Perkembangan berita menjelang akhir tahun, demo semakin tidak ramai, saya memprediksi bisa tetap ke Paris. Benar, saat disana suasana aman dan turis berlimpah.
Ketakutan banyak copet seperti yang diingatkan oleh teman-teman, tidak terjadi pada kami karena kami semaksimal mungkin hati-hati saja menjaga barang.
Selain Paris, kota tempat kami transit yaitu Amsterdam menjadi tempat tujuan wisata kami. Kami ke pinggiran kotanya yang belum sempat kami kunjungi saat beberapa tahun lalu kami ke Amsterdam.
Kurang seru rasanya jika tidak menambah satu negara lagi dalam trip kali ini. Kami pilih Italia, kota pilihannya adalah Florence yang kaya akan karya masa Renaissance, Fiesole yang memiliki Archeologinal Site dan tak boleh ketinggalan Venice, kota cantik penuh dengan kanal.
Hari ke 1
Hari Sabtu 29 Des 2018 malam, kami berangkat ke Amsterdam naik pesawat Garuda. Bagasi kami tidak fly through ke Paris walau tiket kami Jakarta-Amsterdam-Paris dengan waktu transit seharian. Jadi tidak perlu bawa tas lagi untuk baju yang akan dipakai saat transit.
Hari ke 2 - Amsterdam
Pesawat kami terbang selama 14 jam dan mendarat jam 7 pagi di Amsterdam. Hari ini kami ikut tour setengah hari yang dimulai jam 12 dari Central Station.
Setelah kami menitipkan koper di hotel Sheraton Schiphol Airport, kami membeli tiket karcis kereta di kios mesin. Sesampainya di stasiun, kami mau ke wc tapi kami ngak punya uang koin. Mesin penukar uang koin juga tidak ada. Jadinya kami belanja makanan minuman dahulu di Starbuck.
Selanjutnya kami ke counter tour yang terletak di ujung utara stasiun.
Kami mengikuti half day tour ke Zaanse Schan Windmill, Marken & Volendam yang kami beli online dari www.amsterdamcitytours.com
Dari stasiun kereta hanya memerlukan 20 menit berkendara ke Zaanse Schan Windmill.
Penggunaan tenaga angin untuk melakukan pekerjaan memang terkenal di Belanda. Zaanse Schan adalah potret desa yang industri yang menggunakan windmill (kincir angin). Saat ini hanya ada beberapa kincir angin saja dan lebih berfungsi seperti musium tapi dahulu ada ratusan kincir angin yang digunakan oleh berbagai jenis industri seperti oil dan kertas.
Di area ini ada sepatu khas belanda yang disebut wooden clog uluran raksaksa, kita bisa berfoto disana.
Setelah itu kami diajak ke Marken, disini ada pabrik wooden clog. Kita diberikan atraksi cara membuat sepatu ini dan ternyata supaya kayu nya benar-benar kering sepatu harus dijemur dahulu dalam waktu yang cukup lama. Disini ada patung sapi lucu pakai clog.
Tidak jauh dari pabrik clog ada dermaga cruise yang membawa kita menyeberangi danau dari Marken ke Volendam. Pada masa lalu ke Marken hanya bisa dicapai dengan naik kapal.
Setelah itu kami direferensikan makan di restaurant seafood di pinggir danau dan rasanya enak.
Toko kue disebelah restaurant juga kami kunjungi dan di demokan cara membuat waffle.
Selesai acara sudah sore dan langit sudah gelap. Untuk balik ke bus, kami yang jumlahnya puluhan orang di giring jalan sekitar 10 menit, jalanannya agak gelap euuyyy...
Sesampainya di stasiun, saya membeli kue dan pisang untuk di makan besok pagi-pagi di hotel airport sebelum besok pagi kami ke Paris.
