Pada awal Des 2014 lalu, saya dan
rekan-rekan sekerja di ACA mendapat kesempatan jalan-jalan ke beberapa tempat
di provinsi Sumatera Barat, dimulai dari kota Padang, ibukota provinsi Sumatera
Barat dimana kami mengadakan meeting tahunan. Lalu mengunjungi kota Solok dan
Batusangkar dalam perjalanan ke Bukit Tinggi. Kami juga mengadakan 2 seremonial
pelepasan balon di Danau Kembar dan pelepasan bibit ikan nila di Danau
Singkarak.
Kami tiba di Minangkabau Airport pada
tanggal 8 Desember 2014, selain disambut oleh tim dari Cabang Padang kami juga
disambut oleh pemandangan pegunungan yang menggoda.
Perjalanan kami menuju Grand Inna Hotel melalui
jalan Bypass yang awalnya saya kira ini adalah pinggiran kota tapi ternyata
sejak peristiwa gempa disini menjadi pusat kota.
Hotel kami menginap di kota lamanya yang
saat gempa lalu paling banyak terkena musibah. Hhmmm…, bagaimana kondisinya
saat ini?
Ternyata sudah pulih, jika tidak
diberitahu, saya tidak merasa di lokasi ini pernah terjadi gempa. Saya sempat
makan di Apollo Restaurant yang saat gempa lantai 1 nya masuk ke dalam
tanah....sekarang sudah direnovasi total menjadi baru dan yang pasti makanannya
lumayan maknyuss.
Tidak jauh dari restaurant ini juga ada 2
kios es duren yang enak. Menu duren ada sepanjang tahun walau sedang tidak
musim durian. Dari mana yah durennya? Ternyata duren disimpan selama 1 tahun
dalam freezer sehingga pedagang dapat menyajikannya sepanjang tahun.
Makanan Padang tentunya banyak di kota
ini tapi namanya bukan RM Padang, melainkan nama biasa saja tapi rasanya jauh
lebih enak dari yang ada di Jakarta.
Masih seputar makanan... Kita semua pasti
kenal keripik padang. Nah di toko Shierly dan Christine Hakim kita bisa belanja
makanan khas Padang untuk oleh-oleh, ada keripik, singkong goreng yang
berbentuk kotak kecil-kecil seperti dadu, dendeng, rendang, dan ada juga
keripik singkong rasa durian.
Negaraku Indonesia selain kaya
pemandangan alam yang indah, aneka ragam makanan yang lezat, juga kaya akan cerita
legenda, termasuk di provinsi Sumatera Barat ini.
Siti Nurbaya
Saya dan beberapa rekan sempat
bersantai-santai di pinggir jembatan Siti Nurbaya sambil makan pisang bakar
yang sayang sekali membakarnya ngak bagus jadi perlu memisahkan pinggiran yang
super gosong sebelum dimakan.
Dari atas jembatan ini, kita bisa melihat
pemandangan sungai dengan beberapa kapal yang sedang bersandar dan beberapa
bocah yang dengan bahagianya berenang di sungai.
Konon di tempat inilah, dahulu Siti
Nurbaya menjeburkan diri ke sungai karena tidak mau dipaksa menikah dengan
Datuk Maringgih, lelaki kaya namun usianya jauh lebih tua.
Malin Kundang
Kami mencoba pergi ke pantai Air Manis,
dimana terdapat batu menyerupai manusia sedang tersungkur yang konon katanya,
batu ini adalah si Malin Kundang, anak durhaka yang tidak mau mengakui ibunya
setelah dia menjadi kaya. Namun setelah melewati jalan-jalan berliku perjalanan
kami terhenti karena jalanan ditutup sedang diaspal. Hu..hu..hu...gagal deh
melihat langsung batu Malin Kundang yang katanya sering memberikan penampakan
seperti orang yang menangis.
Dari kota Padang kami melanjutkan wisata
ke arah kota Bukit Tinggi dan tentunya mampir di beberapa kota dimana terdapat
tempat-tempat wisata yang berlegenda
Danau Kembar
Danau yang menyimpan legenda ini terletak
di kabupaten Solok. Danau Dieteh (diatas)
dan Danau Dibawah adalah sebutan lain dari danau ini. Kedua danau ini hanya
berjarak 300m dan keduanya tampak saling berhadapan, satu diatas dan satu
letaknya di bawah. Jadi yang diatas namanya Danau Diatas dan yang dibawah
namanya Danau Dibawah?
Bukan, tapi sebaliknya yang diatas,
namanya Danau Dibawah karena dari sana bisa melihat danau dibawah... Antik
yah....tapi begitulah kenyataannya...he...he...
