Kamis, 03 Agustus 2017

Berdingin-dingin Ria di Negaranya Si “Gollum- Lord of The Ring” New Zealand - Bagian 3 Lake Tekapo &Timaru

Hari ke 6

Hari ini acaranya perjalanan dari Queenstown ke Lake Takepo dan sesampainya disana naik heli ke arah Mount Cook dan ikut tour Earth & Sky untuk melihat bintang.

Perjalanan pagi ini disambut pemandangan salju dan suasana sendu sampai ke wilayah Cromwell.
Pemandangan gunung berselimut salju tampak sendu sekali. Kami juga melihat tempat buggy jumping.
Setelah melewati Cromwell ke arah Twizel. Pemandangan benar-benar cantik. Gunung yang berselimut salju putih disinari matahari yang cerah.
Apalagi yang ada perpaduan dengan Lake Dunstan....benar-benar ciptaan Tuhan itu bagus banget.
Saya melakukan perjalanan ini dengan bis intercity yang kali ini menggunakan Newman Bus. Murah banget, hanya NZ$27 karena saya pesan lebih awal. Supir nya juga bawel banget, banyak cerita dan dia juga kasih kesempatan foto di Lake Pukaki yang cantik.
Hari ini saya beruntung bisa lancar perjalannya ke Lake Tekapo. Minggu lalu dan juga hari kemarin katanya ditutup karena banjir akibat salju yang mencair....wah gawat juga yah andai hari ini terjadi, saya kudu beli tiket bis lagi dan rugi pesan kamar hotel....tapi Tuhan memang baik hari ini dikasih jalan yang lancar plus pemandangan yang spektakuler.

Saya sampai di Tekapo jam 12 siang. Jreng jreng kanan kiri jalan salju. Hotel Blue Pepper sih cuma diseberang agak kanan dikit dari tempat pemberhentian bus....tapi beberapa jalan yang ditapak ada sisa salju (kalau disampingnya sih bejibun he...he...). Baru kali ini saya jalan gerek gerek koper di tengah salju.
Urusan kamar saya awalnya pesan yang standar dan mau ubah ke lakeview yang dekat depan/reseptionis tapi habis. Akhirnya coba liat kamar yang standar tapi agak belakang dan pakai acara jalan mutar-mutar ditengah kamar-kamar bersalju. Lalu resepsionis satunya yang orang Malaysia hampiri kami dan sampai ke kamar lalu dia muka saya muka mikir lalu dia tawarin kamar suite yang dekat reseptionis tapi nambah nz86. Ya udahlah daripada ntar malam-malam pulang tour saya gelap-gelap dan dingin jalan kejauhan akhirnya saya pindah ke kamar suite yang udah mirip apartemen, lantai 1 untuk ruang sofa dan kichen. Lantai 2 tempat tidur dan kamar mandi.

Setelah itu saya mau jalan ke tempat tekapo helicopter yang katanya ada di village (seberang hotel dekat bus berhenti) tapi saat bis ke halte saya lihat tekapo helicopter jauh ada di kiri hotel. Jadi saya nanya deh ama reseptionis yang orang malaysia tadi. Lalu dia bantu saya telpon tim nya tekapo helicopter nanya apa hari ini terbang dan langsung dia bilang pick up....asik dijemput he...he....

