Jalan-jalan sehari ke Bangkok....
Iya hanya 1 hari, pergi pagi dan pulang malam.
Bagi kami, ini perjalanan one
day trip ke luar negeri yang ketiga, sebelumnya pernah one day trip ke
Singapore dan Kuala Lumpur.
One day trip ke Bangkok yang
jarak perjalanan pesawatnya hampir 2 kali lipat dari perjalanan one day trip
yang pernah kami lakukan sebelumnya, merupakan tantangan dan sensasi sendiri buat saya...dan
membuat setiap orang yang mendengarnya terheran-heran termasuk petugas imigrasi
keberangkatan di Bangkok yang mengkerutkan dahi serta petugas imigrasi ketibaan
di Jakarta yang senyum-senyum, ha...ha...
Tujuan saya pada trip kali
ini adalah mau men"stempel" paspor papa dengan cap imigrasi Bangkok...
maksudnya biar papa melihat kota Bangkok, he...he... Ngak lucu kan, saya sudah 4 kali ke
Bangkok, adik saya 2 kali, tapi papa belum pernah sama sekali.
Trip hanya sehari ke Bangkok jika
dibilang sayang, bisa iya dan bisa tidak. Tapi buat kami, it's ok karena didukung
oleh kondisi dimana papa yang lagi tidak mau lama-lama perginya, lalu ini
perjalanan ke 5 saya ke Bangkok jadi saya hanya perlu "melepas
kangen" saja dan yang terutama kami mendapat tiket super murah Airasia pp
Rp 850 ribu/orang (tiket+makan+airport tax).
Hari Rabu, 3 September 2014
adalah hari one day trip kami ke Bangkok.
Kenapa berangkat
ditengah-tengah minggu, tidak di hari Jumat atau weekend? Jawabannya "mengejar"
tiket pesawat murah...karena tiket Airasia promo yang termurah umumnya untuk hari
Selasa dan Rabu.
Kami berangkat dari rumah jam
5.30 pagi, kami yang tidak membawa bagasi langsung menuju area imigrasi saat
tiba di bandara. Setelah menunggu sebentar, panggilan boarding diumumkan dan pesawat
kami take off tepat waktu jam 7.20 pagi dan mendarat di Bangkok jam 10.45.
Pesawat balik kami ke Jakarta
jam 9 malam, artinya kami punya waktu 10 jam di Bangkok...dikurangi perjalanan
pulang pergi dari dan ke bandara maka kami punya waktu sekitar 6-7 jam untuk
jalan-jalan.
Tempat wisata apa aja yang
kami kunjungi dengan waktu 6-7 jam?
Saya memilih top ikon kota
Bangkok yaitu Grand Palace, ditambah mengunjungi Wat Arun yang dapat dicapai 15
menit berkendara dari Grand Palace. Lalu saya tambahkan ke Madame Tussaud di
Siam Square.
Untuk mensukseskan one day
trip ini, saya memilih menggunakan private tour karena transportasi dari
bandara Don Muang (Airasia di bandara ini bukan di bandara Suvarnabumi yang
super keren) tidak terkoneksi dengan BTS (sejenis subway dan metro) tapi hanya
bis dan taxi, kemudian kendaraan umum ke arah Grand Palace tidak terlalu mudah
(jika naik taxi, saya kuatir harus pakai bahasa "dewa")...apalagi
kali ini perginya dengan papa jadi cari yang lebih nyaman deh...
Saya memilih travel Tripkita,
atas referensi dari kenalan saya di Thai Tourism Jakarta, dengan pertimbangan
pemilik tour tersebut orang Indonesia, sehingga saya lebih mudah berkomunikasi dan
bernegosiasi dengan mereka.
Kami keliling Bangkok
menggunakan mobil van ditemani 1 orang guide dan 1 orang supir, mantap kan
he...he...
Berikut cerita kami
mengunjungi 3 tempat wisata pilihan kami.
Wat Arun
Wat Arun adalah kuil yang
selain menjadi obyek wisata juga tempat sembayang umat Budha.
Kami diantar kesana lewat
jalan belakang dan langsung tembus ke kios-kios penjual souvenir, jadi tidak
melewati sungai...baru kali ini saya ke Wat Arun lewat jalan ini, biasanya
selalu lewat sungai.
