Baru kali ini saya jalan-jalan di liburan lebaran. Predikat tiket mahal dan bandara berjubel menjadi hal yang mengerikan buat saya.
Namun kali ini terpaksa karena liburan akhir Juni saya gagal karena pekerjaan saya maupun adik saya. Jadilah dalam waktu kurang dari sebulan hunting tiket dll. Pilihannya ke negara yang saya masih punya visa yang berlaku yaitu Australia dan China. Hasilnya kami masih beruntung nemu tiket liburan yang ok harganya ke Adelaide dan transit di Singapore.
Tiket dari Jakarta nya memang mahal tapi semahal-mahalnya tiket Jakarta-Singapore masih tidak menyeramkan. Nah ke Australia nya setelah hunting dapatlah ke Adelaide dengan Singapore Air yang promo ditambah modal simpanan mileage saya, maka keluar uang cash nya sedikit dan yang pasti lebih sedikit dari harga tiket Jakarta-Singapore.
Yeah...salah satu tips cari tiket murah keluar negeri yang jarak jauh saat lebaran memang cari penerbangan dari negara lain seperti Singapore.
Berikutnya saya hunting hotel. Sasaran saya hotel group nya accor dimana saya ada membership disana. Urusan hotel juga ada keberuntungan. Ibis Adelaide sedang ada winter member sale ditambah saya bisa pakai free night saya. Hotel di Singapore juga tumben Novotel Clark Quay yang lumayan mahal bisa redeem free night.
Setelah selesai book tiket dan hotel, saya kilat menyusun itinerary. Ikut lokal tour ke wilayah di sekitar Adelaide menjadi pilihan karena kalau hanya keliling kotanya aja pasti ngak seru. Jadilah saya book tour sehari ke Kangoroo Island dan tour sehari ke Barossa Valley dan Hahndorf.
Hari ke 1 - Terbang ke Singapore
Gimana suasana bandara yah? Hari ini hari Minggu, kemungkinan udah sepi...kan Jumat dan Sabtu harusnya sudah banyak yang berangkat. Hhmm, tapi daripada risiko pergi pagian dah, 4 jam dimuka.
Jreng jreng....jalanan lancar termasuk area bandara. Baggage drop sepi tanpa antri....kata mba petugas Garuda sih tadi ramai. Lanjut ke imigrasi juga kosong.
Ciaaa....cuma 40 menit total waktu perjalanan dari rumah sampai proses imigrasi selesai!
Ngapain nih masih 3 jam...
Pertama ke Pura Lounge pakai free fasilitas dari Citibank...lanjut ke Starbuck ambil free minuman dari BCA....ngak modal ha...ha...
Setelah 3 jam lebih ngalor ngidul, tiba juga waktunya terbang. Jam 9 malam pesawat Garuda kami take off dan kami mendarat tengah malam waktu Singapore.
Kami mendarat di terminal 3 dan untuk menuju area arrival untuk proses imigrasi dan ambil bagasi, perlu naik skytrain karena GA kali ini dapat gate dibelakang (ngak semua pesawat seperti ini).
Setelah ambil bagasi, kami naik lift ke satu lantai diatasnya dan check in bagasi untuk penerbangan pagi dengan SQ ke Adelaide yang berlokasi di Terminal 3. Note: untuk SQ di Changi check in bagasinya bisa lebih awal.
Lanjut kami ke bagian imigrasi. Lalu naik Skytrain ke Terminal 2 menuju Ambasador Hotel untuk menginap 6 jam disana. Sebenarnya di Terminal 3 ada juga Transit Hotel tapi saat saya book sudah penuh.
Hari 2 - Perjalanan ke Adelaide
Pagi jam 5 kami minta wake up call dan saya juga pasang alarm pribadi....pengalaman yang lalu lalu, kami butuh dibangunkan beberapa kali kalau udah ngantuk banget.
Tapi kali ini untungnya tidak begitu, kami tidur ngak bisa pulas tapi dibanguninnya gampang he...he...
Petugas hotel transit ini sangat cermat, pertama kami dibangunkan dengam mesin wake up call lalu 20 menit kemudian ada petugas yang telpon mengingatkan kembali.
