Pada perjalanan ke Bangkok dan Pattaya kali ini, kami menemukan dua hal yang bukan asli tapi mempesona. Apakah itu? Mungkin pembaca sudah bisa menebak salah satu jawabannya. Tapi apakah jawaban selengkapnya, mari kita baca artikel ini.
Kami berangkat ke Bangkok via Singapore. Ada kejadian seru saat kami mencari gate untuk connecting flight ke Bangkok saat di Changi Airport, Singapura. Nama flight kami 3K517 tidak muncul-muncul dilayar, adanya 3K513 yang jam penerbangannya berbeda hanya 10 menit. Kontan hal ini membuat kami lumayan panik. Saya mencoba bertanya pada petugas di gate penerbangan 3K513 dan dijawab bukan. Waduh...masa sih bukan, di layar masih ngak muncul juga padahal kami berlima udah melotot terus melihat layar. Akhirnya karena penasaran dan menebak jangan-jangan salah ketik, jadilah salah satu dari kami menjadi kelinci percobaan mencoba masuk dan petugas yang bertugas men-scan bagasi cabin langsung bilang bukan gate ini. Dengan agak bingung kami jalan kearah information center dan melewati satu gate yang ada tulisan 3K517...halah, kenapa di layar ngak muncul-muncul. Hhmm, jangan-jangan kami yang miss saat melihat layar ditambah kami yang sering menghadapi orang-orang yang salah ketik, berasumsi Changi Airport bisa salah ketik pula. He...he...ngak mungkinlah yah, mereka kan terkenal ok banget.
Setelah terbang selama dua jam, kami tiba di Suvarnabhumi Airport, lalu kami naik kereta airport link dan menyambung BTS (seperti mrt) menuju hotel Mercure Siam yang letaknya persis di depan BTS National Stadium. Saat kami keluar di stasiun ini tepat pukul jam 12 malam dan pas kami keluar terdengar suara prakkk....pintu stasiun ditutup. Waduh! Ngepas banget.
Keesokan harinya, acara pertama kami mengunjungi Grand Palace dan buat saya ini kunjungan kelima. Kami ikut private half day tour karena kendaraan umum kesini agak sulit. Pada kunjungan kali ini, saya melihat ada pemandangan yang berbeda, rakyat Thailand tampak masih berkabung atas meninggalnya Raja Bhumibol pada bulan Oktober yang lalu. Mereka menggunakan baju serba hitam. Katanya masa berkabung akan berlangsung 11 tahun dan dalam setahun kedepan akan dibuat mausoleum dan kalayak ramai bisa melihat jasad Raja Bhumibol.
Dari Grand Palace kami minta pihak tour mengantar kami ke Chatuchak Weekend Market. Ngak banyak yang kami lakukan disini, hanya makan siang dan membeli sedikit barang. Dari sini kami ke Madame Tussaud dengan naik taxi yang mobil inova. Untung ketemu taxi ini karena kami berlima, tidak mungkin naik taxi yang sedan. Kebetulan tukang taxi nya juga tahu banyak tempat bagus. Setelah dia menawarkan membeli tiket Madame Tussaud yang lebih murah 100 bath, dia juga menawarkan ke tempat lainnya.
Di Madame Tussaud Bangkok, favoritnya adalah patung lilin presiden Sukarno. Patung lilin lainnya juga menarik dan tampak ada beberapa yang baru seperti patung lilin Anggun C. Sasmi, Kapten Amerika dan Daniel Craig.
Selanjutnya kami ke Chocolate Ville yang merupakan restaurant dengan bergaya theme park ala eropa yang luas sekali tempatnya dan kebanyakan tempat makannya di area terbuka.
Saat tiba disini, kami langsung merasakan suasana eropa mulai dengan melihat adanya rumah bergaya eropa, termasuk rumah gaya jerman yang khas dimana tiang-tiang dan ragangan rumahnya ada di bagian luar.
Ada juga telepon khas inggris, mercusuar, kanal ditambah hiasan natal yang sangat membuat suasana tambah cantik.
Ada juga telepon khas inggris, mercusuar, kanal ditambah hiasan natal yang sangat membuat suasana tambah cantik.
Tempat inilah satu dari jawaban atas judul artikel ini, Bukan Asli tapi Mempesona.
Makanan yang dijual di tempat ini juga tidak mahal, kami makan dan minum bersama sampai kekenyangan hanya membayar tidak sampai Rp 200 ribu rata-rata per orangnya.
