Minggu, 11 November 2018

Berakhir Pekan Di Ancol

Setelah weekend minggu lalu saya berakhir pekan di Yogyakarta bersama teman-teman eks BIA, weekend minggu ini  saya menginap di Ancol. Kapan lagi 3 orang ber-KTP Jakarta ini nginap di Ancol kalau ngak ada alasan kedatangan teman dari satu ini yang dari Makassar.


Hari ke-1

Sabtu jam 10 dari Wisma Asia kami berangkat langsung ke Ancol. Tiket masuk kami gratis karena sudah termasuk fasilitas dari hotel Mercure dimana kami menginap.

Makan Siang di Bandar Jakarta
Sesampainya di Ancol, kami langsung makan di Bandar Jakarta. Makanan ngak mahal dan rasa lumayan saja enaknya.

Berleha-leha di Hotel Mengindari Panas Terik
Kami tiba di hotel Mercure jam 2 siang dan kamar belum siap (jam check in jam 4 sore). Akhirnya kami nikmati dengan minum kopi, yang merupakan 4 free welcome drink dari fasilitas membership Accor saya.
Jam 3 sore, 2 kamar ocean view kami siap dan kami istirahat di kamar. Mau main diluar puanass banget, jadi kami nikmati saja pemandangan dari balkon kamar.
Kami nikmati kamar tipe ini dengan modal free upgrade kamar juga yang diberikan untuk member Accor dan fasilitas ini hanya bisa digunakan di dalam negeri.
Inilah foto-foto orang yang kejebak itinerary yang saya buat ha....ha...puanass oiii, ngadem aja dulu daripada gosong.

Naik Gondola dari Stasiun Pantai Festival
Setelah memandang gondola berlalu lalang dari kamar hotel (ada kali 1 jam), timbullah ide naik gondola padahal yang kasih ide ini yang takut ketinggian.
Sebelum naik gondola, kami foto-foto di pantai Festival dimana stasiun gondola berada.

Berikutnya, tibalah acara naik gondola dan seperti biasa tangan di-stempel saat memasuki area. Hayo tebak yang mana tangan saya?
Kami jalan menanjak keatas dan saat itu sama sekali tidak antri karena sudah sore. Nah, bagaimana yah suasana di dalam gondola? Jawabannya: kami memiliki kenangan yang tak terlupakan...he...he...

Pasar Seni
Saat kami datang kondisi pasar seni tampak sepi pengunjung, sudah magrip sih memang. Acara disini kami cuma membuat foto karikatur dan nongkrong ngobrol sebentar sambil menunggu perut lapar.

Bergaya Makan ala Naik Pesawat Business Class
Pengalaman unik malam ini adalah makan di dalam bekas rangka pesawat boing yang ada di rumah makan Rumah Kayu.
Pengalaman unik ini dapat kita nikmati dengan memesan dahulu beberapa hari sebelumnya dan ada minimun payment. buanyakk, kami merasa kekenyangan banget apalagi kami mulai makanya sudah malam jam 8. Sehabis makan jam 9.30 an kami langsung  balik ke hotel. Bobo!
Kami memilih paket Favorit untuk 4 orang. Porsinya.
Saya juga sempat berfoto di depan pesawatnya Rumah Kayu. Pengalaman unik ini boleh dicoba, rasa makananya juga enak.

Hari ke-2
Pagi kami awali dengan makan pagi bersama di hotel. Lumayan kami menikmatinya menggunakan fasilitas free breakfast-nya membership accor. Makanan disini banyak variasi tapi rasanya standar saja sih tapi berhubung free, buat saya rasanya nikmat ha..ha..

Ocean Dream Samudra
Setengah hari ini, hidup kami diwarnai dengan berbagai atraksi dari hewan yang pintar-pintar.
Ocean Dream hari ini masih promosi Rp 80 ribu dari harga normal weekend Rp 130 ribu untuk KTP Jabotabek, tapi harus bawa fotocopy KTP nya juga, ngak bisa diperlihatkan saja. Untung ada yang bawa fotocopy KTP nya.
Pertama kami nonton 4d yang berlangsung hanya 13 menit. Kali ini ngak ada cipratan air dan bangku yang goyang, beda dengan dulu beberapa tahun lalu.
Kemudian kami menonton atraksi singa laut (beda yang singa laut dengan anjing laut). Tiga singa laut, karen, jesica dan alindo berasal dari amerika selatan.
Mereka pandai joget, main bola dan si jesica pandai main “drama”, dia yayank yayankan dengan pelatihnya.
Berikutnya kami menuju ke pertunjukan Scorpion yang seluruhnya dimainkan oleh manusia yang adengan agak berbahaya. Tema cerita tentang perjuangan melawan Belanda.
Berikutnya kami melanjutkan atraksi si Bowo dan Jesica, dua ekor lumba-lumba yang selain bisa joget, "lompat tinggi" juga bisa berhitung sekaligus jail.
Mereka jipratin air bukan cium saat petugas meminta yang mau dicium lumba-lumba untuk berjajar didepan (bukan lumba-lumbanya sih yang jail tapi yang melatihmya he..he...).
Terakhir kami melihat pertunjukan aneka satwa. Kali ini pertunjukan dari 2 ekor burung, satu beruang madu dan 2 berang-berang yang namanya aril & luna yang lucu saat main basket.
Walaupun sudah beberapa kali lihat atraksi di Ocean Dream, saya masih suka aja lihat binatang-binatang yang pandai ini. Bikin semangat! Binatang aja bisa tuh tampil beda karena mau diajak latihan walaupun pasti "dipancing" pakai makanan.
Kita tidak mau donk kalah berprestasi dari mereka....tentunya kita mau menjadi manusia yang berprestasi dan berguna serta diberkati selalu....usaha dan yang terutama adalah minta pimpinan Tuhan lah yang kita andalkan untuk mencapainya.

