Kring... telepon tidak kuangkat.
kring... ke 2x, telepon juga tidak kuangkat.
kring...3x, kring 4x...,kring 5x.... akhirnya aku angkat juga teleponnya.
Akibat seringnya telepon dari marketing yang menawarkan kartu kredit dan investasi kagak jelas, saya jadi malas angkat telepon tak dikenal, tapi karena telepon sampai 5x dan saat itu sudah hampir jam 6 sore (biasanya telepon penawaran aneh-aneh sudah tidak ada) dan baru ingat hari itu pengundian hadiah Gramedia, akhirnya feeling saya bilang untuk angkat teleponnya...
kring... ke 2x, telepon juga tidak kuangkat.
kring...3x, kring 4x...,kring 5x.... akhirnya aku angkat juga teleponnya.
Akibat seringnya telepon dari marketing yang menawarkan kartu kredit dan investasi kagak jelas, saya jadi malas angkat telepon tak dikenal, tapi karena telepon sampai 5x dan saat itu sudah hampir jam 6 sore (biasanya telepon penawaran aneh-aneh sudah tidak ada) dan baru ingat hari itu pengundian hadiah Gramedia, akhirnya feeling saya bilang untuk angkat teleponnya...
"Mba, tadi pengundian jalan-jalan Bangkok-Khao Yai dari pembelian
buku Bangkok-Pattaya karangan mas Awan, mba salah satu pemenangnya," kata
mba Fera dari penerbit Elex Media-Gramedia.
Untung feeling tepat, telepon
diangkat...coba kalau tidak... nangis.com
Benar-benar tidak menyangka bisa
menang lagi, ini untuk kedua kalinya saya menang free trip ke Thai yang
disponsori oleh Tourism Autority of Thailand (TAT).
Hari berikutnya mas Awan
telpon untuk memastikan tanggal trip, 25-28 Oktober 2013. Kali ini saya angkat
walau nomor tidak dikenal (lagi feeling
mau angkat telepon) tapi teleponnya putus berkali-kali karena sinyal kagak
bagus.
Pada trip ini, kami berangkat ber-9 dari Jakarta menuju Bangkok dan Khao Yai, terdiri dari 2 pemenang dari survey Majalah Jalan Jalan (mba Prima dan mba Shafira), 1 pemenang dari
radio Lite-FM (mba Kiki), 2 pemenang dari Gramedia (mas Budi dan saya), penulis buku mas Awan, mba Sari-editor Majalah Jalan Jalan, mba Clara-LiteFM dan mba Valen-TAT Jakarta.
Setelah tiba di Bangkok, kami ditemani oleh Khun Tin*, tour gude kami dan tentunya Mr. Nittee, Direktur TAT Jakarta yang juga banyak menemani kami selama kunjungan ke Bangkok dan Khao Yai.
(* Khun adalah panggilan hormat dalam bahasa Thai kepada orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan)
(* Khun adalah panggilan hormat dalam bahasa Thai kepada orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan)
BANGKOK
Berikut adalah cerita saya tentang Bangkok selama trip kali ini dan cerita saya tentang Bangkok pada trip sebelumnya dapat dibaca di artikel blog saya yang berjudul "Bangkok in My Eyes"
Madame Tussaud
Di Madame Tussaud, saya
berfoto-foto lagi dengan patung-patung lilin, ada yg sama dengan foto saat
bulan lalu saya kesana tapi tentunya dengan gaya yang berbeda.
Patung-patung disana sebagian
tetap dan sebagian berpindah-pindah ke Madame Tussaud di negara lainnya. Hari ini patung pangeran William dan Kate
tidak ada disini, pindah ke tempat lain....untung bulan lalu saya sudah berfoto
dengan patung mereka.
Siam Ocean World
Lokasi tidak seluas dan
selengkap SEA Aquarium di Singapore, tapi cukup menyenangkan. Kami mencoba naik
glass boat untuk melihat ikan-ikan dari atas (kita juga bisa melihat ikan-ikan dari bawah melewati terowongan kaca
aquarium seperti di SEA) dan nonton 5D....bangkunya bisa bergerak-gerak
sedikit dan tempat duduknya mengeluarkan "tonjokan-tonjokan" kecil
dan kita juga "disemprot" oleh angin dari depan dan juga sandaran
kepala di bangku. Cukup membuat saya berpegangan kursi tapi tidak sampai membuat saya menutup mata karena ketakutan he...he...