Hari ke 3 - Paris
Hari ini adalah hari terakhir di tahun 2018. Kami berangkat dari Amsterdam ke Paris naik KLM. Penerbangan hanya sekitar 1.5 jam dan sesampainya di bandara kami langsung naik taxi ke Mercure yang terletak di dekat Eiffel. Perjalanan dari airport ke tengah kota agak jauh sekitar 45 menit. Ada beberapa pilihan transportasi yaitu taxi, bis dan kereta. Kami yang takut dicopet di kendaraan umum memilih naik taxi, tarif nya flat Euro 55 baik ke atau dari airport. Antrian taxi ada jalur khusus dekat gate 11 kalau kita mendarat di terminal 2.
Kami tiba di hotel masih cukup pagi, belum waktunya check in. Jadi kami titip koper lalu jalan ke arah belakang Eiffel dimana halte bus hop on hop off Open Tour berada, sambil berfoto dulu di depan hotel dengan pemandangan Eiffel.
Kami keliling naik hop hop rute biru dan juga merah ke arah Montmarte. Kami tidak turun dari bis karena waktu terbatas. Area Montmarte area yang dipenuhi theater dan bangunan tuanya yang masih terjaga dengan baik.
Pemberhentian pertama kami adalah Louvre Museum.
Beruntung kami sudah membelinya online ticket jauh-jauh hari dengan pilihan slot waktu jam 2 siang, kalau tidak antriannya masuk di pintu piramida ini panjang banget.
Selesai dari sini kami mengikuti rute selanjutnya dari bus hop hop lalu balik ke hotel, melewati Trocadelo yang seharusnya baus juga untuk berfoto berlatar Eiffel disini tapi katena waktu beroperasi bis hari itu lebih cepat berakhir jadi kami memilih langsung balik ke hotel. Selanjutnya kami makan malam di kamar sambil menunggu malam tahun baru.
Pusat kemeriahan tahun baru di Paris ada di Arch de Triomphe, tapi karena disitu pusat demo berminggu-minggu selama hari Sabtu belakangan ini, saya ngak berani menginap di area ini.
Tahun baru di menara Eiffel tidak ada kembang api, hanya lampunya yang berkelip-kelip dan pemadangam kembang api ada tampak dari kamar di area lainnya tidak jauh dari eiffel. Klik link dibawah ini.
https://www.instagram.com/p/BsEgtUagGVb/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=7wj3w2aqk75d
Hari ke 4 – Paris
Hari ini hari pertama di tahun 2019, kami buka lembaran pertama kehidupan kami di tahun ini dengan keliling kota Paris menyusuti sungai Seine-nya dan naik hop hop bus terutama mengelilingi Latin Quarter. Dan tak lupa sebelumnya kami foto dulu dengan latar Eiffel lagi di depan hotel dan di kaki Eiffel sebelum jalan menyeberang ke arah dermaga yang terletak diseberang Eiffel.
Kami ikut cruise trip pertama, peserta tidak banyak. Dengan modal Euro 10 per orang, kami bisa bergaya ala naik kapal pribadi he...he...
Selama cruise komentar dari microfon menyala jadi kami bisa menikmati pemandangan dan juga tahu itu tempat apa. Paling untik adalah gereja Notredam yang terletak seperti di pulau kecil.
Sepanjang cruise kami juga melewati beberapa jembatan yang cantik penuh ukiran.
Selanjutnya kami naik bus hop hop dan mengitari area Latin Quarter yang menurut saya area paling keren di Paris. Bangunan tuanya tampak lebih megah di tengah suasana lingkungan yang tampak elite. Wilayah ini dibangun sejak abad ke 4 dan 5 masehi.
Berikutnya kami berhenti di Notredam Cathedral yang merupakan ikon arsitekturnya bangunan Paris di masa Ghotic. Kami tidak sempat masuk dalam karena antrian cukup panjang. Gereja yang masih berfungsi sebagai tempat ibadah ini dibangun selama 100 tahun ini (tahun 1160-1260) telah direnovasi berkali-kali dan saat ini masih tampak sangat terawat.
