota ini.
Kami mendarat jam 6 pagi waktu Sydney (di Jakarta jam 3 pagi) di airport yang saya pernah datangani belasan tahun lalu untuk transit tapi saya belum pernah keliling kota Sydney. Jadi kali ini, saya mau puas-puasin keliling kota Sydney.
Awalnya saya berencana naik taxi dari airport, tapi adik saya bilang naik kereta aja yuk..... Yah, saya sih setuju aja karena memang pengen coba tapi takut dia yang merasa ribet seperti naik kereta dari airport London saat kami pergi kesana tahun lalu.
Kami mengikuti petunjuk di bandara menuju arah airport train, kemudian sesampainya di stasiun, saya langsung membeli tiket one way airport train seharga a$ 13 per orang, sekalian juga saya beli tiket Mymulty3 weekly seharga a$ 65 per orang, tiket transportasi yang akan saya gunakan selama di Sydney dan juga Blue Mountain. Menurut saya, ini tiket yang paling murah dan praktis karena bisa dipakai sepuasnya selama seminggu untuk naik bus, kereta di dalam kota maupun luar kota (tapi tidak termasuk kereta ke airport) dan juga naik kapal ferry. Sebenarnya ada juga Opal Card yang biasa dipakai penduduk Sydney tapi sekilas saya hitung lebih murah menggunakan Mymulty yang memang dikhususkan untuk turis. Mymulty card ada 3 tipe dan saya memilih yang mymulty3, yang paling mahal, karena yang tipe ini yang bisa dipakai sampai ke Blue Mountains, detail dapat dilihat di link ini http://www.transportnsw.info/tickets/multi-travel
Dengan bermodal tiket yang bentuknya tipis seperti kertas karton ini, kami memulai trip kami. Kami langsung menuju platform ke arah central station dimana hotel tempat kami menginap berlokasi. Kami sempat menunggu sekitar 10 menit dan tibalah kereta susun, kereta khasnya kota Sydney. Untung kereta kosong, jadi kami bisa duduk di area yang tengah dekat pintu, bukan yang lantai atas dan bawah yang perlu naik tangga sedikit. Sekitar 10-15 menit, kami sudah tiba di Central Station....disinilah saya bingung nyari jalanan tunnel yang tembus ke Railway Square yang dekat dengan hotel kami...saat itu saya tidak berhasil ketemu jalannya, jadi kami pilih jalan atas yang sebenarnya saat saya lihat peta saya ngak mau lewat sini karena lebih jauh....(tapi setelah beberapa hari berlalu, saya baru sadar, bawa koper ngak mungkin lewat tunnel...naik tangga boooo soalnya he...he....).
Kami tiba di Mercure Hotel masih pagi, jadi belum jam check in, jadi kami titip koper lalu langsung jalan-jalan.
Mengenai hotel, saya beruntung memiliki member Accor karena dengan bayar member setahun seharga Rp 2.3 juta, selain dapat diskon, upgrate kamar di hotel group Accor di Indonesia, yang penting saya dapat 2 malam gratis yang dapat dipakai dimana saja. Nah...kalau kita sering ke luar negeri wilayah Asia Pasifik yang harga kamar hotelnya mahal-mahal maka ini untung sekali, misal tarif Mercure Sydney tanpa breakfast sekitar Rp 1.5-2.2 juta. Saya 2 malam disini, yang satu malam yang saya gunakan malam gratis dari member yang seharga Rp 2 jutaan dan untungnya yang semalam lagi yang tidak gunakan voucher malam gratis, saya dapat yang terendah, Rp 1.6 juta dengan breakfast.
Tapi malam gratis itu tidak selalu tersedia (tapi selama ini saya selalu dapat) dan tidak bisa digunakan berurutan di hotel sama dalam 30 hari, jadilah saya yang ngak mau rugi akan pindah hotel setelah ini, saya pilih 1 malam gratis di Novotel Darling Harbour yang harga kamarnya kalau bayar di hari itu diatas Rp 2 juta.
Jadi selama trip ini, kelakuan kami seperti kucing beranak yang suka pindah-pindah tempat, 2 malam di Mercure Sydney, 1 malam di Hotel Carrington Katoomba dan 1 malam di Novotel Darling Harbour...harusnya adik saya saya buatkan member yah ha....ha....biar bisa selang seling pakai jatah malam gratisnya...tapi malunya harus angkut koper deh pagi-paginya untuk ikuti proses check out dan check in...dan pasti resepsionis akan geleng-geleng kepala ha....ha... Ngak deh, gengsi juga dan kebetulan yang semalamnya harga ngak mahal jauh.
Hotel Mercure tempat kami menginap sangat sangat strategis, dekat stasiun, halte bus, dan kalau mau ke Paddy Market juga dekat, bisa jalan kaki.
Setelah kami titip tas dan memberikan data ke resepsionis, saya yang penasaran dimana letak tunnel di Railway Square yang tembus ke Central Station....ternyata deket banget dari hotel ini...keluar dari pintu yang arah ada halte bus, nyeberang ke arah kanan ke jalan yang ada pertokoan, itulah jalannya.

