Di awal bulan April 2023 yang bernuansa cengbeng-an, kami mencoba day trip. Sudah sering sukses daytrip ke Singapore, Kuala Lumpur bahkan Bangkok, masa di dalam negeri tidak bisa he..he...
Awalnya saya memang pengen liburan tapi daytrip dan di satu sisi kepikiran kuburan si engkong di Cilacap, udah 4 tahun tidak ada yang urusin dan kalau saya sepertinya sudah 15 tahun tidak kesana. Saat saya lihat jadwal kereta api ternyata memungkinkan dibuat daytrip tapi lebih tepatnya 23 jam stasiun Gambir-Cilacap-stasiun Gambir. Kami berangkat jam 10 malam di hari Sabtu tanggal 1 April 2023 dari stasiun Gambir dan kembali ke stasiun Gambir jam 9 malam hari Minggu tanggal 2 April 2023.
Perjalanan kereta Purwojaya dari stasiun Gambir tepat waktu dan penumpang tidak penuh. Kereta ini menempuh jarak 404 km dari stasiun Gambir sampai stasiun Cilacap. Seperti biasanya keberangkatan kereta diiringi doa perwakilan para petugas stasiun gambir.
Saya berkali-kali mencoba tidur tapi lama tidak bisa pules tapi akhirnya bisa pules juga tidurnya. Lucunya pakai ngimpi dimana banyak tukang makanan naik ke kereta kami, persis dengan kondisi kereta saat ini duduk di bangku dan gerbong saya saat itu (ngimpi apa halusinasi ya ha..ha..) bukan kereta jaman dulu yang memang banyak tukang makanan masuk ke kereta.
Kereta Purwojaya sekarang sudah semuanya kelas eksekutif dengan menggunakan gerbong eks Argo. Tampilan petugas kereta juga jauh lebih enak dilihat, belum lagi Kondektur-nya pakai parhum wangi banget (yang perjalanan pulang juga sama wangi ngambreng dengan wangi yang sama).
Kami memilih gerbong 5 yang dekat kereta makan karena mau cari gerbong yang kira-kira sampai Cilacap masih ramai karena penumpang banyak yang turun di Purwokerto. Tapi sayangnya gerbong ini di stasiun Cilacap tidak dapat tangga jadi sebelum sampai disuruh pindah ke gerbong 6.
Kereta kami tiba di stasiun Cilacap jam 05 20 pagi dan kami dijemput pak supir dari rental mobil yang kami sewa buat selama perjalanan beberapa jam di Cilacap ini.
Walau cuma beberapa jam di Cilacap, biar nyaman kami menginap di hotel buat mandi ha..ha..tapi ngak berani buat tidur sekejab takut bablas. Awalnya mau di hotel yang dulu biasa kami menginap tapi lagi tutup jadi kami coba-coba pilih Dafam Hotel.
Letak hotelnya tidak sampai 2 km dari stasiun dan naik mobil tidak sampai 5 menit, dan lumayan ok kamarnya. Makan paginya juga enak.... tempe mendoan dan kue lopis nya enak, khas jawa banget.
Jam 07.30 kami berangkat dari hotel ke Teluk Penyu, buat foto-foto doang, mengenang masa lalu.
Foto disini khas nya berlatar pulau Nusa Kambangan.
Kami juga foto di pintu depan Benteng Pendem yang lokasinya diseberang pantai Teluk Penyu, tapi tidak masuk, hanya foto di depan yang dulu saat kami kesini belum dibuat gerbang seperti ini.
Kami mampir ke toko-toko souvenir, sekarang sepi pembeli tampaknya, barang yang dijual berdebu banget seakan yang jualan sudah frustasi. Tapi memang sepertinya iya. Ada satu toko si ibu yang lagi sakit bahagia banget barangnya dibeli apalagi oleh ade saya bayarannya dilebihin dikit.
Kami lanjut ke toko yang jual aneka kerupuk ikan. Lupa nama jalannya apa, si supir yang referensikan. Disini semua aneka merk kerupuk ikan khas Cilacap dijual termasuk lanting, dll.
Selanjutnya ke tujuan utama ke bong Kali Angin ke kuburan engkong. Sampai disana saya keder nih kuburan si engkong ada dimana dan setelah ketemu, dan dikasih lihat foto kuburan before and after dirapiin....hhmmm pantes aja pas sebelum kesini makin lihat foto si engkong, saya makin berasa dipelototin ha..ha.. itu kuburan kacau banget. Sebelum kami datang, sekitar 3 hari sebelumnya saudara saya sudah minta tolong ke petugas buat dirapikan dahulu dan dibayar setelah saya datang, jadi pas saya datang sudah rapih.
Setelah ini juga saya pesan untuk dibuatin anak tangga, biar tidak usah “hiking” kalau mau ke kuburan si engkong.
Selanjutnya jam 11.30 kami kembali ke arah kota untuk makan siang di restauran Sin Hieng yang dulu menjadi favorit saya kalau makan di Cilacap, rasanya sih agak beda dikit tapi masih lumayan enak sih.
Kami juga beli dibungkus bihun goreng disini untuk dimakan di kereta.
Selesai makan sudah jam 12 30, kereta jam 14 20. Karena orang Jakarta yang terbiasa dengan kemacetan yah dag dig dug. Kami kembali ke hotel harusnya mau mandi dulu tapi tidak jadi langsung rapikan packing-an dan jam 13 berangkat ke stasiun....tidak ada 5 menit sampai....akibatnya kepagian karena disini prinsip alon-alon buat urusan transportasi masih 100% bisa berlaku he..he...
Kereta kami berangkat tepat waktu dari stasiun Cilacap dan penumpang masih sepi.
Saat sampai Purwokerto banyak penumpang yang naik. Di stasiun Purwokerto saat pergi maupun baliknya tumben tidak memutarkan lagu andalannya “Di Tepi Sungai Serayu”.
Saat trip pulang ini, satu penumpang di depan kami batuk-batuk melulu, akibatnya kani urungkan makan itu bihun goreng, untung masih kenyang karena tadi makan siang nya lumayan kenyang.
Perjalanan day trip naik kereta ternyata lebih cape dati naik pesawat. Hmm hmm mungkin karena badan diguncang-guncang selama di kereta 2 x 7 jam sehingga diperjalanan tidur pulas 1 jam tanpa jeda saja susah.
Disusun oleh,
Kumala Sukasari Budiyanto