Setelah 11 bulan memesan tiket pesawat, akhirnya saat
yang dinantikan untuk bertemu kangaroo datang juga...
Hari ke 5 sincia, kami memulai perjalanan ke
Australia, negara dimana kangaroo berada.
Kami memilih kota Perth dan kota-kota kecil di
sekitarnya, ditambah transit 1 malam di Bali.
Saat kami berangkat, Jakarta kembali didatangi banjir,
tidak seperti tahun-tahun sebelumnya dimana setelah sincia biasanya tidak ada
banjir. Perjalanan kami ke bandara disambut macet akibat banjir di
beberapa lokasi, kami memerlukan waktu 1 jam ke bandara, tidak seperti biasanya
yang hanya butuh 30 menit jika ke bandara di pagi hari.
Rute pesawat kami adalah Jakarta-Bali (4 Feb 2014),
Bali-Perth pp (5-10 Feb 2014) dengan pesawat Airasia dan Bali-Jakarta (10 Feb
2014) dengan pesawat Garuda. Total harga tiket pesawat tidak sampai Rp 3 juta,
cukup murah, tapi belinya hampir setahun sebelum keberangkatan...bagaikan menaruh
deposito dengan jangka waktu 1 tahun.
Mengurus
Visa
Dua bulan sebelum hari keberangkatan, saya datang ke
travel agen untuk mengurus visa dan dikatakan sebulan lagi saja. Sayapun
menuruti sampai saat sebulan sebelum keberangkatan saya baru sadar kalau saya
harus ke Singapore dan paspor saya perlukan untuk kesana sehingga tidak bisa
dipegang oleh travel agen selama proses aplikasi. Saya cepat-cepat putar otak
dan teringat satu hal yang pernah saya baca bahwa jika apply langsung di VFS yang berlokasi di Plaza Asia Sudirman, maka
paspor asli hanya diperlihatkan untuk melegalisir copy-nya.
Aplikasi visa Australia bukan di kedutaan tapi di VFS,
perusahaan jasa aplikasi visa yang ditunjuk oleh kedutaan Australia.
Saya langsung mengambil keputusan mengurus sendiri
saja walau sedikit kuatir karena baru pertama kali mengurus visa sendiri.
Kekuatiran ditolakpun ada walau saya pernah mendapat visa bisnis
Australia...saya juga kuatir bagaimana jika visa saya diterima tapi visa adik saya ditolak, tidak seru jalan-jalan sendirian...ahh berandai-andai pesimis sampai tidak
berani mem-final-kan itinerary perjalanan.
Belum lagi terbayang uang biaya pembuatan visa yang
lumayan mahal Rp 1.56 juta/orang yang akan hangus jika visa ditolak.
Saya datang ke VFS tanggal 27 Des 2013, saya berharap
sepi karena hari itu adalah hari "terjepit"...dan benar saja sepi hanya antri 4 orang. Proses
aplikasi ternyata mudah asalkan kita sudah menyiapkan semua syarat yang diminta
(bisa dilihat di www.vfs-au-id.com). Lamanya proses visa turis disebutkan 15 hari
kerja tapi ternyata proses lebih cepat, hanya 4 hari kerja saya sudah menerima
email ...dan hasilnya...visa saya dan adik saya granted dan bahkan kami
diberikan visa multiple 3 tahun ...
Ahh senangnya...next trip bisa ke
kota-kota lainnya di Australia tanpa repot mengurus visa, bahkan kalau saya mau
ke Taiwan lagi juga bisa tanpa visa.
Visa Australia sekarang tanpa label, jadi cukup
membawa paspor kita saja dan paspor kita sudah secara elektronik tercatat
disana. Print out email dari kedutaan
juga tidak perlu ditunjukkan tapi sebaiknya kita bawa jika sewaktu-waktu
diperlukan.
Transit di
Bali
Semalam di Bali, kami gunakan untuk berleyeh-leyeh di
pantai kuta area belakang Mall Discovery, dekat hotel dimana kami menginap.
Kami menginap di Home@36 yang berlokasi di dalam Mall
Discovery. Hotel ini sederhana dan harga tidak mahal untuk ukuran hotel yang
terletak persis di belakang pantai kuta.