Tekapo Helicopter
Cowo bule tinggi dengan gaya yang cocok lah ama dunia helicopter menjemput dan didalam mobil ada 3 orang asal Shanghai. Kami ber-5 akan satu helicopter.
Naik helicopter kami ngak boleh bawa tas jadi hanya kamera dan yang penting-penting di kantongin aja bisanya. Kami disuruh nimbang, nulis nama dan bayar (bisa dengan kartu kredit). Kemudian kami dikasih tahu beberapa hal. Yang penting setelah keluar dari heli harus ke depan, jangan jalan ke belakang heli. Kamera juga jangan nempel kaca.
Kami ber-5 satu per satu naik heli dengan hati-hati karena semuanya baru pertama kali naik heli. Saat heli mulai naik, saya sudah siap-siap tergoncang....eh, kagak sama sekali loh....dan naiknya juga smooth, saya ngak berasa tahu-tahu sudah diatas.
Arah yang dilalui heli dengan pilihan rute Mount Cook Adventure adalah pemandangaan warna turquoise dari Lake Pukaki dan Lake Tekapo, country sheep stations, lalu menuju Mt Cook National Park dan kami snow landing di panoramic Liebig Dome dengan latar puncak Mt Cook, the Tasman and Murchison Glaciers, dan the Southern Alps.
Suhu diatas saat itu minus 15 tapi karena sebentar dan sinar matahari terang, kami tidak berasa kedinginan tapi tentunya kami pakai long john dan jaket light down serta syal, kaos tangan dan sepatu boat.
Baliknya melewat puncak-puncak gunung yang berzig zag dan pemandangan Lake Tekapo dan the Mackenzie basin.
Tak terasa 45 menit berlalu. Harga naik helikopter lumayan mahal nz 360 per orang tapi buat pengalaman dalam hidup bisa ke menginjakkan kaki di puncak gunung daan bersalju pula tanpa harus mendaki, saya rela bayar he...he...

Blue Pepper Hotel
Setelah naik heli saya main-main di hotel dan keliling areanya plus foto-foto.
Hotel ini, kata teman saya merupakan kumpulan kamar yang dimiliki oleh banyak orang dan Blue Pepper tim yang mengelola penyewaannya.occupancy rate tempat ini tampak penuh.
Sebagai satu-satunya tempat penginapan yang paling bagus di Lake Tekapo,

Earth and Sky Tour
Saya ikut tur ini dan minta di pick up karena walau kantor mereka dekat dari hotel tapi jalan gelap-gelapan di jalan yang penuh salju mah sesuatu banget deh.
Saya sebetulnya memesan tour yang ke Mount John Observatory tapi karena jalan kesana lagi bersalju tebal, kami di alokasikan ke area tidak jauh dari lake Tekapo dan dana di-refund sebagian. Tujuan utamanya liat bulan dan bintang. Yah jelas banget banyak bintang kelap kelip di depan mata, terutama bintang Jupiter yang bulan Juli adalah the evening star. Disini katanya memang tempat yang paling bagus buat liat bintang karena polusi udaranya hampir ngak ada dan mereka juga menjaga wilayah ini dari polusi cahaya. Daerah ini dibatasi bangunannya dan tiap bangunan yang ada juga tidak diperbolehkan menyalakan lampu terlalu banyak karena tempat ini adalah tempat penelitian astrologinya NZ. Guide-nya punya laser canggih loh yang jika diarahkan ke langit bagaikan pointer yang bisa menunjuk bintang yang diceritakan. Jujur...ceritanya saya banyak yang ngak ngerti karena banyak astronominya. Satu hal pengalaman kalau bintang diteropong itu seperti kumpulan bubuk-bubuk loh. Tadinya saya ngarep bisa liat langit yang agak ber aurora tapi yah mana mungkin yah kan teori waktu liat aurora di Kanada kata guidenya jika ada bintang sukar liat aurora, ini bintangnya malah bejibun. Jadi kami hanya bisa foto bersama dengan bintang-bintang di langit setelah 30 menitan berdingin-dingin ria minus 10 derajat.
Btw, acara makan malam kami tidak di resto tapi take away pesan roti dari hotel karena mau makan dine in di hotel ini kudu book dulu.


Hari ke 7
Hari ini perjalanan ke Timaru, dijemput oleh teman satu sekolahan saya dari TK sampai kuliah, Evelin dan anaknya yang cowo.
Church of God Shepyard
Sebelum berangkat ke Timaru, kami mampir ke Church of God Shepyard di pinggir Lake Tekapo.
Ini hanya bangunan kecil tapi uniknya kaca jendelanya memantulkan gambar dari air danau tapi kali ini airnya membeku.
Lalu di pertengahan jalan kami ke kantin Fairlie yang terkenal dengan kue pie. Cafe milik orang jerman ini walau terletak di kota kecil tapi yang beli antri, mungkin karena letaknya yang strategis di pinggir persimpangan jalan menuju arah Tekapo, Geraldine dan Timaru.
Timaru City
Kota kecil ini terletak di pinggir pantai Caroline Bay. Ciri khas pantai ini adalah patung wajah “face of peace”.
Pusat kota dan pertokoan terletak tidak jauh dari pantai ini. Ada beberapa bangunan tua antik seperti St Mary Cathedral.
Sarana transportasi umum di kota ini adalah bis dan ada beberapa rute, yang paling melewati rute strategis adalah rute Timaru Link.
Kami juga sempat belanja di New World, supermarket yang cukup besar dan lengkap di Wai-iti Road.