Pagi jam 6 kami jalan menuju gate kami di Terminal 3. Saat tiba di gate ada pemandangan tak biasa seperti penerbangan kami ke Australia sebelumnya...banyak wajah India yang naik pesawat ini...entahlah, mungkin karena ini dari Singapore.
Pemandangan berikutnya adalah pesawat yang kosong, kebayangkan pesawat besar hanya terisi sekitar seperempatnya. Pramugarinya sampai bilang surprise kali ini sepi sekali... Hhmm tapi inilah jawaban buat saya kenapa saya masih kebagian tiket murah. Walau penumpang ngak full, para awak kabin tampak rajin seperti biasanya, terus mondar mandir melayani kami.
Selama terbang 7 jam, saya nonton film sejarah tentang Singapore. Sebelum tahun 1965 mereka kacau juga, kaum chinese dan malay berantem melulu. Tapi sejak tahun 1965 mereka sadar akan persatuan. Dalam pidatonya Lie Kuan Yu bilang tidak ada malay, chinese dan india tapi semuanya singaporean. Nah...ini sedikit memberi jawaban kenapa penerbangan kali ini banyak wajah india...hhmm mereka itu Singaporean, warga Little India. Dari nonton film ini, saya baru sadar kenapa di Singapore ada Chinatown, Little India, Kampung Galm yang saat ini menjadi daya tarik wisata. Jadi Singapore bisa seperti sekarang kuncinya diawali dari Persatuan.
Selain nonton film ini, saya juga sempat nonton Zootopia versi bahasa Jerman...lumayan sekarang udah ngak super blank kalo dengar bahasa Jerman. Film ini terus mengiyang ngiang di kepala saya saat mau pergi ke Adelaide karena saya mau ke Kangaroo Island dimana terdapat banyak singa laut. Nah di film Zootopia, ada tuh singa laut yang kalo kerja dan ngomong bolot banget tapi jago ngebut yang bikin saya tertawa terpingkal-pingkal saat tahu yang ngebut ternyata si bolot.
Setelah 7 jam terbang, mendaratlah di Adelaide. Pemeriksaan tas cukup ketat...ada doggy yang tugas khusus cium-cium tas dan kita disuruh baris nunggu dicium-cium si doggy yang agak mungil ukurannya dan wajah lugu tidak meyakinkan he...he...
Data link paspor baru saya dengan visa 3 tahun saya disini ternyata ngak link di komputer om imigrasi bagian depan tapi harus ke komputer lainnya, sepertinya komputer in-charge nya. Padahal waktu tahun lalu di Sydney ngak masalah. Tapi untunglah saat dicek di komputer satunya bisa keliatan datanya.
Saat keluar bandara sudah jam 4 sore. Dari info yang saya baca ada bus yang lewat persis di Ibis Adelaide tempat saya menginap tapi saat tanya penjaga toko, halte bus di airport sebelah mana aja dia ngak pasti...bikin grogi...dan sejauh mata memandang juga ngak keliatan bisnya. Naik taxi juga sebenarnya ngak mahal sekitar Aus$ 25 ke city, tapi saya cuma pengen coba. Angin lumayan agak kencang saat keluar bandara, bikin saya nyerah dan kami pilih naik taxi. Antrian taxi dibuat urutan 1 sd 8...kita mejeng disana dan taksinya per kelompok akan maju ke nomor-nomor itu. Jadi satu phase bisa langsung angkut sampai dengan 8 kelompok penumpang, cepat jadinya.
Tiba di hotel Ibis yang terletak di Grenfel St. Kami check in, taruh koper dan jalan ke daerah belakang hotel yang ada Rundle Mall. Di kiri hotel selang 2 gedung ada Adelaide Arcade, lorong pertokoan yang menghubungkan Grenfel St ke Rundle St. Kalau jalan terus sedikit ada juga lorong pertokoan yang menghubungkan kedua jalan ini. Di lorong ini dibawahnya ada supermarket Cross dan food court. Banyak anak mahasiswa makan disini karena di sekitar sini ada beberapa universitas. Kalau ke Supermarket di Inggris dan negara persemakmurannya, teh Twining jadi sasaran saya, murah banget, harga cuma 20% dari harga di Jakarta kalau diukur dari jumlah teabags nya tapi harga yang di Ausie teabag-nya yang tidak dibungkus satu-satu. Madu Capilano yang di Jakarta mahalnya selangit, disini seharga madu merk lokal kita.