Sebelum memulai jalan-jalan pagi itu, kami makan croissant dan hot chocolate di kios yang berada di depan hotel. Setelah itu kami mencoba jalan kaki ke Powerhouse Musium di Harris Street, kami kira jauh tapi jalan kaki ngak sampai 10 menit sudah sampai dan saat kami tiba masih jam 9 pagi dan musium buka jam 10 pagi. Jadi kami putuskan ke Paddy Market dulu saja yang memang buka jam 9 pagi, kami jalan kaki melalui Ultimo Street dan dekat sekali, sebentar sudah sampai.

Paddy Market
Ini adalah pasarnya warga Sydney, disini kita bisa membeli bahan makanan seperti sayuran, buah sampai ke pakaian yang berlokasi di lantai bawah. Di lantai ini juga ada beberapa toko penjual souvenir.
Di lantai atas yang lebih berbentuk pertokoan, terdapat toko farmasi, food court dan salon.
Disini adik saya membeli jaket seharga a$ 30, lumayan bagus dan kuat menangkal dingin juga.
Tiket masuk: tidak ada
Alamat: Market City, Thomas Street & Hay Street
Jam buka: 9am-6pm hari Rabu sampai Senin, hari Selasa tutup

Powerhouse Museum
Kami kembali jalan kaki dari Paddy Market ke musium ini melalui Ultimo Street lalu belok kanan ke arah Harris Street.
Setibanya di museum yang dahulunya gedung Ultimo Power Station, kami langsung mencari lokomotif no 1, yaitu lokomotif pertama yang digunakan di New South West. Lokomotif ini digunakan selama 22 tahun dari tahun 1850-1877 dan telah menempuh jarak 155,667 miles atau 250,468 km. Lokomotif ini dipajang di dekat pintu utama dan lokomotif dipajang berbarengan dengan contoh gerbong kereta penumpang berbagai kelas yang ada di masa itu.
Di musium ini, saat itu sedang ada pameran berjudul "350 years of Underwear in Fashion". Yang menarik bentuk korset wanita di masa lampau, tampak menyiksa kalau dipakai ha...ha...
Tiket masuk: a$ 15
Alamat: 500 Harris Street, Ultimo
Jam buka: 10am-5pm setiap hari kecuali hari Natal tutup

Setelah dari musium, kami beranjak ke arah hotel untuk check in dan mandi, tapi sebelumnya kami mencoba KFC ala Sydney yang berlokasi di seberang hotel....wuihhh ayamnya putih, kagak ada urat-urat merah seperti yang di Jakarta...kata adik saya, mungkin ayamnya ngak stress, terbawa suasana penduduk disini yang tampak tenang dan teratur.
Setelah mandi dan istirahat sebentar, kami yang awalnya mau ke Queen Victoria Building (QVB), tapi karena takut tidak keburu ikut Vivid Sydney Opera Tour jam 5.30pm yang sudah saya beli online dan saya yang masih belum menguasai arah platform kereta di station Central yang line nya banyak banget, kami putuskan langsung naik kereta ke Circular Quay saja, tidak berhenti di Town Hall station dimana QVB berada.
Mau tahu ada berapa platform di Sydney Central Station?
25 platform dan semuanya tidak satu lantai.
Lalu bagaimana tahunya kita naik di platform mana?
Sebelum berangkat cek di web http://tp.transportnsw.info/nsw/XSLT_TRIP_REQUEST2?language=en, kalau petunjuk di station di pintu platform adanya nama akhir tujuan kereta, baru pas sudah sampai rel yang mana kita harus naik anak tangga, baru ada nama-nama station yang akan kereta berhenti.
Dari lorong tunnel apa bisa ke semua platform?
Bisa, ikuti petunjuk ke arah nomor platform berapa.
Kalau dari platform, mau ke tunnel untuk ke railway square apa bisa?
Bisa banget, tapi entah mengapa saya mabok sampai hari terakhir baru bisa. Mungkin karena platform saat berangkat dan pulang beda, dan sepertinya bisa beda lantai. Saya baru berhasil turun ke arah tunnel di hari setelah pulang dari Katoomba, saya turun ke tangga dekat platform 7.