Kami sibuk mencari spot foto tapi sayang sunset hari itu sedang kurang ok...tapi hasil fotonya masih bagus-bagus... Bali memang cantik!
Ada satu pemandangan yang tak biasa selama saya ke
Bali. Kali ini banyak turis dari China, mungkin sedang liburan tahun baru
disana jadi banyak yang jalan-jalan.
Sayapun dikira turis China oleh pramuniaga di Mall
Discovery dan lebih antik, adik saya dikira tour guide mereka oleh si mba
pramuniaga ha…ha…
Dan saat di bandara menuju Perth, sayapun baru sadar ternyata ada beberapa direct flight
dari China ke Bali, seperti Garuda dengan rute Shanghai-Bali, Sriwijaya dengan
rute Nanjing-Bali dan China Southern dengan rute HongKong-Bali.
Start Journey
to Perth & around...
Kami memilih 4 kota untuk dikunjungi pada trip kali
ini yaitu Perth, Fremantle, Cervantes (dekat dengan Pinnacles Dessert) dan
Lancellin.
Benua Australia besar sekali tapi ditengahnya gurun
yang tidak layak untuk jadi tempat tinggal. Selama di pesawat yang saya lihat
daratan penuh warna coklat kemerahan sampai 15 menit sebelum mendarat baru
muncul warna kehijauan....sepertinya pilot memilih jalan diatas tanah merah
daripada diatas samudra...
Kota Perth adalah salah satu kota metropolitan di
Australia dan merupakan bagian dari wilayah West Australia yang memiliki jam
waktu sama dengan Indonesia bagian tengah.
Kesan pertama dimulai saat check in pesawat di
Denpasar Airport yang terminal internasionalnya sudah keren...bule-bule yang
satu pesawat dengan kami tampak tenang dan santai...suka antri seperti
Singaporean tapi ditambah dengan muka-muka yang penuh kesabaran...
Logatnya British banget dan wajahnya juga wajah British.
Penjelajahan kami dimulai saat mendarat di Terminal 1 Perth Airport yang merupakan terminal internasional, lalu kami melalui pintu imigrasi dan
dari jauh sudah disapa petugas "Singaporean?", jawab saya
"no", "Malaysia" tanyanya lagi, "no, Indonesia"
jawab saya, "go to this side"
jawab petugas yang sudah opa ini... (hi…hi... kalau di luar negeri, sudah
sering dikira Singaporean nih kecuali oleh orang Singapore nya sendiri
he...he...).
Kami antri untuk verifikasi visa. Kembali bertemu
petugas yang sudah opa dan dengan cepatnya dia "menerawang" paspor
kami dan langsung di cap.
Ada yang antik di loket imigrasi Perth ini, pertama
boleh antri bergerombol kalau dalam satu keluarga, kedua melihat paspornya
diangkat seperti diterawang, saya tidak tahu diapakan...
Sedangkan untuk warga Australia, mereka sudah
menggunakan automatic gate.
Setelah melewati imigrasi dan mengambil bagasi, kami
menuju Terminal 3 menggunakan Connect Inter Terminal Bus tanpa
dipungut biaya. Jarak Terminal 1 dan 3 jauh, sekitar 10 menit naik bus. Setibanya
kami di terminal 3 kami naik mobil Airport Connect dengan biaya A$15 per orang
dan mobil ini akan berhenti di beberapa tempat di pusat kota sesuai rute yang
sudah ditetapkan. Namun jadwal kedatangan mobil tidak tepat sesuai jadwal yang
tertera di website www.perthairportconnect.com.au (saat pulang mobil juga tidak
datang sesuai jadwal).
Kami berhenti di samping Kings Hotel (persimpangan Pier Street dan Hay Street)
yang letaknya tidak jauh dari Criterion Hotel, tempat kami menginap).
Hotel Criterion termasuk heritage building yang sudah
direnovasi di tahun 1996...sudah lama juga renovasinya...hotelnya lumayan ok,
tidak menyeramkan walau statusnya heritage building...harga cukup murah jika
dibandingkan hotel lainnya (harga hotel
di Perth rata-rata sama dengan di Singapore) dan memiliki nilai plus di
lokasi yang strategis karena dekat sekali dengan London Court, pusat pertokoan Hay Street
dan Murray Street, halte Cat bus diseberang hotel dan pemberhentian airport shuttle tidak sampai 100 m dari hotel ini.