Di Notredam, saya mengalami keajaiban. Kaki saya sebulan sebelum berangkat, kecengklak di loby kantor sehingga saat pergi masih ada rasa ganjel dikit kalau jalan. Nah di depan Notredam, kaki saya yang sama kecengklak lagi dan badan seperti diayun. Brasa sakit sebentar tapi kaki saya yang ganjel ngak sakit lagi, sehingga saya bisa jalan jauh hari-hari berikutnya....kerjaan Tuhan nih supaya kaki saya nyaman total dan bisa jalan kaki sepuas-puasnya seperti trip-trip sebelumnya.
Hari ke 5 – Versailles
Hari ini kami ke Versailles menggunakan jasa France Tourisme yang hanya berfungsi sebagai “tukang antar jemput” dan membelikan karcis.
Dari awal penjembutan (kami menambah fasilitas drop on drop off), saya udah dibuat bingung. Diinfokannya menunggu di depan hotel tapi ini supirmya ngak keluar dari mobil....dingin sih dingin...tapi biasanya selama saya ikut tour di seantero jagat, supirnya turun dan menghampiri ke depan hotel. Ini mobil jembutan kelihatannya subcontract dengan seperti jaringan online (kalau pulangnya baru mereka drop kami ke hotel pakai van yang ada tulisan France Tourism).
Setibanya kami di kantor France Tourisme kami konfirmasi lalu diminta menunggu.
Kami ke toilet lalu saat balik banyak orang udah antri masuk ke dalam bis yang ada di depan. Saya tanya ke petugas di counter, dia bilang ngak tahu, tunggu aja ntar guide nya akan panggil..trus dia bilang ke temannya, sepertinya nyebut nama guide nya. Ahh...udah waktunya masa iya yah...kepo ahh nanya ke supirnya. Benar katanya ini yang ke Versailles.
Guide-nya belum ada di bis pula. Ya udah saya cuek aja duduk dan ngak lama kemudian guide nya baru naik dan meng-absen.....sepertinya dia telat datang nih.
Perjalanan ke Versailes hanya 30 menitan dan kami sempat foto Arch de Tromphe yang saat itu masih berkilau ditengah langit yang gelap.
Sesampainya di Versailles kami harus antri untuk masuk. Setelah sekitar 30 menitan antri kami mulai memasuki area Chateu (istana) Versailles yang gede banget, lebih besar dari istana terlarang di Beijing. Di dalamnya banyak lukisan dan furniture keren. Dari sisi mewah sih istananya Ratu Elisabeth ngak kalah tapi ini besarnya yang luar biasa.
Istana yang dibangun oleh Raja Louis XIV di area tempat beliau berburu ini memiliki Hall of Mirrors yang terkenal, artistik dan keren. Ruangan dengan ukuran lebar 10.2m, panjang 70m dan tinggi 12.5m ini memiliki total 357 kaca.
Versailles Garden di depan istana juga sangat cantik. Walau bunga belum tumbuh, karena kami pergi saat winter tapi dengan hijaunya pohon sudah keren.
Istana yang terus direkonstruksi sampai dimasa raja Louis XVI ini juga memiliki danau yang fotogenik.
Lumayan jauh kami jalan dari istana ke danau. Pegel juga dan sempat mampir makan snack dekat taman.
Dari sini kami lihat ada halte petit train yang tiketnya sudah kami beli dimuka. Tapi kata supirnya ini balik istana bukan ke Trianon dan kami harus jalan kaki....wah wah 3 km ada deh nih kami jalan dari awal pintu masuk sampai di Tianon.
Grand Trinon adalah banguna yang biasa dipakai oleh Marie Antoniette, permaisuri Raja Louis XVI yang katanya hobby bermewah-mewah dan berpesta dikala rakyat susah. Tapi isue ini agak bertolak belakang dengan kesukaanya diam di Petit Trianon yang tampak sederhana dan asri. Yah, mungkin saja pesta-pesta itu hanya meneruskan kebiasaan di kejayaan masa lampau dan tidak cepat diubah saat krisis melanda sehingga rakyat kecewa.
Dari Petit Trianon barulah kami naik petit train ke istana.