Wat Arun adalah kuil yang direnovasi
besar-besaran pada masa pemerintahan Raja Taksin.
Arun berasal dari kata Aruna,
dewa fajar orang India, karena raja Taksin tiba disini saat fajar pada Oktober
1767 untuk menjadikan Thonburi sebagai ibu kota baru Siam.
Sebelumnya ibu kota Siam
selama 4 abad berjaya adalah Ayuttaya, namun zaman keemasan itu porak poranda
karena kedatangan bangsa Burma.
Jendral Taksin berhasil membebaskan
bangsa Siam dari Burma dan beliau menjadi raja, berkuasa selama kurang lebih 15
tahun.
Di pelataran bawah Wat Arun terdapat
beberapa patung berbentuk tentara China dan patung mitos-mitos seperti kucing.
Konon dulunya patung ini bekas pemberat kapal-kapal China.
Hiasan porselen diseluruh
kuil ini juga dari pecahan-pecahan porselen yang sebelumnya digunakan sebagai
pemberat kapal yang datang dari China.
Pecahan-pecahan porselen
dibentuk sedemikian rupa, warna warni dan tampak cantik.
Hiasan porselen ini dan juga Menara Tengah (Central Prang) dibuat beberapa periode setelah pembuatan
awalnya, yaitu pada masa Raja Rama 3 (1824-1851).
Dari pelataran ada 8 anak
tangga untuk masuk ke bagian menara paling bawah. Lalu harus naik beberapa anak tangga yang
sedikit curam untuk naik ke bagian berikutnya...kami hanya sanggup sampai di
tempat ini, itupun saat turun saya sudah grogi, tapi papa saya canggih cuek aja
dia turunnya he...he...
Di prang (menara) bawah ini
juga dihiasi patung-patung Kinari (makhluk setengah burung dan setengah wanita
yang konon suka menyanyi dan hidup di gunung Meru).
Jika mau naik lagi ke bagian
atas, tangganya amat curam dan lumayan tinggi...ada pegangan besi, tapi kami
tidak ada nyali deh...
Konon katanya bagian atas yang
disebut Menara Tengah (Central Prang) itu sengaja dibangun melewati tangga yang
curam dan sempit untuk melambangkan kehidupan itu sulit....hu..hu..hu...
Grand Palace
Dibangun bertahap dan dimulai
pada masa Raja Rama 1.
Raja Rama 1 adalah gelar
untuk Jenderal Chao Phraya Chakri setelah diangkat menjadi raja, menggantikan
Raja Taksin yang meninggal karena dibunuh saat terjadi kudeta.
Bangunan-bangunan di Grand
Palace hanya beberapa saja yang bisa dimasuki, selebihnya dinikmati dari
arsitektur luarnya.
Kita masuk kesini dari jalan
Na Phra Lan, saat masuk kita langsung dapat melihat Wat Phra Kaeo di sebelah
kiri. Di area ini, Phra Si Rattana Chedi (setupa) berbentuk kerucut emas
bergaya Srilanka tampak menonjol dari kejauhan.
Di area ini jugalah patung
Emerald Budha yang terbentuk dari giok setinggi 66 cm berada, tepatnya di The
Bot.
Keluar dari area Wat Phra
Kaeo, kita melewati aula kediaman raja yaitu Chakraphat Phiman Hall, aula
penobatan Phaisan Thaksin Hall, aula singgasana Chakri Maha Prasat, gedung
pertemuan Amarin Winichai Hall dan terakhir sebelum pintu keluar terdapat Dusit
Trone Hall, bangunan dengan atap susun 4 yang merupakan bangunan paling cantik
disini. Di bagian depan gedung ini terdapat singgasana kayu jati yang digunakan
oleh Raja Rama 1 (bangunan disebelah kiri pada foto kami di bawah ini).
Grand Palace adalah tempat
tinggal Raja dan pusat pemerintahan, namun sejak Raja Rama 5 (Raja
Chulalongkorn), Grand Palace masih menjadi pusat pemerintahan tapi raja tinggal
di istana lain.