Circular Quay
Disinilah salah satu pusat wisata di Sydney, ada Opera House, Sydney Harbour Bridge, The Rocks, dermaga kapal ke tempat-tempat wisata dan tentunya restaurant-restaurant di sekeliling quay (dermaga).
Kami tiba sekitar jam 4 sore, suasana mulai ramai tapi belum sepadat saat kami baliknya karena mulai jam 6 sore, Vivid Light mulai beraksi.

Sydney Opera House Tour
Kami sengaja memilih yang jam 5.30pm yang tournya bertema Vivid, jadi kami diajak ke atas kuncup Opera House saat dipantulkan cahaya laser warna warni dengan berbagai bentuk.
Yang saya tidak sangka, ternyata tekstur dinding dari kuncup opera ini bukan polos tapi dari seperti marmer kotak-kotak kecil ukuran 2-3cm.
Guide kami gayanya lucu, mirip tokoh kartun, bosnya Scoobidoo. Kami juga diajaknya masuk ruang opera yang ternyata panggung dan backstage kagak besar-besar amat tapi kalau duduk di bangku penonton saya merasa nyaman.
Dipikir-pikir, apa sih yang menjual dari opera ini sampai jadi ikon kota dan juga terkenal ke penjuru dunia? Menurut saya ide bentuk atapnya yang brilliant dari arsitek bernama John Utzon, ini susunan dari potongan-potongan jeruk jika dipecahkan. Di depan Opera House ada tempat dimana kita bisa tancapkan jeruk sehingga pecah jadi potongan-potongan yang bisa disusun seperti bentuk atap opera house ini.
Pembangunannya cukup lama, 14 tahun dan melibatkan 10,000 pekerja. Opera yang selesai tahun 1973 ini, pada tahun 2007 masuk dalam Unesco World Heritage List dalam kategori gedung modern.
Setelah tour kami ditawari foto kami yang sudah di setting dalam 5 macam latar dan dimasukkan dalam album khusus dengan sedikit artikel tentang opera house ini. Lumayan mahal a$ 40, tapi untung kami beli karena foto sendiri degan suasana vivid, "ancur" semua hasilnya karena kamera kami memang ngak bagus untuk kondisi malam hari. Foto yang kami beli itu juga bisa kita download dari web mereka, kita bisa download selama 6 bulan ke depan, setelah itu file mereka hapus.
Setelah selesai ikut tour, kami lapar dan langsung saja makan di Opera Kitchen. Karena adik kangen makanan berkuah...padahal baru juga sehari di Sydney. Kami pesan makanan Jepang...mahal, seporsi a$ 20 an tapi rasanya datar.....he...he...di tempat bule memang jangan makan beginian, harusnya makan makanan mereka, barulah enak.
Harga Tour: a$ 33.3, ini harga setelah diskon 10% untuk pembelian online.
Meeting point: dekat counter tiket di lantai bawah yang ada Opera Kitchen.


Setelah kami keluar dari Opera House, lautan manusia ada di lokasi sekitar Circular Quay. Tampaknya semua warga Sydney, sabtu itu berkumpul disini. Ramai banget, dimeriahkan pula dengan cahaya warna warni dimana-mana, ada di atap Opera House, Harbour Bridge, pertunjukan-pertunjukan lampu di sekitar dermaga dan tak ketinggalan kapal-kapal yang berlayar juga menyalakan lampu.
Vivid Sydney adalah acara tahunan yang betlansung selama 18 hari, menyambut masuknya musim dingin. Vivid 2015 berlangsung dari 22Mei-8 Juni, selain vivid light, ada juga vivid music dan vivid idea. Tapi buat saya cukuplah menikmati vivid light yang menampilkan hiasan dari lampu-lampu karya 140 seniman dari 15 negara. Katanya ada 56 lokasi tapi di Circular Quay saya sudah puas banget melihatnya karena di lokasi ini memang pusatnya.
Sekitar jam 7 kurang, kami sudah bergegas balik, takut keretanya penuh dengan arus balik para warga sydney yang asik menikmat vivid. Keretapun di Circular Quay station sejak jam 6 sore hanya ada rute penjemputan, sedangkan pemberhentian hanya sampai James Station. Beberapa rute jalan juga dialihkan tapi beberapa rute bis ditambah.