Mengisi waktu sampai jam 5.45 sebelum kami balik ke Paris kami makan dan foto-foto di depan Versailles sampai hari agak gelap. Kamipun sempat membeli souvenir eiffel yang berlampu kerlap kerlip pakai baterai ukuran lumayan besar seharga euro 10 dari pedagang asongan berkulit hitam. Tampilan mereka seram tapi ternyata baik kok....
Hari ke 6 - Florence Italia
Pagi jam 7 kami berangkat dari hotel. Agak ngepas sebenarnya karena pesawat jam 9.30. Tapi karena breakfast di hotel baru buka jam 7.30, agak sayang kalau kami hanguskan jatah makan paginya, jadi kami makan dulu sebelum me airport.
Kami naik Air France menuju Florence (atau disebut juga Firenze dan dalam bahasa Indonesia disebut Florencia) yang termasuk wilayah Tuscany, Italia. Pemandangan selama penerbangan sangat menarik, pertama awan yang seperti tumpukan salju, kedua pemandangan perbukitan hijau yang beberapa bagian tampak putih seperti salju.
Sesampainya di kota tua Florence dimana kami menginap, saya dibuat takjub dengan bangunan kuno khas Renaissance yang hampir semua disulap menjadi pertokoan, benar-benar surga belanja, tapi tidak termasuk Cathedral Duomo yang dibangun di abad 14 ini antrinya panjang banget. Kami jadi memutuskan menikmati indahnya bangunan khas masa renaissance dari bagian luarnya saja.
Es krim besar seharga Euro 6.5 mantap rasanya. Selanjutnya kami melampiaskan hasrat belanja. Saya membeli satu tas kulit warna merah, harga masih wajar Euro 89. Lalu kami mencoba makan pizza italia.
Hari ke 7- Venesia Italia
Pagi jam 8.30 kami naik kereta dari stasiun Maria Novella yang hanya berjarak 200 meteran dari hotel Mercure dimana kami menginap.
Kami hampir salah naik gerbong. Gerbong kami 1st class gerbong 2. Mata saya langsung lihatnya angka 2 besar disamping pintu jadi cepat-cepat jalan kearah lebih ujung. Salah! itu nomor kelasnya sedangkan nomor gerbong ada di label dibawah, agak kecil dan tidak eye-catching.
Perjalanan kereta dari Florensia ke Venice selama 2 jam dan kami melewati 2 pemberhentian. Di kereta kami disedikan kopi atau teh, biskuit dan air mineral kecil yang seperti botol-botol minuman lainnya di Italia yang keras banget dibukanya, harus dipatahin dulu titik-titik pembatasnya, ngak seperti tutup botol plastik umumnya yang membukanya bisa langsung diputar.
Saat mencari letak peron untuk naik kereta disini perhatikan nomor keretanya, untuk tujuan umumnya akan disebut tujuan terakhirnya saja.
Kami tiba di Venesia jam 11.30, lalu kami langsung counter tiket Vapareto, water taxi-nya kota Venesia. Kami membeli 1 day ticket seharga Euro 20.
Perjalanan dengan Vapareto kami melewati Grand Canal dengan beberapa pemberhentian. Pemandangan canal yang lebar dengan gelombang air dihiasi dengan gedung-gedung kuno disekitarnya.
Pemberhentian pertama kami San Marco Zakaria yang dikelilingi beberapa bangunan, diantaranya St Mark Basilika yang dibangun pada abad ke 8.
Lalu ada bangunan St Mark setinggi 98.6m yang dahulu berfungsi sebagai menara pengawas. Beberapa jembatan cantik juga ada di area ini.
Kami juga makan siang disini, di restoran yang menghadap grand canal.
Selanjutnya kami naik Vapareto balik ke stasiun Santa Lucia dan niatnya mau lewat arah sebaiknya yang melewati grand canal yang lebih kecil lebarmya tapi kami terburu-buru naik Vapareto yang sudah parkir jadi tidak tahu Vapareto arahnya dari yang kiri atau kanan (halte yang arah kanan dan kiri sama, jadi harus perhatikan arah Vapareto datang).