Hari ke 8
Hari ini bangun tidurnya siang banget, jam 8 pagi. Tidur di kasur yang ada pemanasnya ternyata enak loh....walau awalnya saya takut kesetrum he...he....
The Shearers Quarters Cafe, Timaru
Pagi ini kami diajak tuan rumah ke breakfast di suatu tempat yang unik tidak jauh dari Timaru Airport.
Kafe yang didesain di tengah kandang beberapa jenis binatang ini lucu juga, jadi cafe ala farmers begitu.
Ada kuda poni yang pantatnya sexy berbentuk love, si kambing putih berjenggot kuning, ayam yang bulunya seperti pakai wax, bebek dan babi berbulu hitam sepertinya babi hutan.
Disini juga ada mini golf tempat bermain anak-anak.
Kami makan aneka pie dan minuman hangat. Buat kami kue nya enak banget...ya, kalo ke tempat bule memang lebih bagus cari makanan khas nya, pasti lebih enak rasanya.
Timaru Airport
Airportnya kecil banget tapi ada minuman gratis loh. Hanya kami berdua tampang wajah asia yang akan naik pesawat kecil kapasitas 50 orang ini....hi..hi..bagaikan orang bule nyasar di Cirebon kali yah...
Nyali kami naik pesawat kecil sudah besar sejak 2 hari lalu berhasil mencoba naik helicopter ke Mt Cook. Pesawat kami dari Timaru ke Wellington memang kecil, tapi syukur karena cuaca bagus dan ini pesawat Air NewZealand, pesawat lokal yang menguasai wilayah, maka take of dan landing smooth sekali. Kami yang dapat tempat duduk paling belakang juga masih merasa nyaman. Selama perjalanan kami juga menikmati pemandangan yang indah karena pesawat terbang rendah.
Wellington Airport
Kami transit disini 8 jam. Lama sih tapi ini jadwal yang paling pas karena saya ngak berani mengambil jam transit yang mepet jika mengunakan airline yang berbeda.
Ngapain 8 jam disini. Pertama, nulis artikel, kedua belanja, ketiga rapiin tulisan artikel perjalanan dan keempat makan dan makan.
Oh iya, di NZ skin care nya banyak yang bagus termasuk krem untuk lingkaran bibir yang kering atau cold sore. Cari yang berjudul Pawpaw (pepaya). Ada juga krim lain dari lanolin dan buah kiwi. Bisa dibeli di toko obat dan di airport Wellington bisa beli di Simply New Zealand, toko di area international gate.
Saya sebenarnya ingin foto dengan patung si Gollum yang katanya dipasang di atap ruang tunggu tapi udah ngak ada. Gantinya patung Gandaff naik elang yang digantung diatas terkesan sedang terbang.
Btw, saya sering nyebut si Gollum dan bahkan memasukkan nama ini sebagai judul, bukannya nge-fans tapi saya suka akan penggambaran kisah Lotr yang menggambarkan kalau orang yang serakah dan jahat ini yang menyebabkan balada perebutan cincin ini, berubah menjadi buruk...keriput dan kurus kering....kalau orang jahat dan serakah disekitar kita gimana yah...umumnya sih auranya gelap tapi ada juga sih yang menutupi dengan sifat super ramah yang ngak jelas ha..ha...
Jam 8 malam, pesawat kami berangkat dari Wellington menuju Singapore dan transit di Canberra. Bye-bye NZ, kami pulang sambil ditemani sepasang boneka biri biri yang kami beli di airport seharga NZ20.