Sebelum meninggalkan area ini, kami berfoto lagi dengan tawa lebar setelah dihibur oleh binatang-binatang yang cerdas!

Makan Siang di Colombus, Dermaga Cinta
Lokasi pantai ini cukup ramai, parkir juga susah. Kami dengan gigih berusaha sampai mutar 2 kali dan akhirnya dapat parkir deh.
Awalnya kami mau makan di Le Bridge, tapi mati lampu dan mereka tidak ada genset. Kami akhirnya makan di rumah makan lainnya, Colombus yang juga berada di dermaga dan mereka ada gensetnya. Makan di area ini sepertinya lebih bagus saat malam.
Sepanjang dermaga banyak orang yang sekedar jalan-jalan dan berfoto saja. Kamipun juga tak mau kalah berfoto di area ini.
Selesailah acara kumpul-kumpul kami kali ini di Ancol, setelah 2 tahun an ini kami ber-4 tidak jalan-jalan paket komplit ber-4.

Oleh Kumala Sukasari Budiyanto

Kamis, 08 November 2018

Yogyakarta Keren!

Candi, keraton, batik dan gudeg adalah hal yang biasanya identik dengan kota Yogyakarta. Tapi apakah hanya ada ini saja disini?
Jawabannya tidak. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kreatifitas warga telah menghadirkan perkembangan tempat wisata baru yang keren untuk berfoto, tapi sayangnya banyak yang sarananya masih seadanya.
Dari semua tempat wisata yang kami kunjungi ini yang mana relatif termasuk tempat wisata baru, sarananya masih sangat ala kadarnya sampai saya dibuat agak merasa sedikit menderita he...he... Hanya 2 tempat yang kami kunjungi yang menurut saya ok sarananya. Semoga Kementerian Pariwisata segera melirik wisata ini dan memberikan dukungan dananya untuk membuat sarana yang memadai seperti di negara maju, dimana untuk menikmati pemandangan alam disediakan sarana yang sangat nyaman sehingga menurut saya bisa datang memakai sepatu berhak tinggi dan yang terpenting lansia, anak-anak bahkan orang cacat bisa ikut dengan mudah menikmatnya.


Hari ke-1

Kami yang beranggotakan 13 orang yang merupakan kawan lama saat di BIA Inti Salim, pergi dibagi 2 gelombang. Gelombang pertama pergi jumat pagi naik Air Asia. Saya termasuk di gelombang kedua, kelompok orang-orang yang lagi susah cuti. Kami berangkat jumat malam naik kereta Taksaka Priority, gerbong kereta paling keren se-Indonesia yang harganya Rp 800 ribu, dua kali lipat dari harga tiket AirAsia-nya teman yang berangkat pagi.
Kami sampai di stasiun Gambir agak kepagian, tadinya kami berharap ada lounge khusus tapi nyatanya ngak ada, yah sudahlah, kami foto-foto saja di dalam stasiun.
Setelah itu menjelang 30 menit keberangkatan, kami naik ke peron dan ada hal unik dan baik yang kami lihat di jalur 4. 
Saat kereta berangkat, beberapa petugas berdiri di pinggir memberikan hormat dan doa saat kereta mulai berjalan.
Tidak lama kemudian kereta kami, Taksaka datang di jalur 3. Gerbong kami dimana yah? Ahh, ternyata di ujung kiri, salah pilih tempat tunggu deh.
Sebelum masuk gerbong untuk menempuh perjalanan kereta selama 7.5 jam, kami berfoto di depan kereta dengan latar Tugu Monas. Selama di kereta kami nikmati dengan bobo ala kadarnya. Bangku kereta cukup nyaman dan lega dilengkapi selimut dan bantal kecil. Ada tv di depan kita tapi harus bawa headset sendiri. Makanannya lumayan enak dan kapan saja sepanjang perjalanan bisa minta tambahan teh, kopi atau air mineral di pantry belakang. Dan wc-nya mantap, ngak bau dan cukup luas.
Kami sampai di Yogyakarta jam 4.30 dan langitnya sudah mulai terang. Kami jalan kaki ke hotel Neo Malioboro yang dekat banget dengan stasiun dan sepanjang perjalanan walau berwajah acak-acakan, kami tetap saja berfoto.
Berikutnya, kami gedor kamar teman yang datang gelombang pertama. Mau numpang mandi!


Hari ke-2

Pagi-pagi Bendahara dilanda Gudeg Shock
Kami berjalan ke arah belakang hotel Neo untuk makan pagi di gudeg mbah Lindu. Tempatnya di pinggir jalan alias ngemper.
Pengunjung cukup ramai dan kami harus antri duduk. Kami kebanyakan makan nasi gudeg krecek plus telor. Saya nambah 1 ati ampla dan ada 2 teman nambah ayam. Enak juga gudegnya tapi cenderung manis banget.
Namun saat bayar ngak manis, totalnya 14 orang 450 ribu, bendahara langsung shock, uangnya pagi-pagi sudah terkuras. Diluar dugaan. Hmmm ternyata ini nih yang pakai ayam dihargai 60 ribu, ayam agak besar sih potongannya tapi apa iya yah harga segitu...serasa makan di mall.

Naik "Becak Terbang" mendarat di Pantai Nguluran
Kalau lihat foto-foto di instagram lokasi ini keren banget terutama teras kacanya.  Namun ternyata sarana lokasi ini sangat sederhana loh dan harga karcis masuk sangat terjangkau dan untuk berfoto kita bisa memilih yang kita suka dan harga beda-beda antara Rp 5.000-20.000. Kami memilih becak terbang yang mereka pasang diatas hidrolik yang seperti di bengkel mobil sehingga becak bisa dinaikkan keatas dan di foto akan tampak seperti terbang.
Spot yang paling favorit adalah teras kaca tapi antrinya lama, jadi kami foto aja disampingnya.