Day 2
Hari ini hari minggu, harusnya pagi kami jadwalkan ke gereja Hillsong yang katanya ada shuttle bus dari Central Station, tapi kami telat bangun, jam 10 pagi kami baru siap untuk makan pagi. Mungkin mata kami belum terbiasa dengan perbedaan waktu 3 jam yang lebih cepat.
Beruntung breakfast di hotel hari minggu sampai jam 11 siang dan saat kami masuk ruangan, tamu yang makan pagi juga masih banyak.
Setelah makan kurang lebih 1 jam, kami bergegas ke Railway Square dan mau mencoba shuttle bus sydney gratis, bus no 555.

Queen Victoria Building (QVB)
Kami naik bus 555 dan dengan mata terus memperhatikan no stop 2000117 dan patung ratu Victoria di halte bus setiap bus berhenti, akhirnya kami tiba di QVB. Kami langsung foto di patung Queen Victoria, ratu Inggris pada masa gedung ini dibangun dan juga ratu untuk negara persemakmuran Australia ini.
Saat beberapa langkah kami masuk gedung, terlihatlah jalan tembus ke station Town Hall....Hah, ternyata ke QVB mudah aksesnya, kemarin kalau mau dipaksakan harusnya keburu...tapi tak apalah, lebih nyaman hari ini, lebih leluasa.
QVB adalah pertokoan ang dibangun di akhir abad 18, gedung dengan lebar 30m dan panjang 120m ini menjual baju-baju dan disini juga banyak cafe-cafe dengan tampilan cake yang menggoda....sayang perut sudah kenyang, kalau tidak, boleh juga coba makan cake disini.
Gaya bangunannya QVB sangat klasik, gaya era victoria, di dalamnya ada 2 jam besar yang unik pula. Hiasan mozaik cantik juga terlihat disini, dan saya paling suka motif lantainya, klasik dan mewah.
Alamat: 455 George Street

Hyde Park & St Mary Catheral
Kami naik kereta dari Town Hall station ke St James station, lalu kami berfoto sebentar di air mancur dengan pemandangan St Mary Catheral (gereja katholik dengan gaya bangunan gothic yang dibangun pada tahun 1851) dan Sydney Tower.
Di taman ini ada papan catur raksaksa dan boleh dimainkan. Letaknya dekat arah keluar ke statiun kereta St James.

Hyde Park Barrack Museum
Gedung bersejarah, saksi dimana para narapidana dari UK yang dipekerjakan untuk membangun kota, kemudian juga sempat menjadi depot wanita-wanita single dari UK yang bermigrasi ke Sydney untuk bekerja.
Bangunan ini dibuat awalnya untuk menampung para terpidana selepas bekerja karena sebelumnya saat malam mereka dibiarkan bebas tapi suasana kota menjadi tidak aman, terutama di area The Rock. oleh karena itu, Gubernur Macquire yang menjabat saat itu di Sydney, meminta Francis Greenway, arsitek yang merupakan salah satu narapidana yang dipekerjakan disini untuk membuat disain bangunan ini.
Bagian terunik dari musium ini adalah ruangan ranjang ayun (hammock) yang berlokasi di lantai 3, disain yang sangat efisien untuk menampung banyak orang dalam satu ruangan. Konon dahulu pada masa convict, masa gedung ini sebagai gedung para narapidana, disini terdapat 600 orang lebih....sangat ramai dan sekali untuk ukuran gedung ini menampung orang sebanyak itu walau hanya di sore hingga pagi hari sebagai tempat istirahat para narapidana setelah bekerja.
Alamat: Queen Square. Terletak diseberang Hyde Park, pilih penyeberangan jalan yang searah dengan bagian depan air mancur. Kalau pintu St James ada di arah samping air mancur yang menghadap St Mary Cathedral

Circular Quay
Kami kembali ke lokasi ini dan tentunya penasaran mengambil foto yang ok berlatar Opera House dan Harbour Bridge. Ternyata lokasi yang bagus di ujung dermaga yang arah ujung Harbour Bridge.
Adik saya juga sempat berfoto dengan seniman jalanan yang bergaya ala Charlie Chaplin di depan wraft 3.
Setelah puas berfoto, kami makan fish&chip di City Extra yang berlokasi dekat dermaga wraft 3. Harganya a$ 30, mahal tapi porsinya cukup untuk 2 orang, selain dapat fish&chip, mereka juga memberikan appertizer gratis roti gandum yang enak rasanya.

