Kamis, 07 Desember 2017

The Grey Scandinavia in Winter

Dalam setiap rencana trip, saya sering mengalami hal-hal yang membuat ragu apakah di hari H bisa lancar, namun kali ini paling parah. Sebulan sebelum hari H saya cedera otot sampai sakit banget buat jalan dan malah cenderung ngak bisa jalan. Namun untunglah 5 hari setelah kejadian dokter menyuruh saya tes kecukupan vit D dan hasilnya kurang banget. Inilah sebabnya cedera otot saya susah sembuh. Kalsium yang diminum ngak bekerja baik. Dan syukurlah sejak minum vit D dosis khusus, cedera saya cepat membaik. Ditambah pula saya fisioterapi dan puji Tuhan seminggu sebelum hari H saya sudah merasa normal lagi walau fisioterapi tetap saya tuntaskan terus. Dan syukurlah dari kejadian ini, saya tahu saya kekurangan vit D sehingga perlu lebih banyak sinar matahari...kudu jemur saat pagi hari.
Kembali ke acara jalan-jalannya....trip ini bukan trip yang murah dibanding trip ke negara Eropa lainnya, tapi saya ingin menikmati negara-negara Skandinavia di saat winter dengan suasana langitnya yang kelabu sepanjang hari dan berharap melihat aurora lagi seperti dua tahun lalu saat saya trip ke Whitehorse, Kanada.
Trip kali ini saya lakukan independen dengan membeli paket free & easy dari authentic-scandinavia.com

Hari ke 1 – Terbang ke Stockholm
Kami berangkat di hari minggu malam naik SQ. Jadwal pesawat transit kami awalnya hanya berselang 1 jam dan karena teman saya datang awal banget ke bandara maka petugas menawarkan pindah pesawat yang lebih awal dan dia menyetujui lalu saya yang cepat-cepat berangkat ke bandara.
Saat transit di Singapore tidak banyak yang kami lakukan tapi untung kami pindah ke pesawat yang lebih awal karena waktu 1 jam transit cukup rawan jika ada delay.
Jam 11 malam tibalah saat boarding pesawat SQ kami rute Singapore-Moskow-Stockholm. Awalnya hanya tampak kami bertiga yang berwajah asia. Ngak lama muncul sekitar belasan orang Asia dan lucunya mereka memilih bangku dekat kami...jadilah semua wajah asia berkumpul di satu tempat bagaikan sekelompok kurkaci.
Transit di Moskow, kami hanya lihat-lihat toko di dalam area transit yang penjaga tokonya tampak ganteng dan cantik tapi berwajah kaku banget, terkesan galak.

Hari ke 2 – Keliling Kota Abu-abu Stockholm
Saat mendarat dan keluar ke area publik, kami mulai disuguhi pemandangan banyak wajah-wajah orang ganteng dan cantik plus ramah dan murah senyum. Orang-orang Swedia, buat kami wajahnya sangat enak dilihat, apalagi anak-anak kecilnya...cute banget, cakep seperti boneka.
Kami tiba di hotel pagi jam 10 an dan kebetulan kamar ada yang kosong jadi kami bisa check in.
Setelah rapih-rapih sebentar, kami makan pagi di restaurant kebab siap saji. Hhmm porsi besar dan harga juga lumayan mahal...ya, di Skandinavia harga makanan kira-kira 3-4x harga makanan di Indonesia...tapi kalau jalan-jalan yah sudah nikmati saja.
Lalu kami jalan ke arah halte bis hop hop dan menanti bis sambil dingin-dinginan selama 30 menit-an dan kami foto-foto di lokasi jalan di sekitar halte.
Hari itu kami sempat keliling kota satu putaran rute mobil hop hop tapi kami hanya sempat stop dan jalan keliling di area bagian depan istana yang berlokasi di Gamla Stan (kota tua). Kami tidak sempat masuk area istananya karena sedang renovasi. Namun keliling bagian luarnya sudah membuat kami lumayan puas karena pemandangan klasik area ini menarik.
Di area ini, toilet umumnya juga unik, bentuknya permanen tapi berada di luar. Sekali masuk 5 Krona. He..he...kami yamg punya koin cuma 6 Krona, terpaksa “curang”,  langsung masuk bertiga ke dalam toilet rame-rame dan untungnya dalamnya gede, masuk ber-10 juga muat ha...ha...
Niat kami setelah ke toilet, mau keliling naik boat tapi ngak keburu...mungkin kualat karena tadi masuk toilet bayar 1 untuk bertiga ha...ha... Lalu kami putuskan balik saja naik bis...ehh pas kami jalaan ke halte, bisnya lewat...jadi kami harus menunggu bis berikutnya. Saat menunggu di halte tampak suasana sudah mulai gelap, padahal baru mendekati jam 3. Namun langit yang kelabu di halte diwarnai oleh satu bocah cewe yang cakep banget yang duduk di sebelah kami menunggu bis...matanya biru, cakep banget. Mau minta foto bareng tapi ragu, takut papanya keberatan.
Dalam perjalanan bis baliknya. Bis sempat berhenti 30 menit di pemberhentian no 1 untuk recharge dan juga menunggu jam 4, jam rute terakhir bis hop hop. Kami dengan ditemani angin dan suhu 1 derajat celcius berfoto-foto dengan latar lokasi istana.
Hari ini pengalaman pertama kami, merasakan hidup di kota yang saat musim dingin, langit cerah hanya beberapa jam, hanya sekitar jam 8.30 pagi sampai 3 sore saat kami di sini di akhir November 2017 ini. Sungguh aneh rasanya....tapi menarik dicoba sebagai pengalaman hidup.
Sampai di halte Ice Bar, kami jalan ke hotel dengan suhu dingin yang mulai menyengat. Sesampainya di hotel kami makan malam disini dan meneguk sedikit wine untuk menghangatkan badan.