Makan Siang ala Mr. Obama di Bumi Langit
Rumah makan yang pernah dikunjungi Mr. Obama ini terletak di atas bukit sehingga menampilkan pemandangan yang lumayan cantik. Makanannya lumayan enak juga dan tidak terlalu mahal.

Rumah Seribu Kayu
Rumah-rumah kayu kecil adalah spot andalan lokasi wisata yang tampak masih asri dan sederhana ini selain ada beberapa spot seperti tangga dengan kanan kiri bambu yang juga cantik di foto dan sarana permainan flying fox.


Bergaya ala Titanic di Tembelan Valley
Spot foto disini juga keren walau sarana masih sederhana. Tiket masuk juga murah meriah hanya Rp 2.500.
Kita bisa berfoto dengan menggunakan kamera kita ditambah sedikit keberanian dan hasilnya foto-foto yang unik dan keren. Pada pagi hari jam 6 an saat masih ada kabut, katanya pemandangan perahu bambu ala titanik tampak cantik banget.

Pengger Pine
Hutan pinus yang masih asri ini memiliki beberapa spot foto yang keren banget terutama di malam hari.
Namun karena masih sangat asri, jalanannya juga “asri” dan membuat saya agak ngeri terutama turunan bukit di depan spot foto telapak tangan ini....sudah gelap, tanahnya menurun tidak rata pula, bawahnya jurang....bikin stress! Tapi hasil fotonya bikin bahagia sih ha..ha.. Foto disini menggunakan kamera pengelola dan dapat ditebus dengan meng-copy ke usb kita seharga Rp 5 ribu saja per file foto. Tiket masuk lokasi juga murah banget hanya Rp 2.500.

Makan Malam Bakmi Jowo ditemani Sinden
Rumah makan yang tampak kecil dari luar ternyata dalamnya besar banget. Menampilkan suasana budaya sinden dengan bangku kayu sederhana yang nyaman dan bakmi nya yang enak. Bakmi rebusnya nikmat dan bakmi gorengnya enak juga tapi rasanya lebih seperti bakmi kocok...bingung kan he..he...

Bapia oh bapia
Awalnya kami mau ke bapia Citra tapi macet, jadinya nego dengan penjualnya untuk antar ke hotel. Awalnya dia bingung-bingung tapi akhirnya menjelang tengah malam, bapia tiba di hotel di kala banyak yang sudah tertidur. Fangky sang koordinator hanya berhasil mengajak Puri yang belum bobo untuk transaksi dengan tukang bapia nya. Perjuangan Fangky ngak sia-sia, semua pada bilang bapia-nya ueenakk.


Hari ke-3

Makan Pagi Murah Meriah sambil Berfoto di Kopi Klotok
Pagi ini semua pada bahagia karena makan lodeh yang enak dan menjadi semakin enak saat membayar karena murah banget. Saya makan nasi lodeh, 1 tempe, 1 telur dadar yang lumayan besar dan 1 kopi, hanya Rp 26.000 saja....beda banget ama yang kemarin pagi.
Rumah makan disini luas, pengunjungnya ramai sekali sampai-sampai harus antri saat ambil makanan.
Kita bisa makan di dalam atau lesehan diluar dan bayarnya setelah makan. Pemiliknya benar-benar yakin banget semua orang akan jujur dan tidak bohong apalagi kabur.
Disini juga ada spot foto bagus loh, terutama kebun jagung-nya.

Jadi Ibu Tani Zaman Now di Omah Kecebong
Omah Kecebong adalah tempat wisata budaya dimana kita dapat menikmati suasana keseharian ala Yogya, mulai dari makanan sampai paket berfoto dengan busana keseharian ala warga Yogyakarta di masa lalu dengan lokasi foto ala rumah Yogya sampai di sawah.
Saat pertama datang kami disambut dengan minuman segar. Kemudian diajak foto bersama. Kami pakai kaos seragam warna-warni yang kami beli di Jakarta.
Lalu kami dihidangkan snack sebelum ganti pakaian kebaya.
Kami di foto satu per satu dan beberapa orang dengan nuansa keseharian rumah di Yogyakarta di masa lalu.
Kemudian foto group juga dilakukan di beberapa spot.
Yang paling seru foto di sawah. Kami bergaya bu tani zaman now dengan pakai kacamata hitam.
Habis ke sawah kami menikmati dawet dingin yang nikmat sebelum lanjut berfoto dengan topi caping dan lempar topinya buat seru-seruan.
Terakhir kami disediakan makan siang bersama, menunya ada lodeh, ayam goreng, sayuran ikan asin.
Video acara disini bisa klik link ini
https://www.youtube.com/watch?v=CymabzpsHEk&feature=youtu.be

Diterjang Debu di Breksi Cliff
Sasaran kami disini mau lihat ukiran naga dan pemandangan kota dari atas tebing yang merupakan bekas area tambang. Nih yang foto di naga, urutannya dari keberanian, yang paling atas yang paling pemberani, saya paling bawah yang paling penakut kalau disuruh manjat-manjat he...he...
Debu di lokasi ini lumayan buanyak banget dan tangga naik ke atas tebing lumayan curam.