Hari ke 9
Setelah pagi mendarat di Singapore, kami lanjut lagi terbang ke Jakarta dan tiba di Jakarta jam 8.30 pagi.

Thanks God sudah memberikan kesempatan kepada kami melihat alam ciptaanMu yang masih indah membentang di semua wilayah NZ yang kami lewati, dan menghirup udara segar yang bebas polusi di NZ.

Keindahan NZ  itu ada diseluruh pelosok negeri khususnya di South Island. Hampir semua South Island berisi pemandangan indah. Negara lain yang pernah saya kunjungi juga banyak yang indah tapi hanya di sebagian tempatnya, tapi kalau South Island nya NZ itu semua pemandangannya indah.

Oleh Kumala Sukasari Budiyanto

Berdingin-dingin Ria di Negaranya Si “Gollum- Lord of The Ring” New Zealand - Bagian 2 Queenstown & Milford Sound

Hari ke 4
Pagi ini kami terbang ke Queenstown dan transit di Christchurch selama 30 menitan. Penerbangan terasa smooth walau pilot menginfokan angin sedang kencang, mungkin karena ini Air NZ yang memang menguasai wilayah. Pesawat terbangnya di bawah awan sehingga sepanjang perjalanan puas melihat pemandangan. Beruntung di kedua penerbangan ini dapat bangku satu di pinggir jendela dan satu lagi disebelahnya jadi bisa jeprat jepret.
Pemandangan saat mau mendarat di Queenstown wooowww banget. Pegunungan salju yang spektakuler menjadi pemandangan sejak 30 menit terbang.
Saat mau mendarat dan pilot bilang “landing position” masih juga yang tampak pegunungan salju. Hampir 10 menit seperti ini.
Cantik banget tapi saya jadi mikir....wah, dimana mendaratnya sih...gunung salju semua.
Hhmmm....ternyata dibalik gunung salju lah lokasi kota Queenstown. Lihat kontrasnya pemandangan bukit tanpa salju dihiasi sinar matahari bersebelahan dengan gunung bersalju.
Tuhan ajaib banget yah...bisa memberikan tempat untuk hidup dibalik tempat yang sulit untuk hidup. Queenstown juga ramai loh kotanya. Tampak banget ini kota wisata, banyak restaurant, toko-toko baju dan tentunya area permainan ekstrimnya yang terkenal.
Saya yang ngak suka permainan ekstrim, jadinya hari ini jalan-jalan menusuri danau Wakatipu.
Skyline Gondola
Kemudian kami jalan ke arah stasiun skyline gondola untuk melihat pemandangan kota Queenstown dari atas. Di station gondola bagian atas ada restaurant, toko souvenir.
Māori show (saya ngak jadi nonton karena show berikutnya yang ada kesorean) dan ada ludge, yah mirip mobil-mobilan dengan rute menurun arah ke stasiun bawah....seru sih kayaknya tapi saya pulang pergi naik gondola saja.
Kiwi Birthlife Park
Kami mampur kesini karena letaknya disebelah stasiun gondola bagian bawah. Agak mahal tiket masuknya tapi ini yah seperti sumbangan karena tempat ini tidak dibiayai pemerintah.
Melihat kiwi agak susah karena mereka hidupnya di area yang gelap. Kandangnya ampun deh gelap banget. Satu hal yang bikin tercengang telurnya...gede dan berat banget kira-kira 500 gram, spektakuler dibandingkan ukuran tubuhnya.
Di tempat pelestarian yang berdiri tahun 1986 ini bukan hanya melestarikan kiwi tapi juga flora dan fauna species burung NZ lainnya.
Setelah itu kami dinner di hotel tempat kami menginap, Novotel Queenstown Lakeside. Asyik diskon 50% seperti Novotel Wellington. Belum lagi tadi di-upgrade ke Mount View Room karena saya punya member Accor dan mungkin juga karena yang standar lagi habis kali yah....tapi apapun alasannya mantap deh karena saya juga 1 malamnya pakai jatah free night membership dan yang 1 malamnya lagi saya beli saat ada promo.