Kota Perth tertata rapih sekali, areanya luas banget,
bebas macet...dan daerah diluar pusat kota kesannya cenderung sepi. Di banding
kota Melbourne yang saya kunjungi sekitar 10 tahun lalu, kurang lebih sama
tingkat keramaiannya.
Warga kota ini tidak tergila-gila dengan smarthphone, tidak ada pemandangan orang
sibuk main smarthphone apalagi jalan
sambil memakai smartphone. Kalau
jalan berbarengan, rata-rata mereka sambil ngobrol...tidak seperti di Jakarta,
sudah makan satu meja saja, masih sibuk dengan smartphone masing-masing.
Mereka juga tampak hobi membaca, kalau sedang menunggu
banyak yang membaca buku.
Aktivitas kantor pos juga tampak masih sangat aktif,
kotak pos mudah ditemui di sekitar kota. Pos tidak hanya melayani surat tapi
juga pengiriman barang dan lainnya.
Pos di Western Australia ternyata awalnya dibuka di
kota Fremantle, bukan Perth.
Transportasi di dalam kota
Perth maupun Fremantle tersedia bus gratis keliling
seputar kota setiap hari (kecuali
Christmas, Good Friday & Anzac Day), namanya Cat (Central Area Transit) Bus.
Di Perth ada 4 zona Cat Bus, red, blue, yellow dan mulai tahun lalu ada tambahan 1 zona
baru yaitu zona green yang hanya
beroperasi weekday. Hotel kami letaknya diseberang Cat Bus Red-Townhall station.
Jika diluar area ini bisa menggunakan bus Transpert
yang dikenakan biaya.
Kami banyak menggunakan bus gratis Cat Bus, jadi membayar
visa yang cukup mahal sudah terbayar dengan naik bus gratis dan diberikan visa multiple 3 tahun.
Yang unik dan layak di contoh dari bus-bus disini
adalah bus bisa dimiringkan sehingga orang yang tidak bisa melangkah naik bus
atau yang pakai kursi roda bisa naik ke bus dengan mudah.
Pelayanan kereta Transpert, juga memberikan kesan
pelayanan yang baik...orang buta bisa naik kereta sendiri dan hebatnya saat di
station ketibaan petugas sudah menjemputnya di depan pintu kereta...sepertinya
petugas saat keberangkatan berkomunikasi dengan petugas di station tujuan. Satu
lagi yang unik, sepeda boleh naik ke dalam kereta Transpert, jadi warga bisa
mengkombinasikan transportasinya dengan mudah.
Makanan
Rata-rata harga seporsinya senilai dua kali makanan
sejenis di mal-mal Jakarta, tapi yah itu porsinya juga dua kalinya, jadi saya
menyiasatinya beli ukuran satu untuk dimakan berdua.
Harga McD paket Mac
Chicken A$ 10, kweitiau goreng A$ 9, fish
and chip A$ 11-15.
Di supermarket, saya melihat Indomie dijual seharga 89
cen per bungkusnya, dibanding harga di Indonesia jadi berbeda jauh tapi disana
sudah termasuk murah meriah dibanding makanan lainnya.
Selama disini kami lebih makan pagi di hotel memilih
yang paling murah A$5 dua helai roti + selai/mentega + kopi/jus, makan siang di
sekitar tempat wisata yang kami kunjungi, lalu makan malam di restaurant asia
yang berada disamping hotel.
Disebelah hotel ada supermarket dan kami membeli snack
dan air mineral disini. Harga air mineral disini 1.5 liter A$ 3 (jika beli di tempat wisata atau restaurant
dengan harga itu hanya dapat ukuran botol kecil)...sebenarnya air keran di
Australia bisa diminum (jangan ambil dari keran yang air panas tapi dari keran air suhu normal), saya coba minum air
keran yang disediakan di museum airnya ok tapi saat mencoba minum dari air keran
hotel dan dimasak kurang enak rasanya jadi terpaksa beli air mineral.
Gaya Fashion
Suasana summer dipenuhi warga yang berkacamata hitam.
Hampir semua orang memakainya bagaikan memakai seragam. Sedangkan topi juga
banyak yang menggunakan, tapi tidak sebanyak si kacamata hitam.