Keraton Ratu Boko
Inilah lokasi dengan sarana paling nyaman diantara semua tempat yang kami kunjungi kali ini....wc-nya aja pakai aroma therapy loh... Harga tiket masuk agak mahal Rp 40 ribu tapi ok lah demi kenyamanan...lokasi nyaman banget, tangga-tangganya nyaman dinaiki.
Bangunan yang terletak 3 km dari Candi Prambanan ini dari strukturnya tampaknya adalah bekas keraton, bukan candi. Namun berbeda dengan keraton biasanya yang terlerak di daerah landai. Bangunan ini terletak di ketinggian 196m dari permukaan laut dengan luas total 25 ha.
Lokasi ini adalah spot favorit untuk foto sunset tapi sayang waktu kami tidak keburu jika menunggu sunset disini, hanya bisa berfoto "menangkap matahari".
Disini saat sore hari juga ada pemusik dengan alat musik daerah jawa dengan ritme yang asik buat yang suka joget.

Dinner di Abhayagiri Resto
Rumah makan yang cukup berkelas ini menawarkan pemandangan dari atas bukit yang cantik.
Sambil menanti makanan dimasak, kami berfoto-foto bersama dahulu. Lalu sehabis makan, kami buru-buru ke bandara.

Kami naik pesawat Garuda jaam 20.30 dan pesawat on time terbang sesuai jadwal. Sampai di bandara, pesawat kami tidak berhenti di area dengan “belalai”, jadi kufu naik bis ke area kedatangan. Sepertinya semua penerbangan domestik di terminal 3 begini nasipnya. Tapi ok lah, berhubung habis jalan-jalan, otak masih bersih he...he....ngak nyaman dikit ngak masalah.

Begitulah cerita jalan-jalan saya melihat sisi lain dari kota Yogyakarta bersama kawan lama dari BIA yang masih kompak walau sudah belasan tahun ngak sekantor lagi.

Oleh Kumala Sukasari Budiyanto

Senin, 04 Juni 2018

USA West Coast Trip

Akhirnya tiket SQ Promo rute Jakarta-San Fransisco yang saya beli 9 bulan yang lalu saya nikmati di akhir Mei 2018 yang ada 2 hari libur nasional sehingga dengan bermodalkan 4 hari cuti kami bisa trip 10 hari ke wilayah USA West Coast. Kota/tempat yang kami pilih San Fransisco-Yosemeti National Park-Los Angeles-Las Vegas-Grand Canyon.

Hari ke 1
Kami berangkat hari Jumat dengan pesawat pagi jam 5, transit di Singapore dan mendarat di San Fransisco jam 10 pagi di hari yang sama juga (waktu SF lebih lama 14 jam dari WIB).
Kesan pertama saya dari USA adalah penduduk yang beragam. Petugas imigrasi yang memeriksa paspor dan visa saya juga berwajah China banget tapi badan gede seperti orang bule. Wajahnya memberi ekspresi aneh saat saya bilang hanya akan 1 minggu di USA...kecepetan kali yah he...he... Paspor saya lalu dicap dan dikasih limit berkunjung 6 bulan. USA dapat visa nya memang susah tapi kalau sudah dapat, mantap banget, visa 5 tahun dan ijin berkunjung per trip bisa 6 bulan.
Hari ini kami hanya berjalan ke Union Square yang berlokasi di dekat hotel saja lalu kami tidur lebih awal untuk menstabilkan kondisi badan.

Hari ke 2 – San Fransisco, The Bay City
Hari ini kami dari pagi sampai malam jalan-jalan keliling San Fransisco dan sekitarnya bersama teman lama saya waktu kerja di BIA, Yuli dan suaminya.
Lombard Street, adalah tujuan pertama kami, Jalanan menurun berkelok-kelok yang terletak di tengah perumahan mewah ini tampak cantik dikelilingi bunga. Di depan Lombart ada jalanan menurun lurus dan mobil-mobil yang dari arah jalan ini ke perempatan Lombart harus hati-hati dengan jalanan menanjak yang curam plus harus bersabar menghadapi turis yang banyak berfoto disana, termasuk kami.
The Palace of Fine Art, terletak di distrik Marina. Bangunan cantik bergaya eropa yang saat ini banyak digunakan untuk foto prewed dan foto ultah 16 tahun anak gadis Mexico (sudah budaya mereka umur 16 tahun harus dirayakan meriah). Awalnya dibangun pada tahun 1915 lalu direnovasi pada tahun 1965 dan 2009.
Sausalito, yang merupakan nama kota yang terletak diseberang San Fransisco yang terhubung dengan Golden Gate Bridge dan Bay Bridge.
Sausalito menampilkan pemandangan dermaga kapal dengan latar Golden Gate dan Bay Bridge serta pulau Alcatraz.
Di Sausalito kami makan es krim Lapperts, es krim khas kota ini. Es krim ini laris banget dan variasi rasanya unik seperti kelapa mangga, kopi dengan campuran seperti rasa kelapa. Di pinggir pantai disini ada bapak Bill Sondak asal Manado yang sudah bertahun-tahun sering memberi pertunjukan balancing rock dan kita bisa memberinya uang dengan membeli foto yang sudah dia sediakan.
Selanjutnya kami melaju ke ujung Golden Gate Bridge yang berada di dekat wilayah Sausalito. Hari itu long weekend dan banyak antrian kendaraan dan tidak mudah mendapat parkir untuk berfoto di beberapa spot dan spot yang paling bagus yang kami dapat di Battery Spencer, jalan menanjak sedikit ke arah bukit dan disana kita dapat berfoto dari dekat di ujung jembatan. Pulau Alcatraz juga tampak lebih jelas dari tempat ini.
Fisherman Wharf yang hari itu masih disinggahi singa laut, tepatnya di Pier 39, memberikan aroma dan suara....seperti kita jegukan ternyata suara mereka itu. Kebayang ngak...ada banyak suara seperti jegukan berkali-kali dan terus menerus. Unik deh...dan hhmm bulu mereka yang sudah lama berjemur tampak dari seperti lumutan....
Dari Pier 39 ini, pulau Alcatraz tampak sangat jelas. Disini kami juga makan Clam Chowder di Boudin Bakery. Roti keras dan agak asam dibuat seperti mangkuk dan diisi sup krem yang gurih.
Setelah itu kami jalan ke arah pier 43 dan makan lagi. Kami makan udang rebus yang segar banget dan rasa sambalnya pas, lanjut  acaranya masih memcoba makanan lagi. Kali ini yang terakhir, kami makan In-N-Out Burger yang harus dicoba kalau ke wilayah California, rasanya khas dan enak. Disini juga ada menu Animal Fries yang merupakan Kentang Goreng yang dilelehkan keju dicampur bawang, entah kenapa namanya jadi ada “animal” tidak ada yang tahu dan menu ini tidak ada di daftar menu.
Belum selesai acara kami hari ini, kami lanjut berkendara naik ke Twin Peak untuk melihat 360 derajat kota San Fransisco di kala malam dan kali ini kami memandangnya sambil antri wc sambil kedinginan. Saat itu hanya berfungsi 1 dari 2 wc yang ada dan ini wc dengan pembersih otomatis yang kerjanya lumayan lama tapi hanya bisa menghilangkan bau, sedangkan tisue berserakan tidak bisa dibersihkan oleh pembersih otomatis.