Di pertokoan di daerah ini juga banyak Sale loh...sama dengan di Jakarta lagi musim sale...tapi saya belum tergoda membelinya...tahu deh besok-besok he...he..
Hari ke 3 - One Day Tour Barossa Valley dan Hahndorf
Hari ini jalan-jalan ke Barossa Valley yang terletak di utara Adelaide. Kota penghasil anggur terbesar di Australia dan ke Hahndorf, kampung pertamanya imigran Jerman di Australia.
Pemandangan mata hari ini mayoritas berwarna hijau yang menenangkan mata. Hamparan perbukitan penuh kebun anggur menjadi warna utama tour kali ini.
Kami join tour dari travel Adelaide Sightseeing yang satu group dengan SeaLink. Jam 8.35 kami di jemput di depan hotel. Mobilnya parkir tidak persis di depan hotel....untung ada peserta lain yang lihat mobilnya. Mobil ini hanya untuk pick up saja dan untuk tour nya dengan bis yang sudah stand by di Adelaide bus station. Lokasi station ternyata di seberang Central Market.
Rute pertama kami ke Jacob's Creek, perusahaan penghasil wine terbesar di Australia dan sudah ada sejak 160 tahun yang lalu. Disini kami diajak wine tasting. Saya hanya berani coba 2 macam, takut mabok he...he... Rasa wine nya agak beda tapi menurut saya enak.
Lanjut kami diajak melihat Mengler Hill dimana dari sini bisa dilihat pemandangan Barossa Valley...namun sayang lagi gerimis dan agak berkabut.
Kami lanjut diajak ke perusahaan wine Saltram di Angaston, tapi saya udah ngak berani minum wine nya jadi hanya foto-foto di tong kayu antik mereka.
Perjalanan dilanjutkan makan siang di Company Store yang juga berada di Angaston. Disini makanan pembukanya lucu dan kembali disediakan wine. Kali ini saya coba tapi rasanya ngak cocok buat saya.
Hhmm...kalau penggila wine ikut tour ini bakalan happy banget karena bisa coba banyak wine. Saya yang kadang-kadang minum aja suka bisa coba-coba tapi karena takut mabok ngak berani nyoba terlalu banyak he...he...
Dalam perjalanan balik kami diajak melalui rute yang berbeda. Kami mampir di Herbig Family Tree yang sudah berusia ratusan tahun. Ini pohon rumahnya si mr. Herbig, migran dari Jerman. Mereka tinggal disana selama 2 tahun. Keluarga ini juga hebat, anaknya ada 16 orang.
Kunjungan terakhir ke Handorf, desa imigran Jerman pertama di Australia. Desa Hahndorf masoh termasuk wilayah dari kota Adelaide. Disini suasana bangunan rumah masih banyak yang bernuansa Jerman tapi dalam hal lainnya sudah tidak terlalu bernuansa Jerman. Di sepanjang jalan dipenuhi cafe dan aneka toko kecil yang menjual baju, tas dan asesoris. Lumayan buat jalan-jalan dengan suasana yang berbeda...
Kami tiba di hotel hampir jam 6 sore dan langsung ke food court di Cole yang kemarin...saya makan bakso bihun kuah...udah kangen makanan indo lagi he..he..
Hari ke 4 - One Day Tour Kangaroo Island
Pemandangan hari ini diwarnai warna biru selain hijau, ditambah hembusan angin sepoi sepoi cenderung kencang di sepanjang pinggir pulau.
Trip hari ini lumayan melelahkan. Pagi jam 6.15 sudah dijemput di hotel Matra yang terletak diseberang hotel Ibis (bacanya aibis yah kalo di Australia, saya sering nyebutnya Ibis dan orang pada pardon pardon deh jadinya) dimana kami menginap..kudu nyebrang lampu merah dan masih gelap...tapi aman sih. Tour ke Kangaroo Island cukup laris, pesertanya banyak. Kami dijemput dengan mobil van dan 2 jam perjalanan ke pelabuhan Cape Jervis. Disini sudah ada juga peserta tour lain yang dijemput dengan mobil yang lainnnya.