Manly Beach
Kami naik kapal ferry dari whraf 3 di Circular Quay. Awalnya kami kira ferry nya ngak bagus karena tampilan warna kuning hijaunya tidak keren dibanding kapalnya Kapten Cook Cruise yang berwarna putih. Tapi ternyata kapalnya bagus, kita bebas memilih mau duduk diluar atau di dalam, dan kami memilih di luar, biar bisa sambil foto-foto.
Saat itu ombak cukup tenang sehingga kapal nyaris tak bergoyang, perjalanan 30 menit tak terasa dan sampailah kami di dermaga Manly.
Kami jalan melalui pertokoan yang disebut The Corso untuk ke arah pantai. Saya ngak sangka, ternyata ramai sekali, seperti kota.
Lalu kami menikmati jalan-jalan di pinggir pantai yang berupa jalan trotoar yang bisa digunakan pejalan kaki maupun yang naik sepeda dan bahkan banyak anjing ikut santai berjalan bersama majikannya.
Kami berjalan ke arah agak ujung pantai dan kamj duduk menghadap pantai seperti gaya orang-orang disini....kami ngobrol ringan dan bahkan hanya bengong melihat pantai...benar-benar seperti cuci mata, asyik deh...
Lagi asyik-asyiknya cuci mata dan melihat orang lalu lalang, adik saya bilang, "dulu awalnya kan hanya ada adam dan hawa, tapi ini manusia kenapa tipe dan postur tubuhnya beda-beda yah, ada bule, negro, asia, dst?". Saya jawab, "tahu deh, efek makanan kali he...he....".
Kami awalnya hanya mau sebentar disini, tapi karena suasananya enak, kami memutuskan akan pulang setelah sunset.
Dalam perjalanan balik ke dermaga, kami mampir ke toko yang sedang sale, lumayan beli 1 jaket tanpa lengan hanya a$ 25 dan sepatu boot a$ 10 saja. Lalu kami juga makan es krim, walau dingin karena lihat es krim menggoda, kami nekat memakannya...yummm enak dan untungnya kami kagak kedinginan.
Kami kembali naik kapal dan saat masuk area Circular Quay, pemandangan vivid light sangat menarik sekali.

Dari Circular Quay, kami naik kereta ke Central Station dan kami coba mampir lagi ke QVB lagi, niatnya mau beli cake yang tadi pagi menggoda, tapi sayang tokonya sudah tutup. Jadi kami putuskan makan di hotel dan karena saya member dapat diskom 50%, lumayan banget deh....

Day 3
Kami check out dari Mercure Hotel dan akan naik kereta ke Katoomba dengan membawa tas kecil. Koper kami titipkan di Mercure Hotel, awalnya petugas bilang karena tidak check in ke hotel ini lagi maka kena biaya tapi setelah dicek saya member, akhirnya saya dikasih gratis. Thank you banget deh....kalau bawa koper naik kereta ke Katoomba bakalan menyiksa karena naik ke platform di Central Station maupun Katoomba Station ada anak tangganya.
Kami naik kereta 2 jam dari Central Station ke Katoomba Station. Dari luar kaca tampak matahari bersinar terang dan adik saya bilang, "kagak usah pakai jaket ini mah". Saya bilang pakai ajalah, tuh bule pada pakai.... Benar saja pas kami keluar dari kereta, matahari sih boleh bersinar tapi suhu udara dingin, lebih dingin dari di Sydney.
Dari Katoomba Station kami langsung jalan ke arah Katoomba Street. Baru berjalan beberapa langkah, Carrington Hotel tempat kami menginap sudah tampak.
Hotel ini klasik banget dan merupakan salah satu gedung bersejarah karena dipakai sebagai hotel sejak tahun 1882 dan menjadi tempat berlibur orang-orang elite pada masa itu, walau setelah itu sempat tidak digunakan, jadi ada selang seling waktu tidak digunakan. Serem ngak yah....
Untungnya saat masuk hotel, saya merasa nyaman saja, malah jadi ingat istana Winsor Castle di Inggris tapi ini ukuran mininya.
Harga kamar yang kamar mandinya di dalam lumayan mahal, 2 kalinya dari yang kamar dengan kamar mandi sharing. Dengan pertimbangan, kenyamanan dan kami lumayan hobby ke wc, jadi walau mahal kami pilih yang kamar suite ini. Kamarnya bagus bergaya klasik dengan sharing balkon yang dapat melihat pemandangan blue mountain.