Hari ke 3 – Yosemite National Park
Yosemite National Park adalah national park di USA yang terkenal cantik dan yang paling memiliki fasilitas yang paling memadai dibandingkan national park lainnya di USA.  Taman yang luas ini sayang sekali jika dikunjungi day trip saja dari kota San Fransisco. Saya memilih menginap 1 malam di Valley Lodge yang asri dan nyaman. Selain hotel ini, ada juga Ahwadee Hotel (tapi bis tur biasanya tidak samppai ke hotel ini jadi harus naik shuttle bus lagi) dan yang mau gaya kamping bisa menginap di dekat Half Dome (tapi bis tur biasanya hanya sampai Valley Logde tempat kami menginap dan tidak sampai ke kedua penginapan ini, jadi harus menyambung naik shuttle bus lagi)  Saya memesan kamar di Valley Lodge 4 bulan sebelum keberangkatan dan tersisa 1 kamar, itupun melalaui www.extranomical.com, jika pesan langsung ke National Park sudah habis....saya kurang cepat, harusnya 6 bulan seperti saran Lonely Planet.
Jadilah saya memesan kamar dan paket tour dari Extranomical Tour. Perjalanan dimulai pagi jam 6.20, kami dijemput di Hilton Union Square (200m dari hotel Union Square tempat saya menginap), lalu muter ke 2 hotel lain dan sejam kemudian baru berangkat ke arah tujuan dan melewati hotel saya menginap....huaahhh buang waktu 1 jam deh....maklum depan hotel saya menginap adalah jalur tram dan bis tidak bisa berhenti.
Dari San Fransisco kami melewati Bay Bridge (saat malam jembatan ini tampak kilauan lampunya saat kemarin kami di Twin Peak) dan melewati beberapa kota seperti Hawyard. Setelah 1.5 jam perjalanan, kami tiba di Napa Valley untuk ke rest room yang hari itu antrinya 20 menit dan beli makanan untuk breakfast dan lunch.
Selama perjalanan, guide bercerita bahwa perkebunan merupakan sumber pendapatan ekonomi wilayah California. Hhmm ternyata wilayah ini ekspor beras loh ke Asia (pantes saja di SF dan sekitar agak sering ketemu menu nasi).
Negara bagian dimana Silicon Valley berada juga mendapatkan penghasilan dari transaksi IT.
Dan San Fransisco ternyata adalah kota termahal di USA, mengalahkan New York.
Sesampainya di area pintu maduk Yosemite National Park, bis kami harus sedikit antri. Ya, hari itu adalah long weekend di USA dan Yosemite National Park diserbu banyak pengunjung dari warga USA.
Tujuan pertama adalah hiking melihat Giant Sequoia. Pohon yang tinggi banget yang banyak tumbuh di wilayah California ini tinggi banget, yang tertinggi ada yang mengalahkan tingginya Big Ben. Waktu yang diberikan tour ngak cukup buat ukuran kaki orang Asia. Jalan menurun ke arah Giant Sequoia 20 menit dan balik 45 menit. Saya ngak mau ambil resiko ketinggalan, jadi pas 20 nenit saya balik walau baru ketemu Giant Sequila yang bukan paling tinggi dan besar. Jalan balik yang menanjak saya tempuh 35 menit....terlalu cepat sehingga sering banget harus sering tarik nafas panjang dan minum he..he..tapi bule-bule yang kaki nya panjang lebih cepat lagi dan mereka banyak yang berhasil sampai ujung.
Setelah itu, bis kami melaju ke arah valley dan disambut macet yang panjangnya luar biasa. Namun, beruntung setelah memasuki area 1 jalur, bis ada jalur khusus sehingga bisa lancar melaju ke arah valley.
Guide juga bercerita kalau para penjaga park yang dipanggil Ranger ini banyak yang merupakan tenaga sukarela. National Park di USA menerima sukarelawan dari berbagai negara dan imbalannya hanya diberi makan dan tempat tinggal. Yang berminat katanya bisa menghubungi pihak USA national park.
Kami tiba di valley jam 2 siang, bagi yang ngak menginap maka jam 4 harus balik...hhmm liat apa 2 jam...jalan ke air terjun aja pp bisa 1 jam, belum makan yang hari itu luar biasa antrinya (tour makanya menyarankan beli makanan lunch saat di Napa dan boleh makan di bis).
Beruntung saya menginap disini jadi bisa bersantai-santai. Kami sedikit hiking lagi ke arah Lower Yosemite Fall yang di titik bawah sambil berfoto-foto di pohon besar di wilayah itu.
Lalu kami makan burger yang awalnya buat lunch tapi karena antrian panjang saya bilang ke pramuniaganya akan saya ambil jam 6 malam saja dan saya beli makanan lagi di toko makanan disebelahnya yang lebih ngak ramai.
Lalu kami jalan ke arah Lower Yosemite Fall dan jam 6 sore kembali ke lodge untuk makan burger dan asyik udah siap burger nya.
Hari ini disini seperti di SF, jam 8 malam baru mulai gelapnya.