Di kapal semua bangku hampir terisi menandakan banyak peminatnya. Perjalanan kapal cukup goyang-goyang di setengah perjalanan pertama, angin samudera soalnya bukan angin laut biasa...tapi pas mendekat ke Kangaroo Island mulai tenang karena Penneshaw agak ke dalam/ terhalang bagian pulau sisi lainnya.
Setelah 40 menit menempuh perjalanan kapal sepanjang 15 km melalui jalur Backstairs Passage, kapal merapat, kami langsung ke arah bus Sea Link dan bangku bus juga hampir terisi penuh.
Kangaroo Island itu ternyata besar loh...7x nya luas Singapore. Luas 4350 sq km dengan panjang 155 km dan lebar 55 km. Sumber ekonomi pulau ini bukan pariwisata tapi peternakan, ada lembu, madu dll tapi kami tidak mengunjungi tempat ini.
Perjalanan pertama kami diajak ketemu singa laut di habitat bebasnya di Seal Bay. Lucu, genit dan gendut nih si singa laut. Jantan bisa 300 kg dan betina 200 kg, tapi anaknya saat lahir kecil hanya 6-7 kg. Kalau ketemu teman selalu cipika cipiki. Singa laut betina katanya hampir sepanjang hidupnya hamil terus, hanya selang beberapa minggu saja setelah melahirkan sudah hamil lagi....gubrak dah. Selama kami di tempat ini, guide selalu berpesan agar selalu berada di kelompok, tidak boleh berpencar dan jaga jarak dengan singa lautnya. Katanya sih mereka bisa agresif terutama yang jantan muda.
Dari tempat ini kami lunch di Vivonne Bay. Lalu lanjut ke Hanson Bay Koala Sancuary untuk lihat koala yang bergelantungan di pohon ecaliptus.
Selanjutnya kami ke Flinders National Park. Tempat yag paling menarik adalah Remarkable Rock yang merupakan batuan granit dengan aneka bentuk yang unik.
Lanjut ke Cape du Couedic yang juga masih di lokasi taman nasional...disini anginnya hebat dan karang tampak terjal tapj si singa laut ndut tampak nangkring di karang itu...haiya ndut dan kaki pendek tapi bisa naik karang yang tinggi nih mereka. Di area ini sebenarnya hanya dengan menuruni anak tangga kita bisa melihat Admirals Arch, karang unik melengkung seperti jembatan, tapi karena angin super kencang kami ngak turun kesini.
Btw, selama di Kangaroo Island, kami tidak melihat kangaroo yang lagi bebas berkeliaran...katanya malam mereka baru aktif jadi siang jarang keliatan atau adanya di wilayah yang lebih dalam. Binatang Echitna, yang seperti landak juga saya tidak ketemu, padahal ini salah satu binatang khas disini.
Di Kangaroo Island binatang dibiarkan hidup bebas, tidak dipelihara seperti di kebun binatang. Taman nasional yang luas benar-benar pohon semua isinya. Namun jalanan untuk keliling pulau sangat nyaman, beraspal mulus ngak ada yang rusak dan tanda lalu lintas juga jelas. Yah...disini oksigen banyak banget deh...ngak usah "berebutan nafas" seperti di kota-kota yang padat dan macet.
Disini penduduknya sangat sedikit dan mereka menetapnya di wilayah utara, namanya kota kecil Kingscote...kalau di wilayah lainnya di information center dan discovery location (ikon wisata) yang tampak ada rumah dan itupun saya ngak yakin mereka tinggal disana.
Hari ini otak beneran seger tapi agak malam aja pulangnya, sampai hotel jam setengah sebelas malam. Beberapa orang untuk kesini memilih naik pesawat, hanya 25 menit ke Adelaide Airport tapi pesawatnya kecil dan tentunya harga tiketnya lumayan.
Hari ke 5 - Keliling Kota sebelum Balik ke Singapore
Hari ini yang kudu dilakukan adalah mencoba naik O-Bahn, bus khusus yang bisa masuk jalur seperti rel. Antik loh...bisa otomatis jalan di aspal dan rel. Tidak semua bis seperti ini, bis rute ke daerah Klemzig, Paradise dan Tea Tea Plaza yang ada rel-nya. Dari artikel yang saya baca, konon ini teknologinya dari Jerman (di kota Essen Jerman juga pakai ini) dan katanya biaya operasional lebih murah dari kereta.