Hari ke 3 – Ke Kota Peri Bersalju, Kiruna
Kami berangkat ke Arlanda Airport dengan taxi dan pakai argo meter. Taxi yang kami naiki nama di label atasnya Taxi Stockholm tapi di kaca ada tulisan nama lain. Taxi terkutuk ini argonya sadis banget, kami kena 2000 krona (hampir Rp 3.5 juta), 4 kalinya biaya fixed rate dari bandara ke kota dari taxi yang kami naiki saat datang.
Info dari pihak travel, memang hanya gunakan Stockholm Taxi, Taxi Kurir dan Taxi 020, yang lainnya argo kurang bagus dan di kota ini tidak ada peraturan tentang rate jadi mereka bisa menentukan sendiri.
Taxi yang kami naiki memang mobilnya bagus banget sih tapi argonya terkutuk dan pakai label yang menyesatkan mata...ya sudahlah pengalaman.
Sekarang kami mulai dag dig dug dengan suhu di Kiruna yang infonya hari itu -9 derajat celcius, besok malamnya -16 derajat celcius....kuat ngak yah....
Saat mendarat, kami harus turun dengan tangga. Huhhh....angin menerpa wajah serasa dingin banget selama kami jalan ke area gedung kedatangan....gimana besok yah...
Kami dijemput bis Ice Hotel  (JukkasjÀrvi) dan sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan deretan cemara di kanan kiri jalan yang diselimuti salju tebal dan langit yang mendung serasa masuk ke negeri dongeng yang mistis....
Tidak lama setelah kami sampai, langit mulai gelap...hu..hu...suasana gelap hari kedua buat kami tapi kali ini di lokasi yang lain daripada yang lain...suasana di negeri dongeng ha...ha...
Malam ini kami makan di hotel dengan gaya “beruang” kutub...maksudnya mahal he..he... tapi mau tidak mau. Makanan high class disertai wine yang disajikan disini memberi pengalaman berbeda, makan di restaurant yang hangat dan cantik tapi berlokasi ditengah-tengah area terpencil yang penuh cemara dan salju.

Hari ke 4 – Menikmati Kota Peri Bersalju, Kiruna
Aktifitas pagi ini kami mulai dengan makan pagi di restaurant kami makan malam dan sudah termasuk dalam paket menginap kami. Kami keluar dari bungalow disambut oleh gelapnya langit dan suhu yang cukup dingin -14 derajat celcius.
Acara pertama, makan pagi di restaurant yang sama saat makan malam yang terketak 100m an dari bungalow kami. Jarak yang dekat tapi menjadi dramatis karena saat keluar kamar, langit masih gelap dan kami jalan diantara pepohonan cemara yang diselimuti salju tebal.
Setelah makan, kami ikut kelas memahat es yang dilakukan di ruangan IceHotel 365. Awalnya saya pikir akan cukup hangat karena diluar suhi -16C, tapi nyatanya di dalam juga dingin karena acaranya di ruangan es yang ada kamar hotel dengan ruangan es. Lantai bersaljunya yang membuat kami ngak kuat mengikuti kelas sampai akhir.
Memahat es buat kami ngak mudah he...he... kami masing-masing diberikan satu balok es untuk dipahat dan saya cuma punya ide membuat gedung perkantoran, jadi hanya memahat membuat kotak-kotak seperti kaca dan dibuat selang seling ada yang timbul.
Selanjutnya kami akan lanjut tour melihat kamar hotel yang ruangannya dibentuk dari es, termasuk ranjangnya. Sebelum ikut acara ini kami sempat shopping lagi di toko nya Ice Hotel.
Tour keliling ruangan kamar es Ice Hotel dapat dilakukan baik oleh tamu hotel maupun hanya pengunjung. Bagi tamu hotel tour gratis. Tour dilakukan setiap jam 12 dan 2 siang dan kami memilih yang jam 12 siang.
Sebelum diajak keliling kamar es, kami diterangkan sedikit tentang Ice Hotel yang ternyata ada sejak tahun 1990, bahan es nya diambil dari Tome River di dekat lokasi dan langsung dipotong kotak persegi panjang besar lalu disimpan dalam ruangan. Bahan balok es yang digunakan untuk membangun ruangan es saat ini adalah balok yang diambil pada bulan Maret 2017 yang lalu. Saat kami datang di akhir bulan Nov ini belum semua ruangan Ice Hotel jadi dan kami diajak liat kamar es nya yang di Ice Hotel 365 yang dapat dinikmati sepanjang tahun.
Ide membuat kamar es ini muncul pada tahun 1989 saat tim artis yang melakukan ice festival tidak ada kamar dan mereka tidur di area lokasi pameran beralaskan kulit rusa dan sleeping bag. Mereka merasa nyaman dan mulainya sejak saat itu disino menyediakan akomodasi kamar es yang dibangun setahun sekali selama Des-Mar dan tiap tahun berganti karena bangunan akan mencair saat musim berganti...jadi kata nereka mereka membangun hotel hanya meminjam air yang membeku dari sungai dan mengembalikannya saat mencair.
Saat melihat kamar-kamarnya, saya ngak kebayang kalau ambil paket 1 malam di kamar ini dan 1 kamar hangat....rasanya saya tidak akan tidur dan akan kabur dari kamar karena suhu di daerah ini saat itu -18C saat malamnya. Namun melihat kamar-kamar es yang cantik memberi pengalaman sendiri, belum lagi lokasi hotel dan bahkan kota ini yang dikelilingi oleh pohon-pohon cemara yang besar serasa christmas sepanjang tahun. Kamar es favorit saya adalah kamar yang dibagian depannya ada rak buku dan bangku tempat membaca, bagaikan library es.
Setelah acara ini, kami makan. Tapi kali ini makan sandwich saja....ngirit...karena makan malam kemarin sudah high class buanget.
Hari itu langit cerah seperti kemarinnya, hanya terang sampai jam 3 sore. Kamipun masuk kamar setelah sebelumnya puas berfoto-foto dengan pemandangan di sekitar hotel yang cantik dan dramatis.
Kami beristirahat sebentar dan acara yang dinantikan segera tiba. Jam 7 malam kami ikut tour melihat aurora sambil menikmati hidangan ala orang artic. Saat tiba kami diberikan kayu kecil seperti obor dan kami pakai untuk jalan ke arah dalam menuju kemah. Hhmm saya agak stress, gila dah kalau 3 jam disini...dingin banget, api unggun ngak sanggup membuat kami hangat. Tapi untungnya hanya 15 menitan disini, guide bercerita tentang aurora dan kami diberikan minuman hangat khas natal, sejenis wine kadar rendah yang dicampur rempah-rempah dan disajikan dalam keadaan panas. Lalu kami diajak ke rumah panggung kayu dan kami akan makan malam disini. Lega rasanya...ruangan disini ada alat pemanas yang memadai.  Makanan disiapkan oleh guide yang bernama Steven.
Dia sibuk banget masak dengan gaya masak pakai senter di kepalanya karena ruangan kayu sengaja mereka buat redup sehingga terasa alami tapi kami harus makan gelap-gelapan dan untungnya ngak kedinginan. Sebelum hidangan penutup pada jam 22 30 yang katanya jam sering muncul aurora disini, sang aurora cantik muncul. Thanks God, saya untuk kedua kalinya bisa melihat aurora!
Kali ini aurora tampak warna hijau kombinasi pink...cantik banget.
Namun sayang karena kami ikutnya bukan paket photography maka pihak tour tidak menyediakan kamera, jadi saya ngak bisa berfoto dengan berlatar aurora. Pertimbangannya untuk yang photography sepertinya ruangannya hanya tenda jadi saya tidak memilih ini karena takut kedinginan (harusnya nanya yah...). Tapi untungnya rekan satu group di tour ini, Tony & Crystal berhasil mengabadikan aurora yang cantik dan dengan baik hati men-share nya kepada kami semua peserta lain yang saat itu total berjumlah 7 orang.
Kami sampai hotel sekitar jam 12 malam dan terasa semakin dingin serta dari langit terasa salju turun seperti debu tipis turun.