Jadi selama summer disini, kita bebas bergaya dengan
kacamata hitam dan topi tanpa ragu terlihat aneh.
Barang Fashion dan Souvenir
Disini banyak barang-barang buatan China, mulai dari
baju, sepatu, asesoris dan souvenir.
Beberapa toko bahkan khusus menjual suatu merek produk
yang merupakan buatan China dengan desain Australia.
Arsitektur
Bangunan tua dengan desain cantik ala Eropa masih
bertebaran dimana-mana dan bahkan masih digunakan sebagai hotel, gedung
pemerintahan, rumah sakit, gereja, museum dan lainnya.
Tempat Ibadah
Hari minggu pagi yang sepi kami gunakan untuk ke
Wesley Church mengikuti ibadah jam 10am.
Berlokasi di 75 William Street (di ujung jalan William Street yang bersilangan dengan Hay Street)
dan merupakan satu dari bangunan gereja tertua abad ke 19, tepatnya berdiri
tahun 1870.
Kebaktiannya bergaya klasik dan khobah minggu itu disampaikan oleh Rev David McAndrew... Ada satu hal yang berkesan
yaitu ilustrasinya tentang bagaimana kita harus menjadi terang dunia. Lilin
yang menyala yang biasanya dijadikan simbol bahwa orang Kristen harus menjadi
terang dunia, ditutup mangkok (beliau
mendemokannya di depan mimbar) untuk mengilustrasikan orang Kristen yang
menutup dirinya tidak mau "menerangi" sekitarnya, takut terkena
"angin" dan lainnya...akibatnya lilinnya mati, artinya terang yang
miliki juga ikut menghilang.
Apa saja tempat wisata yang kami kunjungi?
Berikut ceritanya...
PERTH
Dua hari penuh saya alokasikan untuk keliling kota
Perth. Kami menggunakan bus gratis Cat Bus untuk keliling kota dan mengunjungi
beberapa tempat wisata ini.
Western Australian Museum
Perth Cultural Centre, James Street
Halte bus: Cat Bus blue, Museum station.
Tiket: gratis
Saya dulu sempat bingung, kenapa yah orang Australia
yang benuanya ada di selatan bumi bisa bule-bule, mirip orang Eropa yang ada di
utara bumi ini, sedangkan kita orang Asia yang ditengahnya beda sendiri,
seolah-olah diapit bule... Tuhan aneh, pikir saya waktu itu.
Tapi ternyata sebenarnya yang pertama tinggal di
Australia adalah bangsa Aborigin yang bermigrasi dari Southeast Asia
40.000-150.000 tahun yang lalu. Bangsa Eropa baru datang ke Australia di abad
16 diawali oleh kapal dagang Belanda, abad 17 kapal Perancis. Kemudian pada
abad 18 bangsa Inggris datang ke Australia dan menguasainya.
Australia sampai saat ini ratunya adalah Ratu Inggris-Ratu Elizabeth karena negara ini termasuk negara persemakmuran Inggris.
Warga Australia dan bangunan-bangunan disini juga tampak british. Ahh...saya jadi ingin cepat-cepat dapat kesempatan jalan-jalan ke London, mau melihat tempat nenek moyangnya bule-bule Australia ini.
Di museum ini sedang ada pameran tentang suku Aborigin yang merupakan suku yang pertama kali tinggal di benua ini.
Pertanyaan saya yang masih belum terjawab sepenuhnya
adalah "dimanakah mereka sekarang?"
Dari pameran itu terlihat foto-foto dimana mereka
sudah banyak yang berasimilasi dengan pendatang (ada perbandingan foto generasi terdahulu dengan sekarang), hanya di daerah dessert aja
yang asimilasinya menurut saya kurang karena wajahnya masih kental.
Populasi suku ini saat ini sekitar 1.5% dari seluruh
penduduk Australia.
Bicara dimana mereka, ternyata sebenarnya saya bertemu
mereka saat naik bus menuju museum ini. Tadinya kami kira negro atau apa, rada
seram wajahnya, kulitnya hitam legam... Halah, halah setelah melihat foto-foto
di museum, mereka itulah suku Aborigin.