Setelah check in, kami mencoba makan jus dan roti ala Turki di Upbeet, cafe dekat hotel. Jusnya enak tapi rotinya, Turki banget deh....
Setelah makan kami ke halte yang terletak persis di depan Carrington Hotel, kami akan naik bus 686 yang menerima tiket Mymulty3, kami sengaja tidak ikut Trolley Bus atau City Sightseeing Bus karena bayar lagi a$25 sehari per orang, tapi untuk besok harinya kami akan gunakan Trolley Bus karena mau ke Leura yang kalau saya lihat rute bus umumnya ngak pas dengan tempat yang akan kami tuju.

Echo Point
Setelah menempuh perjalanan 10-15 menit, sampailah kami di Echo Point. Disinilah pemandangan Blue Mountains yang paling indah....Tuhan memang woooww! Dasyat sekali karyanya. Gunung aja macam-macam bentuknya, ada yang seperti mangkok, Gunung Lokon di Tomohon, ada yang besar perkasa seperti di The Highland Scotland dan ada biru dan teksturnya seperti anak tangga di Blue Mountains ini. Karya Tuhan memang indah dan yang paling indah sebenarnya adalah kita, manusia....bisa berpikir, bisa mengambil keputusan dan bisa menikmati ciptaan Tuhan yang lainnya....seperti kami ini, yang sedang menikmati salah satu surganya dunia, melihat pemandangan indah di Blue Mountains.
Di Echo Point, tujuan utama yang dilihat wisatawan adalah batu yang namanya Three Sister, susunan batu berbentuk tiga kuncup yang berlegenda. Konon dahulu ada 3 wanita cantik kakak beradik bernama Meehni, Wimlah dan Gunnedoo, warga Jamison Valley, ditaksir oleh pemuda dari suku Dharruk. Karena menikah lain suku tidak diperbolehkan oleh suku Gundungurra, suku dari ketiga wanita ini maka terjadilah perang, sang pemuda yang jago perang menyerang suku Gundungurra. Dalam masa perang itu ketiga kakak beradik ini disembunyikan dalam batu oleh Kuradjuri (orang pintar). Tapi sayangnya saat perang, orang pintar ini ikut gugur dan tidak ada orang lain lagi yang bisa mengeluarkan ketiga gadis ini dari dalam batu, konon katanya batu three sister inilah tempat mereka berada.
Dari Echo Point ini kita juga bisa melihatnya indahnya biru dari Blue Mountain ini. Uap minyak tanaman ekaliptus benar-benar membuat warna biru yang sangat menyegarkan pandangan mata.

Scenic World
Dari Echo Point kami naik bus 686 dan melewati East Station dari Skyway nya Scenic World, tapi kata supir ini belum Scenic World. Padahal saya pikir enak rute dari sini, jadi rute bisa tidak bolak balik. Tapi sayang disini memang tidak ada penjual karcisnya, jadi harus ke Scenic World station dulu.
Kami membeli karcis unlimited seharga a$35 dan kami memulai rute dengan naik kereta curam, Scenic Railway. Kami memilih duduk di gerbong tengah dengan kemiringan 52 derajat, kalau gerbong lebih bawah kemiringan lebih sedikit sampai mencapai 44 derajat, tapi kalau makin atas makin curam sampai 64 derajat.
Perjalanan keretanya sebentar tapi saat melewati area yang curam, benaran berasa seperti berdiri, bukam duduk lagi saat kereta melewati area yang curam he...he...
Turun dari kereta kami lanjutkan jalan di Scenic Walkway, ada pilihan 3 rute dan kami pilih yang paling pendek saja, sekitar 10-15 berjalan. Kami melewati area bekas penambangan batubara, aneka pohon berbentuk unik bagaikan berjalan di tengah hutan belantara, tapi kita berjalannya bukan di tanah yang menepak ke tanah, yang kita lewati jalanan panggung yang rapih dan sangat nyaman untuk berjalan santai menikmati alam.
Di ujung Scenic Walkway ada station Cable Way, dan kita naik ini untuk balik ke atas. Selama naik ini, kita bisa melihat three sister dan Jamison Valley. Bentuk Cable Way unik, di dalamnya dibuat anak tangga, sehingga orang bisa berdiri di anak tangga-anak tangga, dan tentunya disetiap baris dipasang pegangan.
Setelah kembali tiba di station Scenic World, kami makan snack dan minum kopi di cafenya Scenic World, baru setelah itu lanjut mencoba Scenic Skyway. Pemandangan dari sini yang menurut saya paling indah dari wahana Scenic World lainnya. Katoomba Falls yang tinggi tampak agung sekaligus menyeramkan.
Saya naik ini tidak one way tapi return karena saya merasa menunngu bus 686 lebih nyaman di Scenic World station.
Saat tiba di Scenic World station sudah mau jam 4 sore, padahal tadinya kami jadwalkan mau nonton Aborin Show di World Heritage Plaza di Echo Point. Dan kami lihat bus terakhir ke arah hotel juga jam 5 an, jadi amannya kami langsung balik hotel saja.