Hari ke 5 – Perjalanan dari Kiruna ke Copenhagen
Pagi ini hu..hu..makin dingin dan serasa saat jalan salju bagaikan embun turun. Suhu pagi itu -21 derajat Celcius....wow banget....rekor buat saya baru kali ini merasakan suhu sedingin ini.
Setelah makan pagi kami diantar ke airport. Pesawat kami sampai terlambat karena salju...sepertinya perlu waktu membersihkan salju di landasan.
Pesawat lanjutan kami oleh SAS airline dipindahkan ke flight berikutnya.
Kami sampai si Copenhagen jam 3 sorean. Tidak akan banyak hal yang dilakukan selain makan.
Di kota ini tidak seperti di Stockholm apalagi Kiruna. Langit yang terang walau mendung, masih tampak sampai jam 5 sore, tidak seperti di Stockholm yang jam setengah empat sudah gelap gulita apalagi di Kiruna yang lebih awal lagi gelapnya.
Sepanjang perjalanan dari airport ke hotel kami disuguhi pemandangan gedung perkantoran berbentuk kotak-kotak semua. Ada satu gedung yang namanya buat kami lucu, “Nykredit”....nyonya kredit?....bukanlah, ny artinya new (baru).

Hari ke 6 – Keliling Copenhagen, kotanya Little Mermaid dan Cruise ke Oslo
Hari ini kami menggunakan City Sightseeing Bus ubtuk keliling kota. Kami memilih berhenti di 2 tempat. Rosenborg Palace tujuan pertama kami dan disini kami melihat atraksi penggantian penjaga istana yang tampak cukup sederhana yang dilakukan tepat jam 12 siang. Seperti halnya acara penggantian penjaga di London, tentaranya menggunakan topi yang tinggi banget. Lalu tentara kerajaan Denmark ini menggunakan tas hitam yang dari jauh mirip kotak radio.
Dari tempat ini kami lanjut perjalanan ke ikon khasnya kota ini, patung Little Mermaid yang terketak di pinggjr dermaga. Patung yang merupakan hadiah dari anak pendiri bir Carsberg ini dibuat untuk mengenang karya Hans Cristian Andersen, putra Denmark yang karya cerita anak tentang putri duyung (mermaid) begitu terkenal.
Setelah itu kami bersiap ke arah dermaga untuk naik DFDS Cruise ke Oslo. Saat naik taxi dari hotel, ada miskomunikasi antara pihak hotel yang memesan dan taxi. Seperti yang terinput oleh hotel tujuannya ke bandara jadilah taxi kami melaju ke arah sana. Dan di tengah perjalanan saya baru sadar salah jalan dan untunglah masih cukup waktu jadi kami keburu naik cruise tepat waktu.
Selama cruise yang kami lakukan makan malam yang sudah kami pesan sebelumnya lalu melihat tax free shop dan saya membeli jaket merah yang murah untuk kualitas dan merk nya dan langsung saya pakai he...he...
Kapal berjalan cukup lembut. Goncangan ada terasa tapi sedikit banget, mungkin karena kami di deck paling atas dan kamarnya paling depan dengan akses ke private deck sehingga kami mudah berfoto-foto di kapal.