Hari ke 5
Tujuan utama hari ini adalah Milford Sound atau dalam bahaa Màori nya Piopiotahi (he..he..kalau 4 huruf terakhir dalam bahasa Indonesia artinya...., tapi ini bukan bahasa Indonesia yah, jadi beda artinya.
Saya ikut day tour dari Grayline yang saya book jauh-jauh hari sebelumnya. Agak mahal tapi sepadan dengan yang kita dapatkan.
Pagi sebelum jam penjemputan, jam 6.45 kami jalan ke Athol Street, sekitar 300m dari hotel. Suasana masih gelap dan dingin. Di halte untungnya sudah ada orang yang juga sedang menunggu bis kalau ngak sedep juga sih...walau sebetulnya tampak aman.
Di halte ini ada tour lain juga dengan tujuan sama yang pick up customer-nya. Rombongan saya hanya kami yang dijemput disini, setelah itu bis menjemput beberapa orang.
Jarak dari Queenstown ke Milford Sound Cruise terminal 300 km an. Perjalanan kami 2 jam pertama ditemani gelapnya langit...ya, seperti yang guide/driver bilang kalau perjalanan kita diawali dengan suasana yang gelap...he..he..cocok buat judul film “driving in the dark” he...he...
Sekitar 2.5 jam an, kami tiba di kota Te Anau dan berhenti disini 30 menit untuk beli makanan dan ke toilet. Saya juga take away beberapa makanan untuk lunch karena saya pesan tour nya tidak termasuk makan di kapal.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Fiordland National Park dimana Milford Sound berada dan kami sempat stop sebentar untuk berfoto.
Setelah memasuki area National Park, kami stop di beberapa tempat.
Mirror Lake dan kami ngak berhasil mengambil foto yang ok. Lalu kami melanjutkan perjalanan dan stop sebentar dan berfoto disini.
Lanjut kami ke Chasm Waterfall, kita jalan kaki sekitar 15 menit.
Perjalanan berlanjut dan kami melewati pemandangan yang semuanya indah....
Setelah itu kita melewati Homer Tunnel, terowongan yang menembus Mount Darran yang menghubungkan kpta Te Anau dan wilayah Milford. Tunel sepanjang 1.3km ini dilengkapi sensor otomatis yang menunjukkan kapan mobil kita boleh masuk terowongan.
Jika masih ada mobil arah berlawanan di dalam terowongan, kita ngak boleh masuk, lampunya merah dan ada petunjuk kapan estimasi kita harus menunggu...canggih dan ngak perlu petugas yang jaga apalagi “pak ogah”. Tunnel ini hanya dibuka kalau ngak salah sampai jam 8 malam dan jalanan ke Milford Sound, infonya kalau salju lagi tebal juga ditutup.
Selanjutnya kami naik kapal dan cruise selama 1 jam 45 menit menyusuri Milford Sound. Sesampainya di kapal saya minum kopi teh yang gratis plus makan bekal yang saya beli tadi. Setelah itu angin-anginan diatas dek kapal dan puas mengambil foto-foto di Milford Sound yang merupakan satu-satunya milford yang ada akses jalan.
Dulunya ini tempat bermain suku Máori dan Captain Cook sempat ragu masuk milford ini yang sempit. Bangsa eropa mulai mengenal milford ini setelah Kapten John Grano pada tahun 1812 kesini. Kami melewati beberapa tempat sepanjang 13km sampai ke ujung milford yang merupakan Laut Tasman.
Di Fairy Falls kapal beraksi mengarahkan ujung kapal ke pancuran air terjun dan yang mau basah-basahan bisa ke area depan he..he... di falls ini juga kebetulan lagi ada pelangi...cantik ujung pelangi menyentuh ujung air terjun.
Kami beruntung hari ini sama sekali ngak hujan air maupun salju karena tempat ini bagusnya seperti saat hari ini, hanya ada sisa-sisa salju di puncak gunung dan langit cerah. Hanya angin saja yang sedikit kencang dan suhu yang tentunya lumayan dingin karena sedang winter.
Di sini juga kami melihat Seal NZ yang lagi bobo pulas dan cuek banget ada kapal yang mendekat.
Selesai cruise kami naik bis balik ke pulang, melewati jalan yang sama. Saat menunggu giliran masuk tunnel bunyi seperti ada yang ketok-ketok. Ternyata ada burung Kea, burung khas NZ yang katanya cerdas.
Pemandangan bagian ujung gunung batu bersalju dan sejenis tanaman rumput yang cerah tanpa salju menarik perhatian saya.
Kok bisa yah berbatasan langsung beda gini....kenapa yah...ahh ini bagaikan orang yang pikiran batu lebih sulit menyelesaikan sesuatu bagaikan batu gunung ini yang lebih sulit mencairkan salju daripada tumbuhan yang ada kemampuan untuk bertumbuh/berubah.
Dalam perjalanan balik kami sempat mengambil beberapa foto juga dari dalam bis diantaranya Lake Te Anau. He..he...kami kan sengaja duduk paling depan jadi bisa asik men-zoom kamera dan jepret-jepret jalanan yang bis kami lewati.
Kami sampai hotel jam 7 malam dan again makan malam di hotel karena selain enak makanannya juga ada diskon member 50%.