Lalu, sejak Raja Rama
9 (Raja Bhumibol Adulyadej) naik tahta (menggantikan saudaranya Raja Rama 8
yang meninggal karena ditembak saat tidur), selain tidak menjadi tempat tinggal
raja, Grand Palace juga tidak menjadi pusat pemerintahan, dipindahkan ke Istana Citralada.
Hhmm..., menurut saya Raja Rama
9 ini pandai, tindakannya memindahkan istana dan menjadikan Grand Palace obyek
wisata, selain dapat melupakan kesedihan hatinya akan saudaranya yang tewas
dibunuh, juga berhasil menjadikan daya tarik wisata bagi negaranya.
Raja Rama 9 suka mengembangkan
pertanian dan beliau adalah raja yang berkuasa sampai saat ini serta menjadi
raja yang paling lama berkuasa dibandingkan raja-raja sebelumnya.
Madame Tussaud
Jika datang kesini
puas-puasin foto dengan patung yang kita suka karena disini beberapa patung
lilin tidak selamanya menetap, beberapa dipindah-pindahkan ke Madame Tussaud di
negara lain, contohnya patung lilin mom and dad-nya Prince George, yaitu Prince
William and Princess Kate, saat tahun lalu saya kesini ada dan sekarang tidak
ada.
Berikut adalah foto-foto
narsis kami dimulai dari foto narsis dengan patung lilin negarawan yang
terletak paling depan dari pintu masuk.
Lanjut, foto dengan gaya
sporty.
Ini foto narsis dengan
tokoh-tokoh kartun dan tokoh imajinasi di film. Foto papa "berantem" dengan raksaksa ini diambilnya dari foto audio dimana kita bisa bermain tonjok-tonjokan dengan si raksaksa secara audio dan gambar kita bersama si raksaksa akan muncul di layar dan ada skor si raksaksa yang menang atau kita.
Terakhir narsis foto dengan
aktor film.
Kami berangkat ke bandara
dari Siam Square sebelum jam 5 sore, sebenarnya masih ada waktu untuk
melihat-lihat Siam Paragon atau makan di food court-nya, tapi papa lebih
memilih secepatnya balik bandara, dia takut macet...jadilah kami tiba di
bandara kepagian dan kami pergunakan untuk makan di restaurant di lantai 2 bandara
yang terletak sebelum pintu masuk area imigrasi...makanannya tidak
murah tapi masih ok harganya dan yang pasti enak...yang paling enak menu dessert-nya
ketan mangga/Mango Sticky Rice/Khao Neeo Mamuang.
Selesai makan, kami masuk ke
area imigrasi lalu ke pertokoan-pertokoan.
Komentar papa, "Ini
bandara yang tadi kita tiba bukan sih? Kok bagus?"
Iya memang, bandara Don Muang
sejak tahun lalu saya kesana, area keberangkatannya sudah bagus dan nyaman,
namun area kedatangannya masih tampak sederhana dan belum direnovasi.
Kamipun sempat mondar mandir
dan bersantai-santai di airport sebelum boarding. Pesawat kami tepat waktu, jam
9 malam kami take off.
Saya tadi cerita bahwa kami
sempat makan di bandara, pertanyaannya, apa selama penerbangan pulang dengan
Airasia kami makan lagi? Jawabannya saya dan adik saya iya, tapi papa udah
kekenyangan...
Saya sengaja selalu memesan
pre book meal karena pernah mengalami kelaparan parah...waktu itu diluar dugaan
kami tidak sempat makan sebelum naik pesawat, setelah di pesawat yang dilayani
yang prebook, lalu saat melayani yang belum prebook, mereka melayaninya dari
depan...alhasil yang waktu itu saya duduk di bangku tengah lama banget
dilayaninya...hhmmm jadinya sekarang, buat jaga-jaga saya selalu pesan pre book
meal.
Demikianlah one day trip
kami...tepatnya one day plus 5 menit karena pesawat kami menepak ke landasan
(maksudnya mendarat he...he...) jam 00.05.
Eittss...harus ditambah 45
menit lagi deh yah...untuk proses imigrasi dan naik taxi ke rumah.
Oleh Kumala Sukasari
Budiyanto