Danau ini katanya sering berubah menjadi
warna merah karena darah sang naga yang dilegendakan masih sering mengucur
sampai sekarang. Konon, dahulu kala ada seorang niniak (orang tua) yang sakti ditantang bertarung oleh seekor naga. Bagi
orang minang yang tidak suka mencari musuh na,un akan melawan jika ditantang,
maka naniak pemberani ini melawan sang naga yang menantangnya dan berhasil
mengalahkan sang naga sehingga sang naga tersungkur dan tubuhnya melingkar
membentuk danau kembar ini dengan salah satu sisi membentuk seperti kepala naga...
Namun sayang kami tidak berhasil mengambil foto yang kedua danau ini bersamaan
karena kabut menyelimuti Danau Diatas.
Danau yang tidak terlalu luas ini
memiliki pemandangan yang cantik ditambah hawa yang sejuk menyegarkan. Kedua
danau yang tampak sejajar ini memang kurang lebih sama ketinggiannya dari atas
permukaan laut, Danau Diatas 1.600m diatas permukaan laut dan Danau Dibawah
berada di 1.566m diatas permukaan laut, namun kedalaman danau jauh berbeda,
Danau Diatas cukup dangkal hanya 44m sedangkan Danau Dibawah memiliki kedalaman
yang dalam yaitu 886m.
Seremonial
Dilokasi ini, tim ACA juga melakukan
pelepasan balon bertuliskan “ACA is The
Best”. Balon yang dilepaskan terbang tinggi ke langit mengikuti arah angin menyusuri
danau yang indah ini, semoga ACA juga bisa terus maju walau cobaan menerpa.
Danau ini juga berlokasi di kabupaten
Solok dan merupakan danau kedua terbesar di Sumatera setelah danau Toba. Danau
ini panjangnya mencapai 20km, lebar maksimal 6.5 km dan luas 107.8m2.
Di lokasi danau terdapat perahu motor
yang dapat disewa untuk keliling danau dan juga ada beberapa kios makanan
ringan.
Danau ini juga memiliki legenda loh...
Konon ceritanya dahulu adalah laut namun karena tertimpa batu yang membesar
yang diduduki Indra maka laut menjadi danau.
Indra adalah anak pak buyung, dia rajin
tapi makannya banyak. Saat paceklik orang tuanya menemukan makanan alternatif
yaitu pensi dan karena jumlahnya sedikit maka mereka diam-diam makan sendiri
karena takut jika Indra tahu maka makanan tersebut dihabiskan Indra.
Indra saat itu sedang lapar tapi orang
tuanya tetap menyembunyikan makanan itu dan bahkan menyuruh Indra membersihkan
ijuk sampai bersih jika hendak mendapat makanan. Ijuk tidak berhasil Indra
bersihkan dan orang tuanya tetap tidak mau membagi makanannya.
Indra yang curiga dengan gelagat orang
tuanya mencoba masuk dari pintu belakang sehingga tidak ada bunyi kokok si
Taduang, ayam jantan kesayangan Indra yang selalu berkokok saat Indra masuk
rumah.
Karena tidak ada bunyi kokok si Taduang,
Pak buyung dan istrinya asik makan tanpa sadar Indra masuk rumah.
Betapa kecewanya Indra yang telah
dibohongi orang tuanya. Dia menangis sambil menggendong Taduang dan keluar dari
rumah lalu duduk diatas batu sambil mengelus-ngelus si Toduang. Keajaiban
terjadi saat Indra memegang kaki si Taduang. Indra ikut terbang dan batu yang
didudukinya juga ikut naik keatas.
Di lokasi danau Singkarak, katanya ada
bagian batu yang seperti ini tapi sebagian areanya sudah tertutup air danau.
Seremonial
Pada kesempatan ini tim ACA juga
melakukan pelepasan bibit ikan nila di danau ini. Pelepasan ikan dilakukan oleh
beberapa anggota Direksi ACA dengan harapan semoga kami dapat ikut melestarikan
lingkungan di danau ini.
Istano Basa Pagaruyung
Istano Basa (istana besar) Pagaruyung terletak di kota Batusangkar dan
merupakan replika dari istana aslinya yang dahulu berada diatas Bukit Batu
Patah yang rusak akibat perang.
Istana ini entah mengapa sudah dua kali
mengalami kebakaran di tahun 1966 dan 2007, mungkin juga karena terbuat dari
kayu sehingga mudah terbakar.
Dahulu istana ini adalah tempat tinggal
dan pusat pemerintahan Raja Minangkabau, saat ini tempat ini menjadi obyek
wisata dimana kita bisa melihat bagaimana rumah adat Minangkabau dan juga
mencoba mengenakan baju adat Minangkabau yang dapat disewa untuk dipakai
berfoto dengan harga Rp 35 ribu saja.