Oleh Kumala Sukasari Budiyanto

Rabu, 02 Agustus 2017

Berdingin-dingin Ria di Negaranya Si “Gollum-Lord of The Ring”, New Zealand - Bagian 1 Wellington

Setelah 11 bulan berlalu saat saya antri cash back promo BCA-SQ (lebih lama dari orang hamil ha...ha..). Kinilah saatnya saya menikmati perjalanan ke New Zealand dengan SQ. Saking lamanya beberapa teman mengira saya sudah pernah ke New Zealand. Ya, sepertinya mereka keingat saat saya bilang beli tiket promonya.

Hari ke 1
Saya berangkat minggu sore tanggal 23 Juli 2017. Suasana bandara Soetha sepi...nyaman rasanya, tidak jubel-jubelan antri seperti saat high season.
Pesawat kami rutenya Jakarta-Singapore-Canberra-Wellington. Saat transit di Singapore, tiket kami termasuk yang bisa mendapatkan voucher belanja dari Changi, lumayan S$20 per orang, jadi kami berdua mendapat total S$40.
Pesawat kami dari Singapore ke Canberra berangkat tepat waktu jam 11 malam. Awalnya saya yang sudah agak ngantuk mau langsung bobo tapi karena dikasih light dinner dan nafsu liat ada film Kungfu Yoga yang waktu itu belum sempat nonto  di bioskop. Kocak dan seru film-nya. Saya paling suka dengan adegan saat tanpa sengaja Jackie Chan memakai mobil orang yang didalamnya ada si Jackie Junior, seekor singa berbadan besar....trus si singa muntah setelah diajak kebut-kebutan ha...ha...

Hari ke 2
Setelah terbang 7 jam-an dari Singapore, mendaratlah kami di Canberra, ibukotanya Australia. Bandara di kota ini tampak sepi, beda banget dengan ibukotanya negaraku. Setelah transit 1 jam-an, kami terbang ke Wellington, ibukotanya New Zealand selama 2.5 jam-an. Selama penerbangan ini dan sebelumnya makanan memang berlimpah dan saya kalau pas terbang lapar melulu ngak tahu kenapa. Selama penerbangan singkat ini saya nonton Beauty & The Beast yang belum sempat saya tonton....hhmm nanti pulangnya nonton apa yah....
Setelah 2x transit akhirnya saya menepakkan kaki di negerinya Si Gollum ini.
Antrian imigrasi dan pengecekan bagasi cukup ramai tapi kami antrinya ngak terlalu lama, mereka kerjanya lumayan cepat. Untuk bagasi, pertama kali dalam acara jalan ke luar negeri saya membawa barang yang perlu di-declare. New Zealand sama dengan Australia, harus di-declare makanan apapun yang dibawa. Saya bawa oleh-oleh Harum Manis/Gulali Rambut Nenek...hayo ngomongnya gimana. Akhirnya saya putuskan bilang sejenis biskuit dan tengahnya ada gula. Mereka tidak minta saya buka koper hanya saja saya harus memilih jalur Bio Scan untuk koper dan tas saya, plus diperiksa ama doggy mungil yang sama jenisnya ama doggy yang di Brisbane saat beberapa bulan lalu saya kesana.
Setelah selesai kami ke hotel menggunakan taxi. Sebenarnya ada airport flyer bus tapi karena kami ragu jalurnya dan badan udah lengket jadilah kami memilih naik taxi. Dari bandara ke Novotel NZ$35. Saya memilih hotel ini karena member accor. Lumayan saat book hotel ini lagi 40% diskon. Dan makan di restaurantnya lumayan banget di diskon 50%. Sore ini setelah liat-liat pertokoan di Lambton Quay, kami makan seafood goreng teriyaki+mash potato+salad, net-nya NZ$ 24.5...masih ok kan jadinya makan berdua segitu.