Hari ke 4 – Yosemite National Park
Tidak menyesal kami memilih menginap semalam disini sehingga kami punya banyak waktu menikmati indahnya Yosemite National Park yang termasuk wilayah kota Mariposa.
Disini juga tersedia bis free shuttle untuk mengelilingi taman ini, namun kami memilih membayar ikut Valley Floor Tour. Tour selama 2 jam ini menggunakan mobil terbuka berupa truk yang dimodifikasi dan mereka menyebutnya tram.
Setelah sarapan di Starbuck yang baru 2 mingguan buka di tempat ini, jam 10 pagi kami mulai Valley Floor Tour.
Rute pertama kami melewati El Capitan, tebing granite setinggi 3.000 kaki yang paling sering digunakan para pemanjat tebing melakukan hobby-nya.
Kemudian kami melewati batuan granit yang diberi nama Catheral karena salah satu sisinya berbentuk guratan seperti gedung cathedral.
Selanjutnya kami mengunjungi sungai yang merupakan aliran air dari Bridalveil Fall, air terjun tertinggi kedua di park ini. Lekukan bentuk U membuat pemandangan di tempat ini sangat cantik.
Yosemite Fall yang merupakan air terjun tertinggi di park ini menjadi spot berikutnya. Air terjun yang dapat dilihat di beberapa spot ini memiliki 3 bagian: Upper Yosemite Fall (1,430 feet), the middle cascades (675 feet), dan Lower Yosemite Fall (320 feet).
Kemudian kami jalan kaki sedikit ke arah jembatan dengan pemandangan sungai dan Half Dome, manis banget pemandangannya.
Kami lanjut ke arah Glacier Point dan Half Dome dan melewati banyak pohon baby Giant Sequoia....baby yang tinggi kurus  jangkung.
Lalu kami mengarah balik ke Valley Logde.
Sesampainya di lodge, kami makan siang di food court yang hari itu tidak seramai hari minggu kemarin.
Kami masih memiliki waktu 3 jam an sebelum balik ke San Fransisco. Kami putuskan pergi lagi ke Lower Yosemite Fall.
Jam 3.30 siang kami dijemput Extranomical Tour dan berhenti di 2 spot, Bridalveil Fall dan El Capitan. Guide kami ternyata pemanjat tebing, beberapa minggu lalu dia memanjat El Capitian dan butuh 4 jam untuk mencapai puncak.
Hampir jam 9 malam kami baru tiba di San Fransisco dan berfoto dengan Cable Car lagi sebelum masuk ke hotel. Cable Car klasik ini beroperasi sudah lama, sejak tahun 1873.

Hari ke 5 – Los Angeles “LA LA Land”
“City of stars
Are you shining just for me?
City of stars
There’s so much that I can’t see....”
Ini adalah lirik lagu City of Stars yang saya suka iramanya dan merupakan salah satu lagu dalam film LA LA Land yang banyak mengambil spot di Los Angeles dan berhasil membuat saya memasukan Los Angeles dalam itinerary trip kali ini.
Pagi, kami berangkat dari stasiun kereta BART Union Square, San Fransisco menuju airport dan yang namanya stasiun orang apa aja ada, termasuk orang stress yang ngoceh keras-keras di area depan stasiun. Petugas stasiun pagi itu tampak banyak yang menjaga jadi kami ngak merasa takut dengan orang stress ini.
Sesampainya di bandara kami yang akan melakukan penerbangan domestik harus naik kereta antar terminal yang diaturnya per nama airline, kami yang terbang dengan Delta Air, naik interterminal train ke terminal 3.
Penerbangan SF ke LA cukup singkat, hanya 1 jam. Lalu kami ke naik taxi ke hotel disambut oleh macet di 2 titik. Wah...kok seperti Jakarta yah? Hhmm
ternyata 1 titik ada kecelakaan dan 1 titik ada pengecatan tembok pembatas.
Mendekati wilayah Hollywood dan Beverly Hill tampak dari kejauhan pohon palm yang tinggi banget menjulang menghiasi pemandangan jalan sehingga kota ini tampak sedikit asri.

Kami menginap di Loews Hotel, yang berada di area Hollywood dan sangat dekat banget dengan lokasi atraksi-atraksi top di tempat ini yang akan kami eksplor besok. Hari ini kami keliling naik Hop Hop ke wilayah Universal City, Hollywood dan Beverly Hills.
Sebelum keliling naik Hop Hop, kami berfoto-foto di depan Dholby Theater dengan lantai penuh bintang, plus dengan beberapa tokoh seperti tokoh lMickey Minni yang lucu dan tokoh film Deadpool yang agak-agak error.
Kami juga berfoto di depan TCL Cinema yang lantainya penuh dengan cetakan semen dari telapak tangan dan tapak kaki para artis Hollywood.
Di Hollywood kita tidak akan bertemu artis yang sudah ngetop tapi hanya orang-orang yang memakai kostum dari berbagai film dan juga dengan orang-orang yang lagi berusaha jadi penyanyi top dengan menjual CD lagu-lagunya. Berfoto dengan pemakai kostum khas kita perlu memberi tip dan CD juga awalnya bilang gratis tapi mereka nawarin tanda tangannya dan minta USD 5.
Di Universal City kami hanya berjalan-jalan dan makan di Universal City Walk. Kami berfoto di beberapa spot, antara lain Gorilla yang lagi bergantungan dan gitar besarnya Hard Rock Cafe.
Setelah itu kami naik route merah Hop Hop dan melihat spot di wilayah Hollywood dan Beverly Hills.
Sepanjang pemandangan hari ini, tampak Beverly memang wilayah di LA yang paling nyaman.