Hari 7 – Oslo, Kota Tempat Penghargaan Nobel Perdamaiam
Pagi itu dari kapal tampak pemandangan langit yang pink keunguan cantik sekali tapi angin dan suhu dingon membuat saya ngak sanggup lama-lama main di luar kamar.
Kapal kami merapat jam 9.45 pagi. Dari jauh tampak pemandangan opera house yang unik. Keluar dari kapal kami langsung ikut tour city sight seeing-nya HMK yang sudah kami pesan sebelumnya. Tas koper kami ditaruh di bagian belakang bis.
Selama perjalanan, guide menerangkan setiap tempat yang dilewati. Di area kota kami melihat banyak gedung tua yang antik. Yang menarik perhatian saya adalah gedung kuning yang tidak terlalu besar....ya ini adalah Nobel House gedung kantor dimana penghargaan Nobel diputuskan.
Tanggal 10 Des nanti ada acara penghargaan Nobel yang dimenangkan oleh Ikham dan penghargaan akan dilakukan di City Hall.
Kota Oslo sejak tahun 2000 terkenal sebagai Tigerstaten (Tiger City) karena pada tahun perayaan 1000 tahun peringatan berdirinya kota ini dibuat patung tiger oleh Elenaa Engelsen dan dipajang di depan Oslo Central Station.
Guide juga bercerita dulu Norway negara miskin sampai ditemukannya tambang minyak. Norway pernah dikuasai negara Denmark. Namun pada masa perang dialihkan ke Swedia sebagai hadiah perang. Dan setelah itu negara ini independen dan saat ini negara ini masih memiliki kerajaan tapi secara pengaturan negara diatur oleh parlemen jadi kerajaan hanya lebih ke lambang saja.
Setelah itu perjalanan ke arah timur menuju Holmenkollen, tempat ski yang unik. Kami melewati area perbukitan dengan rumah khas Norway dan pohon cemaranya yang diselimuti salju tipis.
Olahraga ski adalah olahraganya orang Norway. Kata guide kami, olahraga ski yang dulunya olahraga mahal tapi sekarang tidak lagi karena alatnya bisa disewa.
Holmenkollen memiliki fasilitas ski arena terbaik di dunia dengan ketinggian area jumping setinggi 60m.
Biaya hidup di Norway memang mahal dan pajak tinggi. Pajak penghasilan 40% dan VAT makanan 25%. Penduduknya yang sedikit yang hanya 5 jutaan yang mungkin membuat biaya hidup tinggi....tapi nyaman cenderung sepi hidup di negara ini. Oslo yang ibukotanya saja tampak sepi.
Selanjutnya kami diajak ke Vigeland Sculpture Park, taman yang berisi ratusan patung yang mayoritas terbuat dari batu granit yang menggambarkan kehidupan manusia dari lahir sampai meninggal, termasuk ada patung bergaya porno he...he....
Taman yang luas ini karya Gustav Vegeland (1869-1943) dan pembangunannya dibiayai oleh pemerintah...jadi seniman ini berkarya dibiayai pemerintah. Lama pembangunan semua patung ini dilakukan selama 20 tahun. Bagian utamanya adalah Monolith, patung setinggi 14m yang terdiri dari tumpukan patung orang dan lama loh dibangunnya, 14 tahun.
Ada 1 patung favorit di tempat ini, anak kecil yang lagi marah dan patungnya ada di tengah jembatan. Tangan patung Angry Boy ini dicat kuning karena begitu banyak turis yang berfoto dengan memegang tangannya.
Setelah itu, kami diajak mengunjungi 2 museum. Pertama ke Farm Museum yang disebut sebagai Musium Terbaik di Norway. Yang kami lihat di musium adalah replika kapal yang digunakan menyusuri pasific ocean oleh Farm.
Lanjut ke Viking Musium. Disini ada 3 jenis kapal yang di tampilkan. Kapal untuk wanita hebat yang meninggal yang ada ukiran di ujungnya. Lalu kapak untuk pria hebat yang meninggal. Dan terakhir kapal yang dipakai sehari-hari. Disini ada tv besar berbentuk oval dan menampilkan cerita tentang pelayaran orang viking dan beruntung ada tampilan aurora dan saya sempat berfoto di depannya.

Hari ke 7 – Setengah Hari Keliling Oslo dan Balik Terbang ke Stockholm
Kekuatiran kami kemarin kalau hari ini ngak bisa jalan-jalan karena jalanan yang licin tidak terjadi. Pagi ini matahari bersinar terang sehingga hanya sedikit saja jalanan yang menyisakan salju tipis yang sudah menjadi es batu.
Kami berpuas-puas ria berfoto di area di depan Oslo Opera House. Kapal cruise yang kami naiki kemarin juga tampak dari sini.
Opera buka jam 12 siang, jadilah kami bermain-main ke Central Station dan berfoto dengan patung Tiger yang ada di tempat ini sejak tahun 2000, tahun perayaan 1000 tahun ulang tahun Norway.
Bagian dalam stasiun juga cukup santik dihiasi ornament natal, Saat menjelang jam 12 siang, kami kembali ke Opera House lalu kami membeli karcis Tour Keliling Opera House yang dimulai jam 1 siang.
Saat memilih lokasi opera ini, awalnya mereka ragu-ragu karena letaknya yang tidak di pusat kota dan awalnya sempat tampak seperti gedung parkir karena di depannya saat itu ada motorway.
Saat ini opera house ini tampak cantik dengan gaya arsitektur terinspirasi area ski ini berdiri di area seluas 38,500m2.
Kami diajak keliling ruang opera, dimulai dari area tempat menonton opera yang memiliki kapasitas hampir 2000 bangku.
Lalu kami diajak ke bagian fasilitas lainnya yang ternyata banyak sekali, total ruangan ada 1100 ruangan termasuk ruang tidur para artis pengisi acara.
Kami juga diajak ke bagian produksi landscape panggung sampai kostum. Dan katanya kadang sebagian kostum mereka menyewa. Persiapan mereka untuk show cukup lama...3 bulan!
Kemudian kami diajak ke belakang panggung dan tampak alat-alat panggung yang sedang disiapkan untuk show jam 6 sore ini.
Setelah selesai kami balik ke hotel dan berangkat ke airport.
Akhirnya kali ini kami mencoba airport train nya di negara skandinavia ini. Flytoget, express train dari Central Station ke airpot nyaman dan cepat. Beruntung lantai 2 hotel Thorn Opera tempat kami menginap dekat terkoneksi dengan central station, sehingga kami ngak kesulitan. Sebelum naik kereta kita juga bisa check in dan print label tax untuk koper yang akan dimasukkan ke bagasi.
Perjalanan kereta melaju cepat selama hampir 20 menit....ngak kebayang, kalau naik taxi berapa harganya.
Sesampainya di Oslo Airport kami makan dulu. Hanya dalam waktu 1 jam an kami tiba kembali di Stockholm dan kami menginap di hotel Clarion yang berlokasi di Arlanda Airport area skycity.