Acara hari pertama ditutup dengan berjalan-jalan di jalan depan hotel kami menginap. Kami menginap di hotel Arnoma (seberang Central World) kamar saya nomor 2202 (dalam bahasa Thai dibaca song song sun song), saat malam di depan jalan hotel, jalan Ratchadamri, ada pasar malam. Beberapa pedagangnya langsung mendemonstrasikan pembuatan tas dan dompet-dompet, dengan kondisi bergelar di tanah saja.
Namun pasar malam ini tidak
selalu ada. Jika ada ramalan akan hujan maka para pedagang tidak berdagang.
Disamping hotel Arnoma juga
ada mall yang tidak terlalu besar tapi namanya Big, tepatnya Big C.
Barang-barang disana lumayan lengkap termasuk ada supermarket yang menjual
makanan kering, beras warna warni, telur warna warni dan barang-barang lainnya
layaknya supermarket.
Grand Palace
Untuk ketiga kalinya saya
mengunjungi Grand Palace, tidak ada yang berbeda dari tempat ini dengan
kunjungan-kunjungan saya sebelumnya, hanya bedanya kali ini pergi dengan
teman-teman baru dan menjepret-jepret kamera ke arah sisi yang berbeda.
Di Grand Palace ada miniatur Angkor Wat (foto kiri atas)...sudut ini baru terekam di kamera saya setelah tiga kali kesini. Konon katanya Raja membangun ini agar rakyatnya mencoba mempelajari seni dari negara lain.
Patung campuran kera dan manusia yang tampaknya melambangkan raksaksa, seperti gambar pada cover bukunya mas Awan, juga baru kali ini terekam oleh kamera saya..... Ternyata banyak area Grand Palace yang bisa dieksplorasi!
Selama di Grand Palace, kami banyak bertemu dengan turis dari China, tampaknya sekarang penduduk China sudah mulai gemar travelling karena saya juga banyak bertemu turis China di tempat-tempat wisata selama trip saya beberapa tahun ini.
Wat Pho
Patung Budha tidur disini
sangat panjang, 43 meter dan berlapis emas. Pengunjung yang masuk disediakan tas kain
untuk menaruh alas kaki dan tas tersebut dibawa masing-masing selama di dalam
area Budha tidur.
Tiket masuknya seharga 100
bath dan sudah termasuk gratis 1 botol air mineral kecil yang dapat diambil di
area pintu keluar.
Sebelumnya disini ada sekolah thai massage, tapi sekarang sudah tidak ada lagi.
Ananta Samakhon Palace
Untuk kedua kalinya saya
mengunjungi tempat ini, istana yang bergaya eropa banget. Saya paling suka dengan langit-langit nya, sangat artistik.
Saat ini, pembelian karcis dan sarung (disewakan bagi yang tidak mengenakan pakaian sesuai syarat yaitu wanita harus rok dibawah lutut dan pria harus menggunakan celana panjang) tidak di depan pintu masuk palace seperti tahun lalu tapi di bagian terpisah sehingga suasana lebih rapih.
Saat ini, pembelian karcis dan sarung (disewakan bagi yang tidak mengenakan pakaian sesuai syarat yaitu wanita harus rok dibawah lutut dan pria harus menggunakan celana panjang) tidak di depan pintu masuk palace seperti tahun lalu tapi di bagian terpisah sehingga suasana lebih rapih.
Bagian dalam gedung tidak
boleh di foto, jadi untuk koleksi gambar saya membeli beberapa postcard selain brosur yang ada menampilkan beberapa gambar.
Asiatique
Kali ini lokasi kunjungan aku
fokuskan di area belakang, dekat bianglala (kalau bulan September lalu, aku
fokuskan di area depan).
Di depan bianglala ada
beberapa mahasiswa yang merayakan kelulusannya, mereka berfoto dengan toga uniknya seperti tampak pada foto diatas.
Belanja hemat memang susah-susah gampang, pada kunjungan kali ini saya menemukan baju dan souvenir murah disini tapi waktu bulan lalu kagak ketemu.... Prinsip saya belanja tidak boleh maksa, mengalir saja, kalau ketemu yang cocok atau unik dan harga murah untuk kualitas barang tersebut, barulah saya beli.