Setelah sampai hotel, awalnya kami mau dinner di hotel saja karena udara dingin banget, tapi sayang hari senin mereka tutup. Jadinya kami keluar hotel lagi untuk mencari makan. Lihat-lihat sekitar, ada restaursnt thai yang buka di ujung jalan. Kami langsung putuskan makan disini, kalau cari-cari lagi takut makin kedinginan dan takut tutup pula.
Setelah kenyang, kami balik hotel, rapih-rapih dan jam masih jam 7 malam, namun karena udara dingin, pilihan tidur paling enak.

Day 4
Saya terbangun jam 6 kurang, tapi dingin banget. Mau mandi juga ngak kuat dan katena jadwal Trolley Bus paling pagi jam 9.45, saya putuskan tidur lagi dan alarm kembali saya pasang.
Jam 7 an akhirnya kami bangun, lanjut makan pagi, lalu kami keluar hotel dan pas trolley bus baru tiba. Kami nunggu sebentar di bus karena kata pak supir dia tadi kecepatan 10 menit. Kata dia udara dingin pagi ini, tadi minus 1 derajat.....walah pantas saja saya bangun tidur berasa banget dinginnya. Padahal lantai hotel dari kayu dilapis karpet, tapi tetap terasa dinginnya.
Tujuan kami hari ini melihat kota Leura dan kembali mengulang rute ke Echo Point dan sekitarnya serta nonton Aboriginal Show.

Everglades Garden
Setelah melihat kota Leura yang tampak seperti pedesaan dengan rumah-runah yang lumayan bagus, juga melihat golf resort, tibalah kami di Everglades Garden. Glades artinya taman di alam hutan terbuka dan benar taman ini berlokasi di alam terbuka Blue Mountain.
Lokasi spot yang bagus dari garden ini ada di Everglades House yang biasa digunakan untuk foto wedding dan juga pesta pernikahan. Disini ada teras yang membentuk bingkai pemandangan arah ke Blue Mountain.
Tiket masuk: jika memiliki karcis Tolley Bus, harga tiket diskon hanya a$ 4.
Alamat: 37 Everglades Avenue
Jam buka: 10am-4pm, setiap hari kecuali hari natal dan boxing day

Kiah Lookout
Kami sempat berhenti sebentar berfoto disini, pemandangannya bagus tapi masih kalah jika dibandingkan pemandangan di Echo Point.

Aborigin Show
Setibanya di Echo Point kami langsung ke World Heritage Plaza. Beruntung ada show yang jam 11.30, jadi kami tidak menunggu lama. Show berlangsung tepat waktu walau penontonnya hanya kami berdua....private banget jadinya tapi serem ngak yah....kagaklah malah asik.
Show menampilkan pengenalan motif hiasan di tubuh yang ternyata menggambarkan sukunya. Lalu diperlihatkan cara pakai boomerang, ternyata dilempar begitu aja ke arah binatang yang mau diburu, termasuk kangguru. Tadinya saya pikir hiasan kayu bengkok ini hanya hiasan, aslinya besi seperti pisau, ternyata tidak, memang dari bahan kayu. Selain boomerang juga ada alat lain untuk berburu, ada yang seperti panah.
Mereka juga mempertunjukkan memakai alat musik didgeridu, bentuknya dari kayu bulat seperti bambu. Kalau dimainkan unik bunyinya dan jika digabung dengan alat musik lainnya seperti yang saya lihat dimainkan seniman jalanan di Circular Quay, unik dan seru juga iramanya.
Setelah penampilan ini, mereka berdansa sebentar sebelum acara selesai dan kami boleh berfoto bersama mereka dan tidak dikenakan biaya lagi.
Setelah nonton show, kami mampir ke toko yang menjual barang khas aborigin. Ada kain motif aborigin loh, 1 meter kain a$ 30....bisa dibuat baju, tapi saya kagak beli, yang saya beli buku tentang aborigin.
Tiket masuk: a$ 18
Alamat: Wardah Aboriginal Center, 33-37 Echo Point, World Heritage Plaza
Jam pertunjukan: setiap hari 10am, 11am, 11.30am. 12am, 1pm, 1.30pm, 2pm, 3pm, 4pm

Sebelum naik bus, kami mampir lagi ke Echo Point....belum puas rasanya memandang Blue Mountains he...he...
Lalu kami naik bus ke arah hotel, lalu kami mampir ke post office dan juga toko roti. Kami ambil tas di hotel lalu jalan ke Katoomba Station.
Kami menunggu kereta sambil makan roti dan saat menunggu kami melihat kereta barang terpanjang dari arah Sydney, ada 40 gerbong...panjang banget...