Makanan yang dijual di tempat ini juga tidak mahal, kami makan dan minum bersama sampai kekenyangan hanya membayar tidak sampai Rp 200 ribu rata-rata per orangnya.
Hari berikutnya kami ke Pattaya dengan ikut day tour. Kami dijemput jam 6.30 pagi dan setelah perjalanan sekitar 2.5 jam tibalah kami di pantai Pattaya. Dari sini kami langsung diajak naik kapal speed boat yang lumayan besar menuju Coral Island. Ombaknya lumayan besar, sampai kapal beberapa kali terasa terpental dan berhasil membuat saya berdoa sepanjang perjalanan selama kurang lebih 20 menit.
Setelah kapal menepi, lega rasanya. Tapi ngapain yah 4 jam disini? Bule-bule memilih main jetski, banana boat dan beberapa berjemur.
Setelah kapal menepi, lega rasanya. Tapi ngapain yah 4 jam disini? Bule-bule memilih main jetski, banana boat dan beberapa berjemur.
Sedangkan kami minggir duduk di bangku tidur yang adem sambil memandangi laut dan menikmati hembusan angin ditambah pemandangan melihat om dan tante bule yang tidak malu-malu berjemur ria.
Dari sini kami kembali naik kapal ke pantai Pattaya. Ombaknya juga cukup besar dan saya kembali berdoa lagi selama kurang lebih 20 menit.
Sesampainya di pantai kami dijemput dan diajak ke View Point dimana kita bisa melihat pemandangan kota Pattaya yang tampak cantik bersanding dengan pantai dan lautnya yang dihiasi banyak kapal.
Berikutnya adalah acara yang dinantikan dan merupakan jawaban dari judul artikel ini Bukan Asli tapi Mempesona... Ya, kami menonton Alcazar Show, pertunjukan tari dari para transgender yang disini terkenal disebut ladyboy. Pertunjukan tampak wah, karena didukung desain panggung dan baju-baju yang mewah dan cantik. Pertunjukan berlangsung tepat waktu dan berlangsung selama hampir satu jam. Tak bosan rasanya mata memandang penampilan mereka dan tak habisnya berpikir kok bisa yah mereka seperti ini.
Kami duduk di kursi VIP tapi bukan yang paling depan yang sepertinya VVIP, jadi lebih mantap tapi untung bukan yang VVIP paling depan karena yang cowo bisa jadi sasaran digoda oleh ladyboy, tapi yang menggoda ladyboy yang gendut bukan yang langsing singset ha...ha...
Di akhir acara beberapa ladyboy menunggu di area luar dan menunggu para penonton yang mau berfoto dan tentunya harus memberi tip, rata-rata memberi 200bath/orang sekali foto dengan seorang ladyboy. Kamipun tak mau ketinggalan berfoto bersama mereka walau agak takut juga saat mendengar suara mereka yang ngebas banget, lebih ngebas dari suara cowo dan salah satu dari kami ada yang sempat gemetar saat berada dekat seorang ladyboy yang cantik dan sexy hmm...hmm...
Kami duduk di kursi VIP tapi bukan yang paling depan yang sepertinya VVIP, jadi lebih mantap tapi untung bukan yang VVIP paling depan karena yang cowo bisa jadi sasaran digoda oleh ladyboy, tapi yang menggoda ladyboy yang gendut bukan yang langsing singset ha...ha...
Di akhir acara beberapa ladyboy menunggu di area luar dan menunggu para penonton yang mau berfoto dan tentunya harus memberi tip, rata-rata memberi 200bath/orang sekali foto dengan seorang ladyboy. Kamipun tak mau ketinggalan berfoto bersama mereka walau agak takut juga saat mendengar suara mereka yang ngebas banget, lebih ngebas dari suara cowo dan salah satu dari kami ada yang sempat gemetar saat berada dekat seorang ladyboy yang cantik dan sexy hmm...hmm...
Ini adalah acara terakhir kami dan keesokan paginya kami pulang ke Jakarta via Singapura dengan pesawat pagi dan kami berniat makan kembali di satu restaurant thai di bandara saat kami tiba yang makanannya enak tapi ngak ketemu karena sepertinya beda area dan kami putuskan makan di restaurant yang ada saja tapi tetap memilih restaurant makanan thai.
Oleh Kumala Budiyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.