Hari 8 – Perjalanan balik ke Jakarta via Moskow dan Singapore
Hari ini kami makan paginya pagi banget jam 5.30. Antrian imigrasi panjang banget dan volume penumpang di bandara Stockholm Arlanda lumayan padat dan bandaranya besar...ngak kebayang kalo kaki masih sakit gimana rasanya...
Pesawat kami delay 1 jam dan jam 10 pagi baru terbang tampaknya karena pesawat telat berangkat dari Moskow karena salju turun.
Kami terbang jam 10 pagi dan saat transit di Moskow tampak salju turun. Sebagai kenang-kenangan pernah menginjakkan kaki di Rusia, saya membeli syal dengan motif khas negara ini dan langsung saya pakai.
Perjalanan lanjut ke Singapore selama belasan jam dan di pesawat disuguhi ice cream, yogurt dan potato chip buatan Rusia. Rasanya beda banget tapi enak....saya suka.
Kami tiba di Singapore telat 1 jam dari yang dijadwalkan. Kami rencananya mau ikut free city tour yang jam 9 tapi sudah penuh. Akhirnya kami hanya keliling airport.

Trip kali ini buat saya sesuatu banget karena merasakan hidup di negara yang terangnya cuma beberapa jam saat winter...sendu banget rasanya. Kemudian merasakan langit yang sendu plus salju yang tebal dan suhu yang dingin buanget adalah pengalaman merasakan karya Tuhan yang sangat berbeda. Dan ternyata disana manusia bisa hidup nyaman juga loh...tentunya dengan sarana yang dibuat manusia menggunakan akal budi yang Tuhan berikan.


Oleh Kumala Sukasari Budiyanto



Kamis, 26 Oktober 2017

Mudahnya Apply Visa Kanada via Online

Nikmatnya berwisata itu buat saya dimulai dari prosesnya, bukan hanya proses terbang naik pesawatnya tapi proses hunting tiket pesawat, mencari hotel yang mur-mer dan tentunya proses appy visa. Ada berbagai pengalaman seru dan kadang suatu ketidakpastian yang bikin penasaran!
Saat apply visa Kanada, pertama saya dihadapkan pada 2 pilihan, apply via VFS atau langsung ke kedutaan. Tentu kedutaan donk kalo bisa langsung…supaya tidak perlu bayar biaya service (hanya biaya visa saja), tapi katanya sekarang ngak terima aplikasi langsung. Ya, benar sekarang apply ke kedutaan bisanya via online. Fine, tapi gimana nanti dapetin stiker visanya yah?
Hhmm, daripada bingung-bingung, saya nekat aja langsung mencoba via online dan mengikuti setiap langkah-langkah yang diperintahkan dan Yes, berhasil!

Mau tahu caranya? Berikut langkah-langkahnya.
Mulailah dengan mengunjungi link ini:
Lalu klik “Apply Online for Visitor Visa”, kemudian klik “Determinde your eligibility to apply online” dimana kita diminta menjawab beberapa pertanyaan lalu kita akan diarahkan ke web untuk pendaftaran online dan membuat MyCIC account (pilih yang melalui GC Key) dan buatlah user ID dan password.
Dokumen apa saja yang harus kita upload juga otomatis muncul. Proses mengisinya bisa dilakukan bertahap dan tidak harus dalam satu hari selesai. Pengalaman saya dokumen yang perlu di-upload adalah sbb:
  • Form 5257 yang merupakan form aplikasi berupa PDF yang bisa diketik dan untuk ttd nya nanti saat di submit ada perintah ttd secara online.
  • Form 5707 yang merupakan form data familie yang juga berupa PDF yang bisa diketik dan untuk ttd nya nanti saat di submit ada perintah ttd secara online
  • Scan paspor
  • Dokumen histori perjalanan saya upload scan paspor bagian yang ada visa dan stempel imigrasi
  • Dokumen perjalanan, saya upload tiket, reservasi hotel.
  • Data keuangan, saya upload referensi bank dan data tabungan 3 bulan.
  • Data pekerjaaan, saya upload surat dari kantor.
  • Dokumen lainnya yang sifatnya optional saya upload asuransi perjalanan.
Family member juga bisa di submit berbarengan, saya juga submit visa untuk adik saya dan data dia yang diminta minim, hanya form 5257, form 5707, copy paspor tapi saya tambahkan juga dokumen optionalnya berupa data pekerjaaan dia.
Setelah semua isian lengkap, barulah dalam tampilan layar akan muncul kata “next” di kanan bawah. Pastikan bagian di kelompok optional dokumen yang ngak mau disubmit di cancel, kalau tidak ikon kata “next” ngak muncul. Klik “next” dan lanjutkan ke proses pembayaran visa seharga CAD 100 dengan kartu kredit visa atau master.
Setelah pembayaran selesai artinya selesailah proses aplikasinya.

Lalu, bagaimana jawaban approved tidaknya dan bagaimana lebel visa kita peroleh?
Tunggu beberapa hari, pengalaman saya sebelum 2 hari ada email masuk ke email pribadi saya yang terdaftar di CIC Account bahwa ada message di MyCIC account saya dan setelah dibaca, tulisannya diminta antar paspor. Kemana?
Bisa dilihat di www.cic.gc.ca/submit
Dimana pilihannya bisa datang langsung ke kedutaan di Jakarta, mengirim paspor via pos ke kedutaan Jakarta atau ke VFS di Jakarta atau Surabaya (jika via VFS ada biaya untuk untuk hal ini sekitar Rp 220 ribu). Karena saya di Jakarta maka saya pilih langsung datang ke kedutaan. (Info dari teman harus ke vfs - info per Okt 2017)
Proses serahkan paspornya mudah hanya bawa print email dan paspor serta yang penting tidak ada biaya apa-apa lagi. Saat menyerahkan saya hanya butuh waktu nunggu plus waktu menyerahkan ngak sampai 10 menit. Saya diberikan kartu pink untuk dibawa saat ambil paspor dan diminta ambilnya Senin, jadi H+2 dari penyerahan (saya menyerahkan di hari Kamis). Waktu untuk serahkan dan ambil paspor di kedutaan hari Senin-Jumat jam 8.30-10.30 pagi.

Saat H+1 dari serahkan paspor saya iseng lihat MyCIC account saya dan status visa sudah tertulis Approved, jadi saat H+2 saya datang ke kedutaan sudah yakin deh di paspor saya telah melekat visa Kanada!