Waktu saat tiba di hate Ferovia (stasiun kereta) masih 1 jam menjelang kereta kami balik ke Florence tiba. Kami nekat aja tidak turun disini tapi di Rialto (2 halte berikutnya), jembatan pertama yang dibuat menyeberangi grand canal.
Di area ini banyak cafe dan juga banyak gondola. Vapareto pun jalan disini sangat pelan karena banyak gondola di kiri kanannya dan malah ada yang nekat menyeberang di depannya.
Hore....akhirnya kami bisa melihat kanal sisi kiri dari stasiun dan kami tidak terlambat naik kereta balik ke Florencia. Kereta kami ini tujuan akhirnya Roma, jadi ngak boleh tidur deh, takut bablas.
Sampai di stasiun Firenze, kami jalan kaki balik ke hotel yang hanya 200 m dari stasiun dan sebelumnya makan di Chinese Food Restaurant Capitale della Cina yang berada di perempatan dekat Mercure Hotel tempat kami menginap, sudah bosan kita makan pizza, spaggeti dan sejenisnya he...he...bakso soto, dikau dimana?
Hari ke 8 – Florence dan Fiesole
Di hari terakhir acara jalan-jalan kali ini, kami tutup dengan keliling kota Florence dan Fiesole dengan naik bis hop hop dan tentunya jalan kaki untuk kelilng kota tua nya Florence.
Pagi-pagi kami jalan ke seberang stasiun untuk mengunjungi Piazza Santa Maria Novella dimana Basilica Santa Novella yang dibangun pada abad ke 13 berada. Di sekitar area ada banyak cafe dan kios penjual souvenir.
Selesai dari sini kami balik ke arah hotel Mercure dan jam 9.30 kami menunggu citysightseeing bus blue line yang halte pertamanya terletak disamping hotel Mercure Firenze tempat kami menginap.
Sejak saya tiba di kota ini 3 hari yang lalu saya hanya melihat pemandangan kota tua-nya Florence yang sudah menjadi pertokoan diseantero area nya seakan memberi kesan kota Florence yang klasik penuh toko. Tapi setelah keiling naik hop hop ke area diluar kota tua ternyata suasananya modern dan bahkan area kota yang ke arah Fiesole terdapat perumahan elite yang gaya nya mirip perumahan elite di San Fransisco USA.
Piazza Michelangelo, kami berhenti disini untuk berganti rute citysightseeing bus red line untuk mengunjungi kota Fiesole pada jam 10 30. Dan selama jeda waktu kami berfoto-foto di lokasi ini yang menyajikan panorama spektakuler kota Florence, mulai dari Ponte Vecchio, Duomo sampai area pegunungan.
Pada tahun 1873 replika dari patung Michelangelo (seniman terkenal pelopor Renaisance) ditempakan di bukit ini.
Archielogical Site, Fiesole yang terletak di tengah kota Fiesole, di salah satu sisi Piazza Mino terdapat Roman Amphitheater yang diperkirakan dibangun pada abad ke 1 sebelum sampai 1 sesudah masehi.
Penjaga tiketnya ada seekor kucing ndut yang bernama Killy.
Di area sekitar sini juga terdapat penemuan arkeologi kehidupan abad 11SM dan kehadiran bangsa Etruscan pada abad ke 8.
Di bagian barat tengah Piazza Mino didominasi oleh katedral dan Seminari, sedangkan bagian timur atas didominasi oleh Istana Pretoriodan gereja Santa Maria Primerana , serta oleh monumen Incontro di Teano, perunggu Oreste Calzolari (1906) memperlihatkan Vittorio Emanuele II dan Garibaldi dengan menunggang kuda.
Kami sekitar 1.5 jam keliling dan makan siang disini. Menu makanan ditulis dengan bahasa italia, untung yang jualan ngerti bahasa inggris jadi bisa komunikasi kami maunya makan apa.
Menjelang balik naik bus hop hop kami ke toilet dan kami ketemu seorang ibu orang indonesia yang sudah 25 tahun tinggal di Belanda. Kata dia, seneng liat ada orang Indonesia yang jalan-jalan sendiri tanpa ikut tour...he...he...