Lanjut saya juga nyoba Tram yang cuma satu line ini...tapi panjang juga jaraknya tapi namanya Australia walaupun jarak jauh tapi waktu tempuh pendek. Saya mencoba naik Tram sampai paling ujung, sekalian mau lihat pantai Glenig dan Town Hall-nya. Suasana disini ok juga untuk santai, ada pantai, toko-toko, museum kecil di visitor center. Untung kami jadinya kesini, padahal itinerary dirancang ke Central Market dan Chinatown...omongan supir taxi yang mengantar kami dari airport yang bilang Glenig paling ok di Adelaide bikin saya ubah haluan. Btw bp supir taxi ini hobby liburan loh...dia katanya mau sebulan keliling Indonesia dan sebelumnya juga pernah sebulan di Bali...dia suka jalan-jalan ke Indonesia karena murah dan pemandangan bagus serta orangnya pada ramah...kalau Jakarta dia bilang macet.
Dari Glenig, kami naik tram lagi selama 40 menit ke Rundle Mall. Tram kali ini ternyata dikemudikan oleh wanita setengah baya, sama dengan O Bahn saat balik ke City juga dikemudikan wanita setengah baya...mantap nih para senior di Adelaide!
Dalam perjalanan dengan Tram ini, kami melihat Victoria Square dan sebenarnya bisa foto-foto disini, tapi karena waktu mepet kami lewati saja. Dekat dari Victoria Square ada Central Market dan Chinatown dan kami udah melewatinya beberapa kali saat diantar jemput ikut tour kemarin.
Dalam perjalanan dengan Tram ini, kami melihat Victoria Square dan sebenarnya bisa foto-foto disini, tapi karena waktu mepet kami lewati saja. Dekat dari Victoria Square ada Central Market dan Chinatown dan kami udah melewatinya beberapa kali saat diantar jemput ikut tour kemarin.
Makan dan foto-foto di Rundle Mall menjadi acara terakhir kami di Adelaide dan untung nih patung babi yang kemarin kami cari ketemu...dua hari lalu belum ketemu karena mainnya ke sisi pertokoan yang arah William Street. Foto di dua bola besar juga baru kesampaian hari ini karena dua hari lalu hujan melulu dan saat kemari hari sudah gelap pula.
Jam 2 kami berangkat ke airport dan 15 menit an sudah sampai. Pesawat kami jam 5 sore dan tiba di Singapore hampir jam 11 malam. Kali ini pesawatnya penuh....hampir semua penuh....beda dengan saat berangkat yang kosong banget.
Selama terbang 7 jam, saya nonton film Singapore tentang wajib militer, anak cowo warga Singapore umur 18 tahun wajib ikut dan dilatih selama 3 bulan. Pesertanya tampak ada yang chinese, melayu dan india. Pelatihnya jyga demikian...jadi nyambung dengan film tentang Singapore yang saya tonton saat berangkat...di Singapore yang namanya sudah jadi warga negara, mau wajah dan darah keturanan dari manapun sama perlakuan dari sisi hak dan kewajiban.
Saat sampai Singapore, kami langsung cari taxi. Antrian panjang tapi karena tata cara sama seperti di Adelaide dimana ada tempat 10 maka sekali angkut bisa langsung 10 kelompok penumpang. Taxi malam biaya sedikit mahal tapi masih ok lah...dari airpott ke Novotel Clark Quay sekitar S$ 30.
Hari ke 6 - Keliling Singapore
Seharian ini acaranya hanya ke Garden by The Bay, MBS dan ke Sentosa. Saya sengaja berangkat ngak terlalu pagi karena kemarin sampai hotel sudah malam.
Ada pemandangan baru saat naik MRT, tulisan priority seat diganti dengan kata-kata Show You Care...gambarnya juga dibuat lucu sehingga perintah menjadi lebih halus.
Kami tiba di Garden by The Bay hampir jam 10 pagi. Sebenarnya saya sudah pernah kesini tapi waktu itu belum lihat Flower Dome karena sedang maintenance. Jadi kali ini kemari lagi. Setelah masuk ternyata disini sepertinya lebih cakep foto bunganya aja he..he..jadinya kami ngak terlalu banyak foto dengan bunga-bunga ini.