Belanja hemat memang susah-susah gampang, pada kunjungan kali ini saya menemukan baju dan souvenir murah disini tapi waktu bulan lalu kagak ketemu.... Prinsip saya belanja tidak boleh maksa, mengalir saja, kalau ketemu yang cocok atau unik dan harga murah untuk kualitas barang tersebut, barulah saya beli.
KHAO YAI
Khao=gunung, yai=besar.
Khao Yai terdiri dari 3
gunung besar dan di malam hari udaranya sedikit dingin. Oleh karena itu di wilayah ini bisa ditanami anggur
untuk dibuat wine.
Kunjungan ke Khao Yai kali
ini bagaikan field trip, saya jadi ingat tugas-tugas field trip saat kerja di
BIA Inti Salim....di Khao Yai kami diajak mengunjungi peternakan sapi yang
memproduksi susu milik keluarga Mr. Chok Chai, perkebunan sekaligus pabrik
anggur Gran Monte, pertokoan Palio yang bergaya Italia dan menginap gaya
cowboy di Thongsomboon.
Perjalanan dari Bangkok ke Khao Yai kami tempuh dengan menggunakan mobil selama kurang lebih 2.5 jam. Di tengah perjalanan, kami sempat beristirahat di tempat pengisian bensin. Tempat pengisian bensin di
Thai dikelilingi toko-toko seperti 7 Eleven, bahkan katanya di area selatan
Thai terdapat massage di tempat pengisian bensin.
Farm ChokChai
Tempatnya sangat luas dan
ternyata sudah dibangun sejak lama, namun atraksi wisata edukasi yaitu Tour
Farm Chok Chai (www.farmchokchai.com) dengan tiket masuk bath 300, tampaknya
belum terlalu lama dan targetnya masih wisatawan lokal sehingga tour keliling lokasi masih disampaikan dalam bahasa Thai. Namun kami masih beruntung, setelah tour umum dalam bahasa Thai, kami ditemani oleh staf Farm Chok Chai yang bisa berbahasa inggris untuk melihat tempat lainnya di area Farm Chok Chai.
Disana ada ribuan sapi perah dan area perkebunan untuk makanan sapi termasuk kentang yang mereka jual
di restaurant steak di lokasi peternakan.
Kami diajak berkeliling
perkebunan dan peternakan sapi. Pengunjung juga bisa mencoba memerah sapi dan beberapa dari kami mencobanya.
Kami sempat makan steak
disana dan rasanya cukup enak dan tak lupa ber-wifi ria karena wifi disini
bagus sinyalnya.
Farm Chok Chai juga membuka
penginapan bergaya camping tapi dengan tempat tidur layaknya hotel, sedangkan
kamar mandinya diluar kamar dan dibangun unik karena menghadap ke pepohonan
terbuka.
Gran Monte Vineyard
Perkebunan ini luas sekali
sampai 60 ha yang terletak di Asoke Village, mereka menanam anggur merah dan hijau. Saat kami datang buahnya
belum berbuah, sekitar November baru nampak dan mereka melakukan panen di bulan
Januari sampai Maret.
Anak pemilik perkebunan ini,
Ms Nikki Lohitnavy, ahli membuat anggur. Saat disana, selain diajak keliling
perkebunan dan melihat lokasi pabrik pembuatan wine, kami juga diberi kesempatan mencoba wine buatan Gran
Monte....empat macam, jadi saya minumnya sedikit saja.
Selain wine, Gran Monte juga
memproduksi beberapa produk seperti selai (saya paling suka selai red wine) dan
jus anggur.
Di perkebunan ini juga
terdapat guest house, kita bisa menginap di tengah perkebunan anggur. Info
dapat dilihat di www.granmonteguesthouse.com
Palio
Kompleks pertokoan dengan
desain seperti masuk di "gang-gang" perumahan bergaya Italia.
Barang-barang yang dijual beragam, namun menurut saya tempat ini lebih sebagai
tempat hang out sambil belanja bukan tempat berburu belanjaan.
Thongsomboon
Kami menginap di penginapan
yang bergaya cowboy yang dimiliki oleh 8 orang kakak beradik.
