Kebun Raya Bogor (KRB) adalah
tempat wisata saya saat kecil. Rumput, teratai dan Istana Bogor adalah yang
saya ingat jika mendengar nama KRB.
Sabtu, 12 Apr 2014, saya dan
teman-teman ex BIA (tempat dimana saya pernah
bekerja) jalan-jalan ke Bogor. Semua yang pergi wanita, acaranya kuliner
dan ke KRB....untung yang pria tidak ikut, bisa mabok mereka melihat kami
selalu belanja di setiap pemberhentian kecuali di KRB, karena yang ada cuma tukang es krim, coba ada toko souvenir, pasti dibeli...he..he...
Kami banyak belanja makanan bukan
untuk dimakan sendiri saja…kalau dimakan sendiri semua bisa gawat...kalori yang
masuk selama makan di tempat vs jalan kaki di KRB saja rasanya belum imbang....jadi...makanan
yang dibawa pulang itu untuk keluarga di rumah dan mungkin beberapa dari kami
beli untuk tetangganya (banyak banget
soalnya...ha...ha...).
Pada artikel ini, saya lebih
menceritakan keindahan yang ada di KRB, sedangkan wisata kuliner hanya satu
kalimat ini.
Pusat aneka makanan di Bogor
ada di jalan Suryakencana, di tempat lain juga ada tapi di sepanjang ini banyak toko makanan sampai pedagang kaki lima di emperan toko...makanan yang
dijual beragam, mulai dari bakso, sotomie halal dan tidak halal (pakai babi...sepertinya
hanya ada disini deh sotomie seperti ini), lumpia, kekian, combro, manisan
mangga, cincau, dll.
Lanjut, cerita tentang KRB
yah...
Jika buat saya, KRB adalah
tempat wisata sejak saya kecil dulu, tapi buat beberapa rekan saya, kunjungan
ke KRB kali ini adalah kunjungan pertamanya...maklum putra daerah (putri
maksudnya karena rombongan ini cewe semua he...he...) yang melewati masa
kanak-kanak dan kuliah di daerah lain.
Terakhir saya ke KRB pada Des 2011 yang lalu bersama tim saya, merayakan ultah saya dengan makan di Bogor
dan jalan-jalan ke KRB.
Saat itu kesan saya masih
sama rumput, teratai dan Istana Bogor....tapi pada trip kali ini saya terkesan
dengan beberapa akar dari pohon-pohon besar yang bentuknya unik-unik.
Entah berapa lama
usianya....sampai akarnya naik ke permukaan dan ada yang bentuknya unik berserat-serat, bulat seperti batu dan ada juga yang membentuk seperti dinding sekat.
Ranting dan batang pohon pun banyak yang cantik
untuk dipandang.
KRB sekarang bersih,
tampaknya kesadaran pengunjung menjaga kebersihan sudah baik. Namun, untuk
petunjuk jalan disini kurang banyak, seperti saat kami mencari tempat
anggrek, saat sudah dekat lokasipun kami harus menebak-nebak lokasinya.
Satu ikon KRB yaitu jembatan
merah (kalau di peta KRB disebutnya "jembatan gantung") juga menjadi sasaran kami dan kamipun berfoto di jembatan ini, tapi jembatannya goyang-goyang
melulu...sebab walau ditulis "kapasitas hanya 10 orang", banyak orang yang tidak peduli dan dengan asiknya jalan diatas ke jembatan walau di jembatan sudah banyak orang.
Salah satu tujuan kami ke
Bogor yang tidak kesampaian adalah foto di depan Istana Bogor (kalau dari dalam KRB yang dibatasi danau teratai kecil saya sudah pernah)....kami kalah dengan anak
SD yang bukan hanya bisa foto di depan istana tapi juga masuk ke
dalamnya karena sekolahnya sudah minta ijin....sedih.com deh kami jadinya...
Jadi jika hendak masuk ke istana ternyata harus minta
ijin dulu dan pakai bajunya juga harus rapih.
Tatacara kunjungan ke Istana ada di Protap No 1 Tahun 2009 tentang Pelayanan Kunjungan Masyarakat ke Istana-istana Presiden, yang dapat dilihat di link ini http://sukabumikota.kemenag.go.id/file/dokumen/D001176.pdf
Tatacara kunjungan ke Istana ada di Protap No 1 Tahun 2009 tentang Pelayanan Kunjungan Masyarakat ke Istana-istana Presiden, yang dapat dilihat di link ini http://sukabumikota.kemenag.go.id/file/dokumen/D001176.pdf
Bicara foto di depan istana, menurut saya, seharusnya dibuat sarana agar pengunjung dapat berfoto di depan pagar tanpa masuk area
istana...seperti Istana Negara di Kuala Lumpur yang selain bisa foto di
depan pagar, kita juga bisa berfoto dengan penjaga berkuda dan menyaksikan
acara penggantian petugas...sederhana sih acaranya…kalau yang lumayan heboh
adalah penggantian penjaga di National Revolutionary Martyrs's Shrine di Taipei,
sampai-sampai efektif dijadikan daya tarik wisata.
Kekecewaan kami karena tidak
bisa berfoto di depan Istana Bogor, terobati dengan kehadiran rusa-rusa yang
suka menghampiri pengunjung, termasuk kami, di pinggir panggar KRB dekat Istana...tentunya
jika dikasih makanan, wortel atau kangkung.
Rusa itu ternyata ada yang
bertanduk dan tidak...yang bertanduk tampak lebih cantik...tapi ternyata itu
yang jantan...
Tanduk cantik itu bukan hanya
sekedar tampilan tapi untuk alat bela diri mereka dan ternyata tanduk rusa itu
setelah sekian waktu akan copot (mungkin
sebagian-sebagian) lalu tumbuh yang baru.
Hopefully, next time saya dapat mengunjungi Istana Bogor, bukan hanya foto di depannya tapi juga melihat-lihat
bagian dalam Istana.
Oleh Kumala Sukasari
Budiyanto
Kum, bener2 berjiwa penulis ...
BalasHapusHa...ha...
Hapus