Di pameran "Katta Djonoong-First Peoples of
WA" ditampilkan sejarah, budaya dari suku Aborigin ini.
Di museum yang berfokus mengoleksi sejarah alam dan
sosial ini, juga menampilkan sejarah bumi ini, termasuk kerangka dinosorous.
Disini terdapat koleksi batu-batuan dan mineral bumi
dari masa ke masa, koleksi patung binatang-binatang dari berbagai negara.
Swan Bell
Barack Square
Halte bus: Cat Bus BluE, Barack Square station
Tiket: A$15
Sebanyak 12 bell dari 18 bell yang ada adalah bell
asli dari London, yang pernah dipakai oleh gereja St Martin, Trafalgar, London.
Kami berkesempatan mencoba membunyikan bell
ini...ternyata berat, padahal yang kami coba adalah bell yang ringan...bell
utamanya pasti jauh lebih berat, petugas yang mendemonstrasikan yang sudah oma
ini tampak mengeluarkan tenaga ekstra.
Lalu kami menuju lantai 6 dimana terdapat open air
deck yang biasanya suka digunakan untuk pemberkatan nikah. Dari tempat ini
sekeliling kota tampak jelas dilihat.
Saat kami pulang, kami melihat ada deretan gembok di
depan pintu Swan Bell ini, ternyata disini juga tempatnya gembok-gembok cinta
tapi bedanya gemboknya semuanya seragam...saya baca di brosur ternyata bisa
pesan gemboknya untuk dituliskan nama.
Perth Mint
310 Hay St, East Perth WA 6004, Australia
Halte Bus: Cat Bus Red, Perth Mint station
Tiket: A$ 5, ini harga khusus karena saat kami datang
sebagian tempat sedang direnovasi termasuk tempat pameran koin emas raksaksa
seberat 1 ton, emas batangan besar seharga $700,000.
Disini kami hanya melihat demo peleburan emas menjadi
emas batangan 6 kg (huiihhh, muahall kalo
dibeli....) dan heritage talk tentang sejarah Perth Mint.
Bangunan Perth Mint tampak berkelas bergaya eropa,
konon dibangun selama 3 tahun dengan beberapa material yang diiimpor dari
Italia dan arsiteknya bernama George Temple-Poole.
Selama abad 19, sebanyak 3 cabang Royal Mint of London
didirikan di Australia yang merupakan negara koloni Inggris yang ternyata
menyimpan banyak sumber emas. The Sydney branch didirikan tahun 1855, the
Melbourne branch didirikan tahun 1872 dan the Perth branch didirikan 20 June
1899. The Sydney Mint dan Melbourne Mint tidak lagi beroperasi sehingga The
Perth Mint adalah mint tertua di Australia.
Di depan Perth Mint terdapat patung karya Greg James
yang menggambarkan Arthur Bayley dan William Ford, dua orang prospector emas
yang 120 tahun lalu menemukan lokasi emas di Fly Flat, Coolgardie (550 km di
sebelah timur Perth).
London Court
Halte bus: Cat Bus Blue atau Red, Hay Street station
Kami mondar mandir ke tempat ini berkali-kali karena
lokasinya sangat dekat dengan hotel dimana kami menginap.
London Court diresmikan tahun 1937 dan merupakan gang
yang menghubungkan Hay Street dan St George Terrace Street, bangunannya bergaya
Inggris dengan jam yang diimpor dari London.
Disekitar tempat ini, terdapat banyak pertokoan
termasuk toserba besar Myer.
Namun, namanya Australia, toko-toko tutup jam 5 sore
kecuali Jumat malam buka lebih malam...saya ingat simbol yang saya lihat
didepan Melbourne University yaitu simbol triple eight "888" yang
artinya 8 jam work, 8 jam leisure dan 8 jam sleep....mantap! Simbol ini juga ada di Trades Hall, Fremantle.
Kings Park
Fraser Avenue, West Pert
Halte bus: Cat Bus Red atau Green, Haverloc station
(jika naik yang Green maka Kings Park ada diseberang halte, tapi jika naik yang
Red kita harus jalan dulu sampai ujung jalan Haverlock).
Taman seluas 406 hektar ini merupakan taman kota terbesar
di dunia dan dibuka sudah lama sekali, sejak tanggal 10 August 1895 dengan nama
Perth Park dan pada tahun 1901 diganti namanya menjadi King's Park.