Selama menginap disini kami banyak ditemani oleh Mr. & Mrs. Alif, salah satu pemilik Thongsomboon.
Selama menginap disini kami banyak ditemani oleh Mr. & Mrs. Alif, salah satu pemilik Thongsomboon.
Areanya luas sekali 85 ha,
terdiri dari penginapan dan adventure activities layaknya taman bermain yaitu
doughnut, horse riding, flying fox, rodeo, skylift, go-kart, dan setiap weekend
ada steam engine locomotive. Thongsomboon juga dikelilingi area padang rumput
yang luas. Menurut pemiliknya lahan rumput tersebut sering digunakan untuk
shooting film.
Thongsomboon terletak di
Pakchong Village yang mana penduduknya cowboy maniak.
Bentuk kamar di Thongsomboon seperti kereta kuda dan wagon yang cowboy banget....Kamar-kamar tersebut berjejer menghadap ke taman.
Di malam hari kami juga sempat menonton acara Cowboy Show disini.
Bagi turis asing, Thongsomboon adalah sesuatu yang baru, namun ternyata tempat ini sudah mulai dibangun sejak 30 tahun yang lalu. Tampaknya tempat ini adalah salah satu pilihan penduduk Bangkok mengisi weekend dan mengisi liburan akhir tahun (ibaratnya orang Jakarta yang suka liburan di Puncak).
Outlet Mall
Dalam perjalanan pulang ke
Bangkok, kami mampir di Outlet Mall untuk makan siang dan sedikit melihat
toko-toko disana yang menjual barang-barang bermerek dengan harga promo seperti
adidas, hush puppies, clark dan lainnya.
Kami pulang ke Jakarta juga menggunakan pesawat Airasia, sama seperti saat berangkat. Airasia beroperasi di bandara Don Muang. Selain Airasia, yang beroperasi disana adalah penerbangan domestik seperti Nok Air. Area keberangkatan sudah lebih rapih, lantai karpet dan banyak toko-toko tapi kalau area kedatangan masih biasa tapi bagusnya imigrasi sepi sekali karena penerbangan internationalnya sedikit sekali yaitu hanya Airasia, tapi dengar-dengar Citilink dan Lion akan segera ada penerbangan ke Bangkok dan beroperasi di Don Muang.
Pesawat kami mendarat di Jakarta jam 00.25, lalu proses imigrasi dan
pengambilan bagasi kami baru selesai pada jam 1 an pagi, akhirnya saya putuskan
untuk tetap di bandara sampai menjelang jam 5 pagi.
Kami ber-4, mas Awan, Budi,
mba Sari dan saya makan bakmi GM dulu.....first time in my life, makan bakmi di
jam 1-2 pagi. Setelah makan, mas Awan dan Budi pulang sedangkan mba Sari dan
saya nunggu sampai jam 04.15 bersama 2 mba yang kami kenal di bakmi GM. Kami menunggu di lantai 1, duduk di sofa dekat Keris Galery.
Di Terminal 3 ada restaurant
yang buka 24 jam yaitu Bakmi GM, Hiraku dan Bim Burger. Keris Galery juga buka 24
jam.
Suasana di Terminal 3 dini
hari, boleh dibilang tidak pernah sepi, hanya jam 2 sampai 3 pagi yang paling
sepi namun di ruang tunggu masih ada sekitar 20-30 orang yang umumnya mereka menunggu penerbangan lanjutan. Nah, setelah jam 3 pagi
mulai ramai lagi karena jam 4 pagi sudah ada penerbangan pertama Lion ke Bali.
End of our sweet free trip to Bangkok and Khao Yai
Terima kasih kepada Thai
Tourism (http://id.tourismthailand.org/home/) yang telah mensponsori acara ini, mas Awan (www.travelawan.com) yang mencetuskan acara
ini dan juga Gramedia yang telah mengadakan undian.
Oleh Kumala Sukasari Budiyanto
Ceritanya lengkap ya Mbak...Nice!
BalasHapusMba prima...smoga bisa buat kenang2an...he...he...
BalasHapussewa mobil toyota commuter + driver untuk keliling tempat wisata di thailand
BalasHapushubungi Mr Eko
WA +66819250901
Pin BB 7432ef44