Pagi hari di H+2 saya ke kedutaan untuk ambil paspor dan ngak sampai 5 menit sejak saya masuk ruangan, paspor dengan visa Kanada saya sudah saya dapatkan, dengan status multiple dengan masa berlaku sd tgl paspor berakhir.
Jadi dihitung-hitung, waktu yang saya butuhkan untuk dapat visa Kanada adalah 5 hari kerja setelah upload data lengkap dengan biaya CAD 100.

Note: bagi yang kurang nyaman cara online bisa apply via VFS di Jakarta atau Surabaya dan tentunya dengan ada biaya service. Untuk biaya visa bisa dibayar online atau dengan bank draft. Isi dokumen kalau bingung juga ada fasilitas untuk diisikan dan tentunya ada tambahan biaya. Bisa lihat web ini untuk jelasnya http://www.vfsglobal.ca/Canada/Indonesia/

Oleh, Kumala Sukasari Budiyanto.

Sabtu, 30 September 2017

Melepas Kangen dengan Kota Melbourne

Tiga belas tahun telah berlalu sejak pertama kalinya saya menginjakkan kaki di kota ini. Kota yang tenang dan banyak bangunan klasik sangat memana hati saya sehingga saya berkeinginan balik lagi ke kota ini. Apalagi, dulu walau 2 minggu disana, saya hanya keliling kota dan ikut day tour ke Philip Island dengan bermodalkan uang saku dari kantor.
Kali ini, saya pergi dengan “modal sendiri” yang asalnya dari kantor juga alias uang gaji saya. Saya pergi di long weekend, jadi modal 1.5 hari cuti dan dapat 4 hari 2 malam trip.
Terlalu singkat? Ngak juga ....tapi ada pengorbanan tidak tidur pulas karena 2 malamnya harus tidur dengan posisi duduk di pesawat. Tapi buat saya ok aja, demi melihat Great Ocean dan kota Ballarat yang tiga belas tahun lalu ngak sempat saya kunjungi.


Hari ke 1

Siang hari saya berangkat ke airport dan jalanan di Jakarta lancar karena hari itu hari libur. Pesawat SQ yang kami naiki boarding on time tapi take off nya terlambat. Hhmmm macet di area take off ngak efek dengan hari libur, beda dengan jalan raya he...he...
Karena take off terlambat, maka jarak waktu ke penerbangan selanjutnya jadi mepet. Saya jadi belum sempat menukarkan free voucher changi dan langsung ke area boarding pesawat SQ menuju Melbourne.


Hari ke 2

Pagi jam 7 an saya mendarat di Melboune Airport. Pemeriksaan imigrasi tampak lebih tidak terlalu ketat dibanding beberapa kota lain di Australia yang saya kunjungi.
Kemudian kami ke visitor center di bandara untuk membeli Myki Card, kartu transportasi-nya Melbourne.
Untuk menuju kota jaraknya lumayan jauh dan jika naik taxi akan cukup mahal, jadi kami naik Skybus yang tiketnya sudah saya beli online (jika beli di lokasi juga bisa, harganya sama A$19 per orang sekali jalan). Ada 3 rute bis dan saya yang menginap di tengah kota memilih rute city dimana bus akan berhenti di Southern Cross Bus Station. Kemudian kita naik Skybus Hotel Transfer gratis ke beberapa hotel dan hotel saya menginap Grand Mercure Swanston termasuk yang bekerjasama dengan Skybus.
Setelah sampai di hotel, saya titip koper lalu langsung jalan ke arah Flinders Station. Kami sempat makan pastel di kios dekat Flinders sebelum naik kereta dari Flinders ke Southern Cross lalu berganti naik kereta 1.5 jam an menuju Ballarat.

Sovereign Hill, Ballarat
Selama perjalanan tampak pemandangan padang rumput yang lumayan menyegarkan tapi karena tadi malamnya tidur ngak puas karena tidur di pesawat, saya sesekali tertidur...untung ngak tertidur beneran he...he...
Sesampainya di stasiun Ballarat, pemandangan klasik mulai terasa. Bangunan stasiun dipertahankan seperti pada masa abad yang lalu di saat kota ini berjaya sebagai kota tambang emas.
Dari stasiun, kami hendak naik bis khusus Sovereign Hill tapi tidak ada tanda-tanda kapan akan datang, jadinya kami naik bus no 21 yang haltenya di depan stasiun. Sekitar 15 menitan naik bus, kami tiba di Sovereign Hill, yang merupakan musium hidup yang menggambarkan kehidupan pada tahun 1851 saat tempat ini menjadi pusat penambangan emas.
Souvereign Hill ini dibuka sebagai musium pada tahun 1970. Tiket masuk agak mahal tapi ok lah buat menutupi rasa penasaran. Disini asyiknya kita bisa melihat orang-orang yang memakai baju tradisional pada masa itu, bangunan-bangunan klasik pada masa itu juga tetap dipertahankan termasuk kantor pos.
Disini juga ada beberapa restaurant, kami makan di New York Cafe, enak juga makanannya dan ngak mahal. Di tempat ini juga ada photo studio, tapi sayang harus booking sehari sebelumnya karena full. Tour masuk ke gua tambang juga ada tapi saya ngak ikut karena sudah pernah merasakan masuk tambang underground batubara dan rasanya gimana gitu....
Kami juga sempat melihat parade pasukan tentara berbaju merah, ngak semewah parade tentaranya ratu Inggris tapi cukup menghibur untuk mengenang masa lalu.
Kuda-kuda dan keretanya juga ada disini, menambah kental suasana dimasa lalu. Kudanya lucu loh, bulu kakinya gompyok banget...sepertinya sih asli tapi ragu saya karena baru liat kudu berbulu kaki gompyok banget seperti pakai celana cutbrai.
Diseberang lokasi kota tambang ada Gold Musium yang menggambarkan kondisi saat itu dan contoh-contoh emas. Di tempat ini juga ada toko yang menjual sovenir dan perhiasan berlapis emas. Ada liontin yang unik yang berisi bunga emas...emas yang masih belum dipadatkan.
Setelah itu kami menunggu bis no 21 di halte dan jadwalnya masih 30 menit lagi. Saat menunggu, supir modil antar jemput Sovereign Hill yang baik hati menghampiri kami dan mengajak kami ikut mobil shuttle. Untuk ikut shuttle ini, karena dengan jan kereta jarak waktunya ngak terlalu lama.