Taman ini memang luas sekali, kami hanya sanggup
mengunjungi sebagian area, yaitu taman di sepanjang Swan River yang menampilkan
pemandangan kota, sungai dan pohon.
Kami juga ke tugu memorial untuk mengenang para tentara Australia yang gugur perang.
Nama mereka satu per satu ditulis disana.
Selama kami mengunjungi taman ini, kami banyak melihat
keluarga-keluarga yang piknik, bersantai duduk di rumput sambil ngobrol dengan
pasangan atau sambil mengajak anak-anaknya main...ada yang duduk menghadap Swan
River, ada yang duduk dimana saya dimana ada pohon rindang.
Saat kami datang kondisi masih panas terik jadi
suasana tidak mendukung kami untuk keliling-keliling sampai ke dalam seperti ke
Botanic Garden.
ONE DAY TOUR
- CAVERSHAM, CERVANTES, PINNACLES, LANCELIN
Kami memilih menggunakan tour untuk mengunjungi
kota-kota kecil yang tidak terlalu jauh dari Perth, karena tidak ada
transportasi umum kesana.
Tour dimulai mengunjungi Caversham yang berada di
daerah Swan Valley, lalu ke Cerventes yang letaknya 200 km dari Perth untuk
melihat Lobster Shack, lanjut ke Pinnacles, lalu ke Lancelin saat arah balik ke
Perth.
Kami memilih Adam Tour
www.australianpinnacletours.com.au yang merupakan tour pertama yang mengadakan
tour ke Pinnacles dan sudah berpengalaman 30 tahunan.
Biaya tour cukup besar A$ 215 per orang tapi pantas
untuk perjalanan yang jauh, total perjalanan bisa mencapai 600 km ditambah
daerah yang dilewati adalah jalanan yang sepi dikelilingi padang rumput
sehingga kualitas mobil harus baik, belum lagi atraksi petualangan dengan 4WD (mobil bis yang digunakan selama tour)
di padang pasir Lancelin yang curam, memerlukan mobil yang prima dan driver
yang canggih.
Tour guide kami namanya Mr Hans yang mantan tentara,
jadi walaupun sudah berumur, masih tangkas mengendarai mobil termasuk atraksi
di sand dunes, Lancelin dan mengurus segala sesuatunya selama tour sendirian,
dapat di handle dengan baik.
Caversham
Disini kita bisa melihat dan beratraksi langsung
dengan binatang-binatang khas Australia, yaitu kangoroo, koala dan wombat.
Kamipun berfoto dan memberi makan kangaroo. Disini
terdapat dua macam kangoroo yang warna grey
dan white. Saya sepuluh tahun lalu
saat ke Melbourne, pernah melihat yang red
kangaroo.
Berat badan kangoroo dewasa 66 kg yang jantan dan 32
kg yg betina. Yang betina sering bergerombol sedangkan yang jantan tidak.
Proses pertumbuhan kangoroo unik, mereka lebih lama tinggal di
kantung ibunya daripada di rahim ibunya. Di dalam rahim hanya 1 bulan dan lahir
dalam keadaan buta, lalu mereka tinggal di kantung ibunya selama 36 minggu dan
setelah itu lebih sering keluar masuk dari kantung ibunya sampai benar-benar
mandiri setelah umur 50 minggu.
Para kangoroo ini cepat dekat dengan adik saya
terutama kangoroo yang putih, mungkin karena dia memang sering dekat-dekat
dengan binatang jadi auranya beda, tapi bisa juga karena dia pakai baju putih
jadi dikira kangoroo juga he…he…
Dan saat mau meninggalkan kandang, adik saya dideketin
kangoroo grey jantan sampai kangoroo
nya berdiri...jangan-jangan dikira kangoroo putih betina he...he...
Lalu kami diajak bertemu dengan koala-koala yang hobby
tidur.
Saat kami datang, ada satu koala yang lagi "bergadang", jadilah kali
ini saya berhasil melihat koala yang lagi "melek".