Kami naik kereta lagi selama 2 jam, kereta tiba jam 5 an tapi hari sudah gelap, mungkin karena sudah winter jafi matahari cepat menghilang.
Sampai di Central Station, saya cari tangga dimana kami naik ke platform saat kemarin datang. Yes, ketemu, anak tangga dekat platform 7. Kami jalan ke arah Railway Square bersimpangan dengan banyak pekerja yang baru pulang kantor.

Sampai di Mercure Hotel, kami ambil tas, lalu naik taxi ke Novotel Hotel Darling Harbour. Ongkos taxi sekitar a$20.
Saat check in, kunci saya sudah siap karena sehari sebelumnya saya sudah online check in. Sambil serahkan amplop, petugas bilang, hanya 1 malam dan selamat menggunakan malam gratis. He...he....saya jawab iya aja deh...

Darling Harbour
Akses dari hotel ke Darling Harbour mudah, dari bagian belakang hotel ada akses ke lantai atas dari Harbourside Shopping Mall. Kita tinggal turun dan ada jalanan tembus ke dermaga Darling Harbour.
Kami coba jalan ke arah Imax dan tak sengaja melihat akan ada pertunjukan air mancur...lumayan gratis dan pertunjukan ini berulang-ulang dan saya sempat melihatnya lagi dari kamar hotel.
Kami awalnya berencana mau nonton di Imax, bioskop dengan layar terbesar di dunia, tapi sayang pertunjukan adanya lagi jam 9 malam dan saya merasa kemalaman, jadi batal deh acara nontonnya.
Kami balik ke arah Harbourside, tadinya mau cari restaurant Pancake on The Rock, tapi karena udah lapar, kami langsung beli makanan di food court yang kami lewati.
Setelah makan, kami mampir ke 2 toko penjual souvenir lalu balik ke hotel, menikmati indahnya kamar dengan pemandangan Darling Harbour.

Day 5
Setelah makan pagi, kami menggunakan waktu 2 jam untuk melihat-lihat Darling Harbour sebelum berangkat ke airport.

Pyrmont Bridge
Kami berjalan dari Habourside ke arah Pyrmont Bridge. Saat mau keluar gedung, tampak deh restaurant Pancake on The Rock yang kemarin kami cari, tapi berhubung baru saja makan, kami lewati saja restaurant ini dan kami jalan ke arah jembatan yang bisa dibuka tutup ini. Katanya cara dibukanya digeser. Tapi sayang saat saya kesana sedang tidak ada pemandangan ini.

Australian Maritime Museum
Kami beruntung sedang promo jadi harga tiket hanya a$10 dari harga normal a$27. Disini kami melihat jangkar raksaksa, perahu kano suku aborigin, speedboat tercepat dan yang menarik masuk ke kapal perang HMAS Vampire, kapal penyerang, jadi dari kapal bisa melepas tembakan. Kapalnya ngak besar dan kalau di laut besar pasti goncang banget, saat kami naik saja lumayan suka goyang....ngak kebayang deh, para army dulu gimana, pasti harus jago kalau menggunakan kapal ini.
Alamat: 2 Murray Street
Jam buka: setiap hari 9.30am-5pm, kecuali hari natal tutup.

Kunjungan ke Darling Harbour adalah acara terakhir wisata saya kali ini. Saya bergegas ke airport dan saat pemeriksaan saya kena sample pemeriksaan scan sebadan dan tampak ada besi di punggung....walah, ngak bolong sekalian aja yah di punggung ha....ha.... Ternyata motif cardingan saya yang belakangnya ada hiasan seperti kupu-kupu warna silver, yang membuat gambar itu di alat scan. Setelah petugas wanita disuruh raba punggung saya dan tas tangan dibuka, saya dikasih jalan masuk.

Kami pulang kembali menggunakan pesawat berlabel kangguru dan dilayani lagi oleh para pramugara bergaya bodyguard. Selama penerbangan saya membaca buku, nonton film dan tentunya makan. Lalu setelah 7 jam an terbang, mendaratlah pesawat kami di tanah air dan selesai sudah liburan kali ini.

Oleh Kumala Sukasari Budiyanto