Hari ke 3
Hari ini kami keliling kota Wellington, kota yang dibangun diatas bukit.
Yes, mayoritas bangunan kota ini diatas bukit termasuk hotel Novotel tempat saya menginap. Pintu depan hotel ada di The Terrace Street dan lantai dasar hotel sejajar dengan jalan, tapi...bagian belakang hotel yang berada di Lambton Quay Street ada di lantai 9 dan jika kita naik lift ke lantai dasar adalah pertokoan di Lambton Quay Street. Bangunan di kota ini hampir semua di cat warna putih sehingga dari jauh tampak bersusun cantik dihiasi air yang biru.

Weta Cave
Acara hari ini kami ke Weta Cave, tempatnya orang kreatif New Zealand. Kami sudah memesan tour ini secara online dengan fasilitas antar jemput dari i-Site visitor center.
Weta terkenalnya di Indonesia karena film Lord of The Ring (Lotr) tapi ternyata mereka sudah terlibat dalam pembuatan karakter-karakter di 122 film termasuk film Tintin dan King Kong.
Kreatif itu tak terbatas. Tidak selalu harus mahal, tidak selalu harus menggunakan sesuatu yang biasa dipakai, itulah ciri Weta menurut pandangan saya.
Tongkat dalam film Lotr yang terlihat dari kayu keras ternyata dari bahan lembek seperti plastik. Pedang si Gondor juga bukan dari besi tapi dari bahan seperti plastik juga. Nah untuk film animasi yang saat ini banyak yang tampak hidup atau 4D, ternyata membuatnya dibantu dengan miniatur landscape/ lokasi adegan.
Kami diperlihatkan rumah dan perbukitan dalam pembuatan film Thunderbird. Gerakan tokoh animasi juga “dipancing” dengan gerakan aktornya tapi aktornya memakai baju khusus dan komputer akan merekayasa wajah dan tubuh aktor. Seperti tokoh Gollum di Lotr yang bertubuh “puret-puret” dan kurus kering ini, gerakannya juga dipancing dengan gerakan aktor Andy Serkis dan juga miniatur tokoh ini yang dibuat dari bahan seperti clay.
Mereka juga kreatif membuka area seperti musium ini yang memperlihatkan barang-barang yang dipakai di film dan menjelaskannya secara verbal oleh guide dan beberapa rekaman video. Lumayan kan sharing ilmu walau tentunya tidak membuka dapur perusahaan...daripada barang-barang jadi rongsokan, ini malah jadi menghasilkan dan membuat orang lain jadi senang bisa dapat pengetahuan. Tapi semua yang dilihat di acara Workshop Tour dan Thunderbird Tour ini tidak boleh di foto...yah karena demi menjaga dapur perusahaan dan biar yang penasaran datang kesini he..he... Tapi untungnya, patung tokoh Gollum dipajang di toko dan patung 3 raksaksa di luar toko, jadi kami dan pengunjung disini punya foto kenang-kenangan yang keren.