Baby koala lahir dengan ukuran kecil sekali hanya 19mm
dan juga tinggal di kantung ibunya 5-6 bulan, lalu 3-4 bulan di pundak ibunya
sambil ikut berjalan-jalan dari pohon ke pohon dan jika sedang istirahat anak
koala digendong di lengan ibunya. Setelah 12 bulan anak koala baru mandiri.
Kami juga berfoto dengan wombat, tapi kami hanya boleh berfoto disamping
petugas yang menggendong anak wombat...tidak bisa gendong sendiri. Wombat
beratnya 25-40 kg dan yang berfoto bersama kami ini wombat kecil yang beratnya
25 kg.
Ini adalah kota pelabuhan yang kecil dengan penduduk
600 orang yang terletak 245 km dari Perth dan merupakan gerbang ke Pinnacles.
Cervantes terletak di pinggir benua sehingga samudra
hindia terlihat jelas dari sini.
Nama kota ini dinamakan oleh bangsa Spanyol yang dulu
pernah menguasai daerah ini sebelum menjadi koloni Inggris.
Saat perjalanan ke Cervantes kami diperlihatkan kincir-kincir
angin yang dijadikan sumber tenaga listrik. Angin di lokasi itu memang cukup
besar sehingga bisa dimanfaatkan sebagai sumber tenaga.
Di kota Cervantes, kami diajak mengunjungi Lobster
Shak dan beberapa orang mencoba makan lobster juga disini.
Lobster-lobster disini ditangkap dari Samudra Hindia dalam keadaan hidup, kemudian dipelihara di tempat penampungan
sampai ada pembeli. Lobster ini ternyata di ekspor dalam keadaan hidup dan lobster dapat
bertahan hidup 30 jam di tempat penyimpanan khusus yang mereka siapkan saat
pengiriman, umumnya diekspor via Perth Airport.
Pinnacles
Terletak tidak jauh dari kota kecil Cervantes dan
merupakan bagian dari Namburg National Park.
Pinnacles baru ditemukan pada tahun 1960 dan menarik
banyak pengunjung.
Disini terdapat banyak batuan-batuan unik yang
terbentuk secara alami yang diperkirakan terjadi ribuan tahun yang lalu.
Sebelumnya merupakan seashells yang patah dan jatuh ke atas pasir, lalu
terbentuk oleh air dan angin.
Disini bagus buat foto tapi anginnya cukup kencang di
beberapa lokasi sehingga banyak pasir yang beterbangan cukup kencang...pasir
disini warna coklat kemerahan, antik.
Lancelin
Lancelin juga kota kecil yang terletak 127 km dari
Perth. Sebelum tahun 1953, kota ini bernama "Wangaree",
yang dalam bahasa Aboriginal artinya ikan.
Kota ini juga terletak di pinggir Samudra Hindia
seperti kota kecil Cervantes.
Disini ada pantai yang di depannya berjejer kapal
laut, sepertinya kapal tentara...dan yang unik adalah sand dunes, gunung-gunung
pasir bagaikan gurun sahara tapi berwarna putih susu... Disini angin super
kencang, pasir beterbangan dimana-mana terutama jika kita berdiri dekat
tumpukan pasir yang besar.
Disini kita diajak sedikit adventure dimana mobil
sejenis bus yang kami tumpangi naik turun tumpukan pasir yang curam...seru tapi
sedikit ngeri.
Lalu kita juga bisa mencoba sand boarding, tapi kami
tidak mencobanya, seram lihat curamnya tumpukan pasir yang digunakan untuk sand
boarding.
Inilah acara terakhir tour ini, kami kembali ke Perth
selama 1.5 jam dan sampai Perth jam 7.30 malam dan langit masih
terang...menjelang pukul 8 malam barulah langit gelap.
FREMANTLE
Kami jalan-jalan di kota Fremantle dari pagi sampai
sore. Kami pulang dan pergi Perth-Fremantle menggunakan kereta Transpert.
Station kereta di Perth berlokasi di station Cat Bus blue no 13 Horseshoe
Bridge station. Perjalanan dengan kereta dari Perth ke Fremantle tidak sampai 30 menit.
Kami mengelilingi Fremantle, mengunakan Tram. Ini
bukan Tram sesungguhnya tapi Tram yang sudah dimodifikasi menjadi mobil untuk
keperluan tour.