Hari ke 6 – Los Angeles to “Sin City in The Middle of Desert” Las Vegas
Hari ini saya mulai dengan sarapan pagi lagi di “rumah makan padangnya USA”, maksudnya Starbuck. Ya, di USA buanyak banget Starbuck bagaikan rumah makan padang di Jakarta.
Pagi jam 8 saya jalan-jalan ke lagi ke area Walk of Fame yang saat itu masih sepi jadi lebih bebas berfoto.
Kami juga memasuki mall di belakang Dolby Theater yang masih tutup dan berfoto dengan air mancur, gerbang klasik bergaya Egypt dan patung gajah.
Lalu kami balik lagi ke hotel jam 9 an untuk check out. Loews hotel tempat kami menginap memang sangat strategis, dekat banget dengan pusat atraksi Hollywood.
Jam 10 15 kami ikut VIP tour di TCL Chinese Theater. Awalnya saya kira theater ini milik orang China, ternyata bukan. Investor theater ini adalah Sid Grauman.
 Dia kreatif membangun theater mewah yang beroperasi pada tahun 1927 ini dengan gaya Chinese, dan sebelum membangun theater ini, pada tahun 1922, Grauman sudah berinvestasi pada Eygptian Theater.
Theater yang berusia 90 tahunan ini sudah direnovasi berkali-kali dan masih tampak terawat, serta saat ini sudah di update menjadi IMAX.
Baju-baju yang dipakai pada pembuatan film masa lalu juga diabadikan pada theater ini. Ada baju yang dipakai Arnold  Schwarzenegger tapi tampak keliatan kurus....wajah saya yang tampak bingung, membuat guide nya berkata “ini patungnya kekecilan”...iya sih bajunya tampak agak kendur jatuh.
Halaman theater terdiri dari 200 an footprint dan handprint para artis dalam block-block semen bagaikan lantai berukir.
Setelah itu kami mencoba menyeberang jalan ke arah lokasi “Ripley Bilieve It Or Not” melalui jalur silang di perempatan unik ini di Hollywood Boolevard ini.
Kami berangkat ke airport lebih awal, kuatir macet. Dan benar saja, macet. Di dalam bandara juga padat, mirip dengan Jakarta.
Kami sampai di Las Vegas disambut deretan mesin ding dong. Ini hanya game dengan modal uang ngak banyak, bisa main dengan modal US$1 saja.
Awal kami tiba merasa agak was-was karena di wc airport saja ada tulisan yang artinya “kalau anda korban perdagangan manusia bisa menghubungi nomor telpon xxx”, lalu di ara bagasi ada tulisan dan juga pengumuman lisan agar kita tidak menerima ajakan orang tak dikenal untuk ikut mobilnya. Hhmmm...agak horror jadinya.
Kami ke hotel naik taxi dan supirnya oma-oma yang baik memberikan infornasi-informasi. Sampai di hotel, kami check in lalu jalan ke Treasure Island untuk survei tempat meeting point tour besok ke Grand Canyon.
Volcano Show di Mirage Hotel dimana kami menginap menjadi acara berikutnya. Kami nonton jam 7 malam, dan sepertinya yang jam 8 dan 9 malam yang lebih seru karena langit sudah gelap.
Saat menunggu Volcano Show di depan jalan, kami melihat mobil iklan germo yang sangat profesional yang berkeliling mutar-mutar terus....ngak ada bujukan apapun, mobil ini hanya menampilkan foto wanita bule sexy dan nomor telpon jika membutuhkan wanita panggilan dan wanita ini akan langsung datang ke tempat yang diminta. Hmmm pantesan aja, akses lift hotel tidak perlu pakai kartu, bebas mau naik ke lantai berapa aja, hanya masuk kamar yang perlu kunci.
Acara berikutnya kami makan buffe di hotel. Puas-puasin dan buat mengisi tenaga untuk besok yang akan agak memakai banyak tenaga. Harga makan buffet USD 30 an/orang, worthed lah untuk ukuran makan buffet di USA.

Hari ke 7 – Grand Canyon National Park
Grand Canyon adalah “Seven Wonders of The World” kedua yang saya lihat setelah aurora borealis. Kami mengunjungi South Rim yang berlokasi di Grand Canyon National Park, kalau yang West Rim letaknya lebih dekat dari Las Vegas tapi saya lihat batuannya kurang dramatis dan West Rim juga tidak berada di wilayah Grand Canyon National Park.
Grand Canyon yang berlokasi di wilayah Arizona menurut para geologis, usianya sudah 6 juta tahun, terbentuk dari aliran Colorado River pada masa lalu. Panjang Canyon 446 km, lebar sampai 29km dan kedalaman tertinggi 1,857m.
Kami dijemput bus tour pada jam 6.10 pagi, tour kami pesan online di  www.grandcanyontourcompany.com dengan harga USD 80 orang termasuk lunch.
Kami di drop di kantor tour dan registrasi ulang, setelah itu dibagi-bagi ke bis masing-masing tujuan. Hari itu banyak banget pesertanya, ada yang ke west, south dan north rim.
Jam 7.30 perjalan kami dimulai, lalu sekitar 1.5 jam kami tiba di Kingsman, sekedar untuk ke toilet dan beberapa orang membeli burger disini.
Kami berjalan melalui highway dengan pemandangan gurun dan beberapa tampak ada sedikit pepohanan. Lalu sebelum makan siang di Rodeo di Williams, Arizona kami melewati Route 66, Home of The Grand Canyon Railroad dan Mother Road dari Highway di USA. Route 66 ada sejak tahun 1926 dan saat ini beberapa lokasi dan bangunan historisnya masih dapat kita lihat di tempat ini.
Setelah makan kami berkendara sekitar 1 jam memasuki wilayah South Rim Grand Canyon. Spot pertama adalah Mather Point.