Te Papa
Musium ini buat saya musium terkeren kedua setelah British Museum dari semua musium yang pernah saya kunjungi (tiap kali jalan-jalan ke keluar negeri maupun dalam negeri, saya pasti ke musium nya....he..he...saya termasuk manusia pecinta sejarah).
Te Papa musiumnya ngak bau, cukup luas dan banyak fasilitas interaktif.
Misalnya di lantai 4 di area sejarah migrasi penduduk UK  ke NZ ada dibuat tebak-tebakan dengan beberapa langkah. Apa yang anda bawa, saya pilih barang yang lengkap, trus ada jawaban kapal anda delay karena overload, pilih lewat mana, saya lihat lewat terusan panama paling dekat. Ehh ini kan ceritanya tahun 1870 an...Terusan Panama belum jadi, dan kapal saya jadi mentok ngak bisa lewat ha...ha...
NZ yang saat ini termasuk negara persemakmuran Inggris dengan diawali datangnya tentara Inggris kesini disusul para imigran. Penduduk asal negara ini adalah suku Màori. Mereka tidak sehitam suku Aborigin-nya Australia tapi agak mirip style wajahnya...”tetangga” kan he...he... Antara Inggris dan suku Màori ada perjanjian Treaty of Waitangi pada tahun 1840 yang ringkasannya terpasang besar sekali di musium ini, jadi niatnya Inggris bukan menjajah tapi kerjasama. Namun dalam perjalanan waktu, sempat terjadi kekecewaan juga dari suku Màori sekitar tahun 1860 dan terjadi konflik karena semakin banyaknya tanah yang mereka jual ke imigran Inggris sehingga mereka merasa tanahnya berkurang.
Satu lagi tebak-tebakan simple di musium ini adalah tentang produk, salah satunya buah Kiwi....wah ternyata dari China loh asalnya tepatnya dari provinsi Shanxi. Kirain dari NZ asli karena kita sekarang tahunya buah Kiwi khasnya NZ...jadi penemu atau asalnya ngak selalu yang terkenal yah, yang konsisten “berkarya” yang terkenal.
Kami juga sempat foto-foto di area belakang bangunan Te Papa. Awalnya karena nyasa nyari pintu masuk Te Papa sih...nyasar membawa nikmat karena nemu patung ikonik orang yang mau njebur ke air dengan latar kapal-kapal pesiar dan perbukitan cantik yang dihiasi rumah-rumah.
Dalam perjalanan jalan kaki dari i-Site ke Te Papa kami juga sempat berfoto dengan latar perbukitan dengan susunan rumah yang cantik dan birunya air laut.

Lambton Quay Street
Dalam perjalanan ke halte bis untuk balik ke hotel, di perempatan Manner Street dan Cuba Street, kami melihat beberapa enci enci berjaket biru muda, mereka mengajak mereka yang berwajah agak beretnis China termasuk kepada kami untuk menandatangani petisi memenjarakan seorang pejabat China...lupa saya siapa namanya. Nah ternyata yang tadi pagi-pagi ada enci-enci yang ngajak kami bicara mandarin saat nunggu bisnya Weta di dekat i-Site adalah grup nya mereka ini. Saya ngak bisa bahasa mandarin dan adik saya sedikit banget bisanya, jadi komunikasi ngak lancar. Tapi kira-kira dia tuh nanya apa kami orang China dan dia ngajak jalan ke ujung jalan yang dia tunjuk....yah berarti kami diajak demo atau tanda tangan kali deh...he..he...baru kali ini saya dikira orang China daratan (padahal mata saya ngak sipit loh he..he...), biasanya saya dikira orang Philipine atau Singapore. Btw, kalau saya bilang saya orang Indonesia ama orang luar negeri saat ikut lokal tour, hampir semua bengong sih karena di pikiran mereka wajah orang Indonesia yah seharusnya melayu banget.
Di Lambton Quay adalah pusatnya pertokoan kota Wellinton selain Cuba Street yang letaknya ngak jauh dari Lambton. Produk baju sih so so tapi ok lah buat cuci mata. Disini juga ada Cable Car Musium dan stasiunnya yang menghubungkan area perkotaan ini dengan atas bukit yang ada botanic garden, tapi saya ngak mengunjunginya karena sedang ada jadwal maintenance.


Oleh Kumala Sukasari Budiyanto