Lanjut ke dome disebelahnya, Cloud Forest...saya paling suka dengan air terjun buatannya.
Tak terasa hampir 3 jam kami di Garden by The Bay. Lalu kami niatnya makan di food court MBS tapi penuh banget. Akhirnya hanya beli puding mangga dan makannya sambil berdiri.
Lalu kami ke Sentosa dan tujuan utama ke Trick Eye Museum. Kami beli tiketnya di Klook.com, harga lebih murah jauh tapi tiket harus ditukarkan dulu, tidak seperti yang Garden by The Bay dimana barcode yang ada di print out konfirmasi dari Klook bisa langsung di scan sebagai tiket....ini yang Trick Eye kudu ditukarin dulu.
Kami harusnya tukar di lt 3 Vivo, tapi karena disana ramai jadi niatnya mau tukar di dalam sentosa...kami pikir bisa di Trick Eye nya...tapi ternyata harus di Imbiah Lookout...ribet jadinya...ditambah antrian naik monorail yang ramai banget. Belum lagi di Imbiah lookout ngak semua ticket kios bisa melayani redeem tiket ini.
Hhmmm akhirnya beres juga sih urusannya dan kami puas-puasin foto di Trick Eye. Fotonya lumayan banyak yang lucu-lucu, saya paling suka dengan foto panjat pohon bareng panda.
Kami juga sempat shopping di H&M Vivo City yang lagi diskon. Saya beli 2 baju yang disc 75%...dress hanya seharga S$ 10.
Kami berangkat dari Sentosa ke Clark Quay naik mrt sekitar jam 20.00. Tiba di sana, kami beli kue di Central Clark Quay, buat makan pagi besok.
Makan malam kami niatnya restaurant di pinggir sungai Clark Quay tapi dilihat-lihat mahal juga...agak ngak rela. Akhirnya kami putuskan makan di hotel kami menginap, Novotel Clark Quay. Pilihan ini tepat karena jadi murmer banget...S$ 21 untuk 2 horfun seafood dengan udang-udang dan kerang yang besar, 1 capucino dan 1 juice mangga. Kok bisa? Bisa donk, ini karena membership accor saya...2 minumannya itu welcome drink dan makannya disc 50%.
Haiya...abis dinner artinya acara jalan-jalan sudah di ambang selesai dan besok kudu pagi-pagi banget ke airpot dan go home.
Hari ke 7 - Pulang ke Jakarta
Kami naik pesawat GA yang paling pagi. Sebelum boarding saya sempatkan hunting buku. Lalu kami juga ke Zara...omongan petugas hotel yang sempat sedikit ngobrol dengan kami saat dinner bikin penasaran...dia bilang Zara kalau di Sin pas diskon harganya bagus. Menurut dia sih yang di pertokoan lebih ok daripada yang di airport, tapi karena waktu yang ada hanya bisa lihat yang di airport jadi kami sempatkan lihat...ya, memang ok disc 50% dan saya beli 1 blouse.
Pilihan naik pesawat paling pagi srbenarnya pilihan terpaksa karena hanya tinggal jam ini yang masih ok harga tiketnya. Tapi ternyata pilihan ini tepat. Jam 8.30 sudah sampai Jakarta. Bandara masih ngak ramai, antrian taxi juga lenggang, tapi sayang seperti biasa nunggu bagasi paling lama, 30 menit.
Pilihan naik pesawat paling pagi srbenarnya pilihan terpaksa karena hanya tinggal jam ini yang masih ok harga tiketnya. Tapi ternyata pilihan ini tepat. Jam 8.30 sudah sampai Jakarta. Bandara masih ngak ramai, antrian taxi juga lenggang, tapi sayang seperti biasa nunggu bagasi paling lama, 30 menit.
So...jalan-jalan saat lebaran ok juga nih kesimpulannya asal jangan memilih negara atau tempat liburan yang digemari orang Indo. Dari trip saya kali ini, rute ke sentosa yang ngak tepat, yang lainnya ok.
Oleh Kumala Sukasari Budiyanto