Melbourne Shopping
Sesampainya di kota, kami jalan-jalan di sekitar hotel kami yang letaknya ditengah pertokoan, ada Myer, Zara dan David Jones di Bourke Street Mall. Tapi keliling-keliling, ngak nemu yang mau dibeli. Kami akhirnya makan di jalan di belakang hotel yang merupakan jalan menuju area China Town nya Melbourne.


Hari ke 3

Hari ini seharian kami ikut Great Ocean Tour. Kami dijemput bis AAT King tour di hotel jam 7.30 lalu menuju Flinders Square untuk berganti bis yang akan mengantar kami seharian jalan-jalan.
Dari melbourne menuju ujung jalan Great Ocean lumayan jauh sekitar 1.5 jam perjalanan.
Setelah melintas 40 km dari ujung start Great Ocean Road, kami berhenti di Memorial Arch untuk mengenang para pembuat jalan sepanjang 243 km di pinggir samudra Australia ini. Jalanan ini dibuat oleh 3000 an orang pekerja dan pembangunannya cukup lama dari tahun 1919 sampai 1932. Lalu pada tahun 1962 ditetapkan sebagai salah satu ikom pariwisata.
Di tempat ini baru ada plank Great Ocean Road seakan disini baru dimulainya jalan yang bernama Great Ocean Road padahal ini sudah jalan ke 40 km.
Kemudian perjalanan berlanjut ke Apollo Bay untuk makan siang. Disini banyak tempat makan, katanya yang khas Pie Isi Scalop dan ice cream, tapi saya yang perlu dosis makanan kenyang dan adik saya yang mulai mual karena jalanan berkelok-kelok, memilih makan fish&chip dan minum hot english breakfast tea.
Setelah sejaman disini, kami berkumpul lagi di bis, tapi ada sepasang suami istri asal Perancis yang entah kemana. Guide menelpon kantornya dan meminta orang kantormya mencoba menghubungi kedua orang ini. Ternyata katanya mereka bias dengan logat bahasa inggris guide nya, mereka salah dengar jam ngumpulnya. Hhmm, apa iyayah...bisa juga sih. Brarti lebih efektif gayanya guide di Otaru yang ngak bisa bahasa Inggris dan memakai papan tulis untuk menginformasikan jam kumpul.
Perjalanan berlanjut setelah terlambat 30 menit menunggu kedua orang itu. Kali ini pemandangan perjalanan didominasi oleh dereran pepohonan. Kemudian barulah memasuki area ocean lagi yang memiliki pemandangan bebatuan yang unik dan merupakan area Port Campbell Nationaal Park.
Lokasi pertama adalah Twelve Apostles. Tidak jelas kenapa disebut ada twelve (dua belas), mungkin dahulu ada 12 batu yang unik disini. Tapi terakhir cuma ada 9 dan hari ini cuma ada 7, sepertinya ada yang terhempas terkena ombak dan angin. Angin disini lumayan kencang, rambut sayapun terasa diajak terbang meninggalkan kulit kepala...untung ngak copot...he..he... di lokasi ini kami Cuma diberi waktu 45 menit, padahal memandangi Twelve Apostle sangat asyik. Hhmmm, mungkin orang tour nya takut kita masuk angin kali yah jadi dikasih waktu dikit he...he...( bukan sih, ini karena jadwal pamer alias padat merayap).
Kemudian kami lanjutkan perjalanan ke Loch Ard Gorge yang letaknya dapat ditempuh 3 menitan dari Twelve Apostle, tempat yang memiliki 3 batuan besar yang hampir berhimpitan seperti 2 daun pintu ke arah ocean.
Tempat ini dinamakan Loch Ard Gorge untuk mengenang kapal jenis Loch Ard yang bernama Gorge yang karam di Muttonbird Island yang tidak jauh dari tempat ini pada 1 Juni 1878 setelah 3 bulan berlayar dari Inggris. Dari 54 penumpang hanya 2 pasangam muda Tom Pearce dan Eva Carmichael yang selamat.
Menikmati tempat ini bisa dari atas atau turun sampai ke bawah dengan menuruni anak tangga lalu jalan sedikit diatas pasir menuju tepi pantainya.
Terakhir sekitar 1 menitan berkendara, adalah London Bridge atau disebut juga London Arch adalah batuan unik yang berbentuk seperti jembatan. Dahulu kedua batuan ini, batu yang didekat daratan dan batu yang ada lubangnya ini menempel tapi tingginya ngak sama seperti anak tangga, tapi pada 15 Januari 1990 terhempas sehingga keduanya tidak menyatu lagi.
Alam memang bisa berubah apalagi disini yang ombak dan anginnya kencang, batu yang keras dan besar pun sanggup diubahkan.
Hhmm...itulah mengapa saya pingin banget kesini. Ini aja Twelve Apostle nya udah tinggal 7.
Btw untuk wc dan fasilitas makanan dari 3 lokasi ino hanya ada di Twelve Apostle.
Setelah puas dan badan terasa sudah menyerap angin great ocean, bis kami melaju balik ke kota Melbourne melalui jalan yang lain yang dapat ditempuh dengan waktu yang lebih singkat. Kami sampai di kota jam 8.30 an. Kami tidak diturunkan persis di depan hotel karena malam jumat ramai banget di jalanan sekitar pertokoan di Swanson dan Bourke Street. Kami jalan sedikit dan kemudian makan di hotel, lumayan banget dapet diskon 50% pakai kartu member Accor.