Harga tour nya A$ 25 dan saya mendapat diskon A$ 5
karena mendapat potongan dari brosur Hello Perth.
Kami naik Tram dari Fremantle Train station (halte tram sama dengan halte Cat Bus yang
di depan station sebelah kanan). Rute Tram ini adalah Prison, Esplanate
Hotel, Fishing Boat Harbour (Round House,
Seafood Restaurant), Town Hall, Victoria Quay (Museum Maritime, E Shed Market).
Sebenarnya mengelilingi kota ini juga tersedia bus gratis
Cat Bus, tapi karena saya mau dengar cerita dari guide di Tram Tour ini serta
lokasi pemberhentian Tram tepat di tempat tujuan wisatanya, maka saya memilih
membayar ikut Tram Tour ini.
Fremantle
Prison
Kami membeli tiket masuk dan tour seharga A$ 19.
Kami mengikuti tur keliling penjara ini selama satu
jam, dimulai dari tempat awal menerima tahanan sampai ruang-ruang kamar
tahanan...dan ke tempat penggantungan tahanan hukuman mati, disini pernah
dieksekusi hukum gantung 43 narapidana pria dan 1 narapidana wanita.
Penjara ini dibangun pada tahun 1852-1860 dan
digunakan sampai tahun 1991 setelah sempat terjadi kerusuhan di dalam penjara
pada tahun 1988 yang merusak sebagian bangunan penjara.
Penjara ini dibangun untuk menampung tahanan-tahanan
dari Inggris yang dialokasikan ke Western Australia dengan tujuan untuk kerja
membangun prasarana-prasarana di daeah koloni barunya ini.
Saat ini, bekas penjara ini dijadikan atraksi bagi
turis yang berkunjung ke Fremantle.
Round House
Awalnya bangunan bundar dengan delapan sel/kamar yang
dibuat oleh insinyur HW Reveley, digunakan sebagai penjara, kemudian menjadi
penjara bagi narapidana Aborigin pada tahun 1865 sebelum mereka dipindahkan ke
Rottest Island. Pada tahun 1866-1990 digunakan oleh pihak kepolisian untuk
pengawasan. Kemudian sejak 1996 bagian tangga depan round house dipugar untuk
ekspansi rel kereta api. Sebelum mengetahui ini, saat datang saya bingung karena
posisi tangga agak aneh.
Tidak jauh dari Round House, terdapat deretan seafood
restaurant, kami memilih makan di Cicerello yang terkenal dengan fish
& chip-nya.
Town Hall
Dibangun dibangun pada tahun 1887 dan jam di town hall
ini konon diimpor asli dari London.
Victoria
Quay
Disini terdapat museum Maritime (www.museum.wa.gov.au)
dengan koleksi kapal-kapal besar di dalamnya dan pelabuhan untuk penyeberangan
ke Perth.
Cukup banyak tempat wisata yang telah kami kunjungi, tak terasa 5 malam sudah kami lewati...
Kami balik ke Jakarta dengan rute Perth-Bali-Jakarta
dan saat di imigrasi Australia, data hanya di scan dan paspor tidak di
stempel, beda dengan saat kedatangan dimana paspor distempel, namun jika membutuhkan stempel bisa diminta ke petugas di loket khusus.
Saat saya konfirmasi ke petugas imigrasi Indonesia
saat tiba di Bali, menurut petugasnya harusnya ada stempel dan dia belum tahu
juga jika ada aturan seperti itu. Tapi andai tidak ada stempel, menurut petugas ini tidak apa-apa juga.
Setelah transit 4 jam di Bali, kami terbang ke Jakarta naik pesawat
Garuda. Dalam pesawat ini banyak turis dari China dan tampaknya saat itu mereka
hanya transit di Jakarta karena saat mengambil bagasi dari 200 an penumpang
pesawat ini, hanya 20 an orang saja yang antri bagasi dan para turis China
langsung mengambil jalur transit.
Demikianlah kumpulan cerita perjalanan saya kali ini
yang saya tulis langsung setiap malam setelah jalan-jalan, sebab setelah
sore sudah tidak bisa kemana-mana...jam 5 umumnya dimana-mana tutup, jadi saya
balik hotelnya cepat sekitar jam 6-7 sore kecuali saat one day tour sampai
hotel hampir jam 8 malam.