Jam Gadang
Jam Gadang (jam besar) adalah ikon kota Bukit Tinggi. Disekitar Jam Gadang
kita bisa melihat Istana Bung Hatta (tidak
dibuka untuk umum), pemandangan kota bukit tinggi dan pasar atas.
Jam Gadang adalah hadiah dari Ratu
Belanda untuk Rook Maker, sekretaris Belanda di Bukit Tinggi. Peletakan batu
pertama dilakukan oleh anak Rook Maker yang masih berumur 6 tahun. Jam Gadang
selesai dibangun pada tahun 1926 dengan hiasan diatasnya berupa ayam berkokok,
bukan atap seperti rumah Minang yang kita lihat saat ini.
Atap Jam Gadang mengalami 3 kali
perubahan, awalnya ayam berkokok, lalu saat penjajahan Jepang berbentuk pagoda
dan barulah setelah masa kemerdekaan diganti atap seperti rumah Minangkabau.
Jam yang menjulang setinggi 26m ini jika
diperhatikan ada yang aneh. Coba perhatikan huruf romawi pada jam ini.... Angka
jam 4 tidak ditulis IV tapi IIII. Salah cetak? Tidak mungkinlah..., ini hadiah
dari Ratu Belanda, kualitas mesinnya saja katanya sekelas Big Ben di London dan
hanya dua jam ini yang mesinnya sama. Apa sengaja diganti karena ada 4 pekerja
yang tewas saat membangun menara ini?
Namun ternyata ini bukan suatu kesalahan
atau diubah karena mistis...dahulu untuk angka 4 romawi terutama jam dikenal
dengan bentuk IIII bukan IV, jadi bukan Jam Gadang saja yang seperti ini, ada
banyak jam kuno di dunia yang seperti ini, alasannya mungkin untuk keseimbangan
bentuk atau bisa juga untuk memudahkan pembuatannya.
Pasar Atas dan Pasar Bawah
Tidak seperti Danau Diatas dan Danau Dibawah (Danau Kembar) yang
istilahnya terbalik dengan letaknya, Pasar Atas letaknya memang diatas dan
Pasar Bawah letaknya dibawah Pasar Atas.
Kedua pasar ini dihubungkan oleh 40 anak
tangga yang lumayan curam. Pasar Atas menjual baju sedangkan Pasar Bawah
menjual sayuran, buah dan daging.
Rumah Kelahiran Bung Hatta
Rumah kayu 2 lantai ini tampak bersahaja
dan terletak tidak jauh dari Pasar Dibawah.
Di rumah inilah Bung Hatta dilahirkan dan
dibesarkan. Di rumah yang saat ini dijadikan musium terdapat furniture kuno
yang digunakan oleh keluarga Bung Hatta. Foto-foto keluarga beliau juga banyak
terpampang di rumah ini.
Ngarai Sianok
Dalam perjalanan pulang dari kota Bukit
Tinggi ke kota Padang, kami mampir ke Taman Panorama dimana kita dapat melihat
salah satu sisi lembah curam yang cantik ini.
Ngarai Sianok memiliki kedalaman lembah
100m dan lembah ini sangat panjang yaitu 15km, lebarnya juga lumayan besar
yaitu 200m.
Lembah cantik ini, saat jaman penjajahan
Jepang adalah lembah yang memilukan karena disana ada lubang Jepang yang
digunakan sebagai tempat pertahanan dan juga tempat penyiksaan penduduk lokal
yang melawan. Pintu masuk gua terletak di sisi kiri setelah pintu masuk di
Taman Panorama dengan menuruni beberapa anak tangga.
Lembah Anai
Dalam perjalanan kami juga melewati air
terjun yang besar di Lembah Anai, namun kami tidak sempat berhenti dan berfoto
disana karena hujan deras.
Air terjun setinggi 35 ini dapat kita
lihat dari pinggir jalan. Air ini mengalir dari gunung Singgalang ke patahan
lembah Anai.
Sebenarnya di area ini ada 3 air terjun
tapi 2 air terjun ada di dalam dan tertutup lebatnya hutan. Namun melihat 1 air
terjun yang tampak di pinggir jalan saja, saya dan teman-teman sudah merasakan
kedahsyatannya apalagi saat itu diiringi hujan yang lebat.
Keindahan alam dan keunikan budaya
Sumatera Barat adalah sebagian dari keindahan Indonesia yang patut kita
banggakan bersama dan saya berharap tim pariwisata Indonesia dapat mengemasnya
menjadi semakin cantik lagi.
Oleh Kumala Sukasari Budiyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.