Hari ke 4

Hari ini kami bangun agak siang. Acara pertama ke Hosier Line, gang kecil yang penuh coretan kaligrafi, yang teretak kurang lebih dibelakang St Paul Cathedral.
Coretan-coretan gaya bebas ini jika dilihat mata tampak seperti coret-coretan yang ngak rapih tapi kalau di foto cakep loh...
Setelah itu kami ke Hillsong Church, minggu itu gereja pindah ke Comedy Theater di Exhibition Street jadi kami jalan lumayan. Hari itu inti khotbah ngak banyak karena mereka sedang promosi mengajak jemaatnya mengenbangkan Hillsong TV. Intinya hanya “growth and spread”...bertumbuh dan berbuah. Gereja setelah berkembang harus menyebar dan cara mereka mau menyebar dengan media TV. Senang juga, mendengar Hillsong TV sudah masuk di puluhan penjara di amerika belum lagi di ribuan rumah-rumah yang bisa mengakses nya.
Dari gereja kami makan sebelum menuju Fitzroy Garden, taman yang luas dan cantik yang sudah ada dari abad ke 18. Sayapun bernostalgia di beberapa tempat di taman ini dimana 13 an tahun lalu saya pernah berada di tempat yang sama. Bangku di belakang observatory dengan latar pohon-pohon tinggi adalah spot kenangan saya.
Hari itu kami sempat ke Cooks’ Cottage yang 13 tahun lalu entah kenapa bisa lolos ngak saya kunjungi saat berkunjung ke Fitzroy Garden. Cooks’ Cottage adalah rumah masa kecil Captain James Cook yang berjasa bagi kerajaan Inggris dalam menemukan daerah koloni barunya di selatan yaitu New Zealand dan Australia. Rumah ini pada tahun 1934 dibawa ke Melboune oleh Sir Russel Grimwade sebagai hadiah yang sangat berharga dan rumah ini menjadi rumah tertua yang ada di Australia. Di tempat ini keinginan berfoto dengan baju tradisional saat di Ballarat terobati, disini malah lebih murah. Dengan membayar tiket masuk a$ 6.5 sudah termasuk boleh pinjam kostum untuk berfoto.
Di bagian belakang rumah juga ada diputar video dokumentary tentang Captain Cook tapi saya ngak bisa nonton full dan akhirnya saya beli dvd film nya. Setelah nonton di rumah, saya mendapat beberapa kesan. Pertama, anak dari bukan keluarga kaya tetap punya kesempatan menjadi besar seperti Captain Cook yang hanya anak petani bisa jadu Captain yang bukan sekedar Captain tapi berjasa bagi negaranya untuk mendapatkan daerah koloni. Captain Cook dan tim lah yang membuat peta New Zealand dan Australia. Mereka juga melukis setiap apa yang mereka lihat dan dilaporkan ke raja George III yang saat itu berkuasa (kalau sekarang enak yah, foto terus di wa atau email deh he...he..).
Kedua, saya sedih melihat Captain Cook harus tewas di Tahiti. Di film digambarkan suku asal New Zealand lebih ramah tapi suku asal Australia lebih agresif. Di Australia, kapal mereka bersandar beberapa kali di Tahiti dan ada satu saat suku asal mencuri bayi kambing. Captain Cook marah karena mereka tidak mau ngaku da  membakar rumah serta kano mereka. Inilah bibit kekesalan suku asal tempat ini sehingga kedatangan berikutnya Captain Cook ngak disambut lagi. Ya, berat memang untuk menerapkan ketertiban, kebablas sedikit saja malah sang penegak ketertiban terlihat kejam. Pahitnya kapal mereka perlu diperbaiki jadi mereka berjuang bertahan di wilayah itu, tapi sayang sang kapten ikut tewas karena kalau dilihat di film sang kapten melindungi anak buahnya, dia yang berada di depan.
Ketiga, Great Barrier Reef yang cantik pernah membuat kapal Captain Cook rusak, karangnya menembus dinding kapal. Hhmm..yang cantik ngak salah salah bisa membahayakan ha..ha...
Balik ke laptop...eeehhh Fitzroy Garden....bunga-bunga di tempat ini banyak yaang cantik dan udara segarnya sangat terasa.
Kami juga sempat ke cafe di lokasi visitor center, enak juga makan kue dan teh, sambil berteduh dari hujan gerimis. Tapi yang namanya Melbourne, dari dulu sampai sekarang cuaca cepat berubah, ngak ada 15 menit berubah, matahari bersinar lagi.

Melbourne Shopping
Dari Fitzrroy kami balik ke arah hotel dan penasaran mencari jaket bulu angsa diskonan. Di Myer ada tuh diskon 50% tapi harganya ngak salah ketik kali yah...a$ 1500. Mahal banget, akhirnya kami nemu 1 jaket light down panjang di Uniglo yang ngak ada di Jakarta, harganya a$ 150 an dan ini masih wajar untuk harga jaket bulu angsa panjang tapi kalah murah dengan yang saya beli di Jerman yang cuma ekuivalen setengah harganya karena waktu itu diskon 50%.
Selama di Melbourne, saya melihat jumlah gelandangan di pinggiran toko lebih banyak dari 13 tahun lalu. Mereka ini tidaj kumuh-kumuh amat tampilannya tapi ngak punya rumah dan kebanyakan mereka ditemani doggy dan doggy nya lumayan gemuk...kalau baca berita tempat makan ada disediakan dinas sosial tapi tempat penampungam kurang. Sayang yah, harus ada pemandangan ini, kalau di Sydney, Perth, Adelaide, Brisbane dan Gold Coast yang saya kunjungi 1-3 tahun terakhir ini, ngak ada pemandangan ini.

Kami kembali ke hotel, ambil koper dan tukar baju lalu menunggu jembutan Skybuss Hotel Transfer yang sudah kami pesan tadi pagi melalui reseptionis hotel. Ada 8 orang ternyata dari hotel ini yang mau naik Skybus. Hotel Mercure Swanson yang strategis ini memang ramai dan kru Garuda Airways menginapnya juga disini.
Sesampainya di Southern Cross saya beli tiket dari mesin lalu naik ke bus yang saat itu lumayan ramai.
Tiba di bandara, angin bertiup kencang mengakhiri perjalanan kami di Melbourne.

Oleh Kumala Sukasari Budiyanto