Pemandangan canyon disini dramatis pada batuan yang tinggi menonjol. Disini ada visitor center dan jika kita mau menstempel tanda Grand Canyon yang seperti bentuk stempel imigrasi bisa kita lalukan disini.
Spot berikutnya adalah Bright Angel dimana terdapat dome dan dekat stasiun kereta. Disini juga terdapat hiking track ke Colorado River.
Kami tentunya tidak hiking karena disini cuma dikasih waktu 1 jam, sama seperti pada spot sebelumnya. Kami berfoto-foto di dekat Lookout dan Klob Studio yang juga merupakan toko souvenir.
Hanya 2 spot yang kami lihat dalam trip ini tapi ok lah sudah melihat Grand Canyon yang dramatis walau harus berpanas-panas ria.
Dalam perjalanan balik ke Las Vegas kami berhenti kembali di Kingsman dan kami membeli burger untuk dimakan di bis.
Jam 9.30 an kami tiba di hotel dan langsung kami masuk kamar. Pemandangan malam di Las Vegas gemerlap penuh lampu dan sepanjang mata memandang saya tidak melihat orang mabuk di jalanan. Banyak turis yang family yang tampak berjalam-jalan dan tidak ada kesan menyeramkan.

Hari ke 8 – Las Vegas Strip
Setengah harian ini kami manfaatkan melihat hotel-hotel lainnya yaitu Caesar Palace, Bellagio dan Venetian. Pengunjung yang berlalu lalang tampak turis baik-baik semua. Area ding dong dan meja judi juga tampak sepi (jam para penjudi biasa tengah malam yah...). Jadi kesimpulan saya, jalan-jalan ke Vegas masih aman dan menyenangkan asal kita atur jam dan lokasi yang dipilih.
Pertama kami berjalan ke arah Caecar Palace dengan bangunanya yang antik bergaya Romawi.
Berikutnya kami menuju Bellagio tapi sayang atraksi air mancurnya yang terkenal lagi tidak ada karena sedang maintenance, sehingga kami hanya bisa berfoto-foto saja di depan Bellagio dan juga Paris Las Vegas yang tampak dari depan Bellagio.
Berikutnya kami berjalan ke arah Venetian yang memiliki kanal seperti di Macau dan Singapore tapi ini di area terbuka.
ISelanjutnya kami kembali ke Mirage Hotel tempat kami menginap dan kami main ke Secret Garden melihat white tiger, lion dan dolphin.
Hotel ini memang ok buat family karena banyak menyediakan fasilitas selain kasino.
Kami booking late check out sampai jam 4 sore sehingga bisa mandi dulu sebelum long long long flight. Biaya yang dikenakan cukup ok dan kami hoki juga air minum 6 botol @ 1 liter dibebaskan dari biaya....he..he...untung ngak jadi berepot-repot ria beli air dari kios disebrang hotel seperti saran oma supir taxi.
Dari hotel ke bandara lancar dan antrian pemeriksaan juga lancar. Ada satu ciri khas pemeriksaan di airport USA yaitu sepatu harus dilepas, apapun jenis sepatunya.
Di airport Vegas banyak mesin ding dong di area boarding dan kami mencoba main bermodal 2x USD 1 dan ludes dalam sekejap....maklum ngak pernah main game tapi mau nyoba aja duduk di mesin ding dong nya Las Vegas.
Syukur pesawat kami dari Vegas ke SF tepat waktu, karena kali ini saya agak nekat memberi jarak 4.5 jam untuk jarak penerbangan domestik ke internasional dan beda airline pula.
Vegas ke SF, kami naik Alaska Air tapi pesawat yang digunakan adalah Virgin Amerika (karena kedua airline ini sudah merger). Alaska Air berdasarkan info yang saya baca adalah pesawat di USA yang paling tepat waktu dan benar 2 kali saya naik semuanya tepat waktu.
Sesampainya di SF, kelancaran transfer terminal agak terkendala karena inter terminal train sedang out of service sehingga harus berdesakan naik bis.
Selanjutnya proses lancar dan kami masih sempat makan vietnam pho sebelum boarding.

Hari ke 9 – San Fransisco-Hong Kong-Singapore-Jakarta
Peberbangan kami dengan SQ transit di Hong Kong dab Singapore.
Setelah 13 jam-an terbang, kami tiba di Hong Kong. Kami transit 1.5 jam sebelum melanjutnya terbang ke Singapore selama 3 jam. Kami hanya jalan-jalan meluruskan kaki dan berfoto di gate dengan latar laut dan kapal dari kejauhan.
Kami transit 3 jam di Singapore, seperti biasa kami kangen makan laksa dan bakso kuah di Tip Top Terminal 3.
Pesawat kami dari Singapore ke Jakarta sempat delay 10 menit karena ada satu penumpang yang tidak jadi pergi sehingga bagasinya harus dikeluarkan, kalau ngak salah dengar karena “security reason”....wah?!
Terminal 2 Jakarta hari itu tampak lenggang dan kami langsung membeli bakmi GM dan roti Boy....kangen dengan makanan Jakarta.

Oleh Kumala Sukasari Budiyanto