Kota Tua Florence
Kami naik bus hop hop red line dan berhenti di stop no 3 di pinggir sungai dekat Ponte (jembatan) alle Grazie. Lalu kami berjalan ke arah Ponte Vecchio (jembatan tua) yang dibangun pertama kali pada tahun 1218 dan dibangun kembali pada tahun 1345 setelah banjir besar melanda.
Ini adalah satu-satunya jembatan yang menghubungkan sungai Arno. Di jembatan ini sejak abad ke 13 sudah ada pertokoan dan sejak tahun 1593 oleh Raja Ferdinand I hanya diperbolehkan untuk toko emas dan perhiasan. Sampai hari ini juga tampak terlihat sepanjang kanan kiri jembatan emas berkilauan etalase toko di kanan kiri jembatan.
Kami jalan lurus ke arah Duomo melewati banyak pertokoan dan cafe. Sekitar setengah perjalanan terdapat Piazza de Signoria.
Disekitarnya ada Uffizi Galery dengan banyak seniman beratraksi di depannya. Juga ada Palazzo Vecchio yang di depannya ada patung David yang sexy karya Michelangelo.
Selanjutnya kami berjalan ke arah Duomo dan kembali berfoto disana.
Setelah itu kami berjalan ke arah Duomo dan berfoto kembali disana.
Hari ke 9 – Satu hari di 3 Negara
Hari ini ngak ada acara meninjau tempat wisata, hanya perjalanan balik saja. Tapi tanpa disengaja hari ini kami menginjakkan kaki di 3 negara dalam sehari.
• Makan pagi di Florence, Italia.
• Maka siang di Paris, Perancis
• Makan malam di Amsterdam, Belanda.
Dalam penerbangan Paris-Amsterdam-Jakarta, ternyata bagasi nya fly through, beda dengan berangkatnya walau keduanya kami menginap semalam di Amsterdam. Akibatnya kami bongkar pasang beberapa barang dari koper ke tas lipat kecil cadangan yang kami bawa. Namun bagusnya check in Amsterdam-Jakarta bisa dilakukan sekaligus juga (kalau online web Garuda hanya bisa 24 jam sebelumnya).
Malam harinya di Amsterdam kami hanya bersantai di hotel airport dan keliling dan makan sate di Schiphol Plaza.
Hari ke 10 – Balik Jakarta
Baru trip panjang kali ini saya menggunakan Garuda, ada pemandangan yang berbeda dibanding pesawat negara tetangga yang biasanya saya pakai. Penumpang yang mayoritas sebangsa dan setanah air dengan saya ini, hampir semua membawa tas koper kabin, tas tangan dan beberapa membawa tambahan plastik gembolan sehingga pemandangan lebih ramai tapi bagusnya mereka pada jarang antri ke wc jadi saya yang hobi jalan mondar mandir di pesawat ngak punya saingan he..he.... Ada pengalaman ngak nyaman yang ke 3x nya saya alami naik Garuda, kepala saya ngak nyaman gara-gara orang belakang main game.....rasanya lebih ngak nyaman dari turbulence skala menengah deh. Kapan yah Garuda ganti audio yang baru? Ini layar sentuhnya model lama, dipencetnya memang kudu pakai tenaga...
Untung dia main game ngak lama. Kalalu ngak sebentar lagi saya udah mau minta pramugari ngomongin. Kalau saya larang apa bisa...karena saat awal penerbangan pramugari membacakan servis yang ada termasuk audio layar sentuh, dan dia cuma bilang jangan disentuh pakai benda tajam.
Pagi jam 6.40 pesawat kami mendarat dengan mantap...para Pilot Garuda memang yang paling jago dalam urusan landing, selalu smooth landing-nya. Setelah keluar bandara kami cepat-cepat cari taxi dan disambut hangatnya cuaca Jakarta, beda banget dengan Eropa yang sedang membeku.
Oleh Kumala Budiyanto